Tertunda

103 11 1
                                    

Hastu bersiap berangkat sekolah. Ucapan Rafa semalam terus berputar dalam ingatannya. Hastu menarik nafas dan membuangnya perlahan.

"Oke. Gue siap!" Ucap Hastu mantap.

Hastu keluar dari kamar. Bergegas menyusul Rafa dan masuk ke mobil. Rafa mengernyit aneh.

"Knapa? Tumben ikut naik." Ucap Rafa.

"Gue pake minyak wangi." Jawab Hastu.

"Terus?"

"Tar ilang wanginya kalo gue naik speda."

Rafa makin tak paham.

"Emang lo gak pernah pake minyak?"

Hastu menggeleng.

"Terus knapa skarang pake?"

"Mau-emm nembak gebetan."

"Siapa gebetan lo?"

Hastu frustasi dengan sikap Rafa yang sok lugu.

"Kok lo malah nanya, bukannya kmaren lo bilang gue mesti kasih kepastian ke Ajeng?"

"Oalah. Yodah, kirain punya gebetan lain." Goda Rafa. Hastu mendelik kesal.

####

Hastu menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan. Entah berapa kali ia melakukan itu. Yang pasti kelakuannya itu telah membuat Rafa bosan selama perjalanan ke sekolah. Rafa mendahului Hastu.

"Woy, tungguin gue!" Teriak Hastu. Rafa membalikan tubuhnya. Rafa mendengus kesal.

"Buruan, gue tunggu."

"Sini dulu!"

"Ogah! Lo punya kaki, tujuan lo ada dimari, jadi lo yang kesini!"

"Gak bisa."

"Knapa gak bisa?"

"Kaki gue nyangkut."

Rafa benar-benar kesal. Riska yang baru sampai pun ikut menyahuti.

"Kalian lagi ngapain sih? Jarak lima meter aja pake teriak-teriak gitu." Sahut Riska.

"Manusia depan lo tuh." Jawab Rafa. Riska menatap Hastu.

"Dorong kek, dia bilang kakinya nyangut." Tambah Rafa.

"Nyangkut pala lo? Buruan masuk, bentar lagi bel bunyi!" Ucap Riska sembari mendorong tubuh Hastu dengan kasar hingga hampir membuat cowok itu nyaris terjengkang.

"Gue kesana tar jam istirahat." Teriak Hastu. Riska mendelik karna Hastu berteriak tepat ditelinganya.

"Serah lo." Ucap Rafa datar.

####

Rafa bingung. Dari jam pertama pelajaran hingga bel istirahat berbunyi, cowok itu sama sekali tak bisa fokus dengan pelajaran. Sesekali cowok itu melirik ke bangku seberang.

"Eh, itu bukannya anak IPS?" Gumam salah satu siswi kelas Rafa. Rafa menoleh kearah pintu. Disana Hastu berdiri dengan kepala melongok mencari Ajeng.

"Hastu, bukan?"

"Iya, pacarnya Ajeng."

"Belom jelas kali statusnya."

"Jadi sekarang mesti kasian ke Hastu ato ke Ajeng nih?"

"Secara gitu-" mereka melirik ke bangku Ajeng yang tengah sibuk menjelaskan materi selama setengah semester pada Nathan.

Rafa bangkit dari duduknya menghampiri Hastu.

"Lo-"

"Ajeng mana?" Tanya Hastu. Ajeng menoleh begitu namanya disebut. Rautnya bahagia. Entah karna telah bertemu dengan sahabatnya atau senang karna Hastu mencarinya.

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang