Tunggu aku, Aku sedang berusaha

80 9 11
                                    

(Now play; Let Me Down Slowly song by: Alec Benyamin)

Ajeng berlari keluar dengan mendekap tas didadanya. Menembus hujan deras dengan petir saling menyambar. Gelap malam tak membuat nyalinya ciut untuk berhenti. Hingga langkahnya tersandung kaki seseorang.

Braaakkk. Ajeng terjatuh. Secara tak sengaja, kepalanya terantuk pembatas jalan. Ajeng mencium bau anyir. Ia pun segera mencari ponselnya dan menyalakan senternya. Ajeng membelai dahinya. Terlihat jelas, ada darah ditangannya. Seketika itu, Ajeng merasakan pusing. Ajeng menyorotkan senternya kearah kaki yang membuatnya terjatuh.

"Hastu!" Ucap Ajeng terkejut. Ia segera menghampiri tubuh lemah itu ditengah guyuran hujan.

"Hastu." Panggil Ajeng sembari memangku kepala Hastu.

"Hastu, lo knapa?" Tanya Ajeng. Perlahan Hastu membuka matanya.

"Dari sekian banyaknya manusia, banyaknya cewek didunia ini, knapa gue mesti ketemu lo? Kenapa!" Gumam Hastu meracau.

'Kenapa gue mesti cinta sama lo doang! Kenapa gue gak bisa jauhin lo! Kenapa gue gak bisa lupain lo! Kenapa hati gue sakit tiap kali lo terluka! Kenapa hati gue gak terima saat lo menderita! Kenapa gue gak bisa benci lo semau gue! Kenapa!!!' Lanjut Hastu dalam hati. Air mata Hastu menetes membasahi pipinya. Hastu mencoba bangkit dari posisinya terbaring.

"Lo mabok? Lo gak pernah minum, knapa lo minum?" Ucap Ajemg khawatir.

"Bukam urusan lo!" Ucap Hastu. Ia menepis tangan Ajeng lalu mencoba berdiri. Namun pengaruh alkohol membuatnya tak bisa berdiri dengan baik. Hastu berkali-kali hampir terjatuh jika Ajeng tak segera memeganginya.

"Dimana mobil lo?" Tanya Ajeng.

"Knapa? Lo mo ngambil mobil gue? Berkas-berkas yang dibutuhin bos lo, ada disana!" Ucap Hastu meracau.

"Gue gak ngerti maksud lo. Udah, ayo gue anterin pulang." Ucap Ajeng.

"Gak usah belaga bego! Gue tau semuanya! Lo kerja buat Nathan kan! Lo bonekanya Nathan, kan? Lo deketin gue, karna harta gue! Iya, kan? Bilang kalo itu gak bener, biar gue bunuh lo sekarang!" Ucap Hastu.

"Iya. Gue kerja buat Nathan! Gue pionnya dia. Iya, dia nyuruh gue buat deketin lo untuk ngehancurin lo! Iya, semua yang lo ucapin gak ada yang salah!" Aku Ajeng. Hastu terpaku mendengar semua kalimat Ajeng yang tanpa penyangkalan. Ajeng bahkan tak mencoba menjelaskan dirinya tak bersalah agar harapan Hastu padanya tak hilang. Hastu kecewa, Ajeng tak menyangkalnya.

"Kalo lo mo bunuh gue sekarang, gue terima. Tapi lo harus ketemu Riska lebih dulu." Ucap Ajeng lagi.

"Arrrrgghhhhhh!!" Hastu membanting botol alkohol yang masih ia pegang. Tubuhnya kembali oleng, Hastu terjatuh dan tangannya tergores pecahan botol alkoholnya.

####

Flashback

Hastu berada didalam mobilnya. Ia mencerna perlahan kejadian-kejadian di kantor malam ini. Meja jabatan disebelah mejanya, susunan staf yang diganti, hingga jam kerja yang diubah tanpa sepengtahuannya.

Hastu merogoh saku celananya. Ia membuka flashdisk pemberian Rafa. Disana terdapat beberapa vidio dan beberapa berkas penting milik Hastu.

Hastu membuka vidio dimana Ajeng menemui Nathan dikantor Hastu.

"Tugas lo sekarang, yakinin Hastu kalo lo bener-bener peduli sama dia. Imbalan kalo tugas ini berhasil, gue akan jamin hidup seluruh keluarga lo." Ucap Nathan. Sementara itu ,Ajeng tak menanggapi perintah Nathan.

"Gue yakin, dia bakal ngajakin lo besok ke rapat luar kotanya. Lo bakal ketemu gue disana, pasang pin lo di tas seperti biasanya. Gue perlu tau draft rapatnya besok." Tambah Nathan.

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang