Gebetan

87 8 2
                                    

Hari berganti, dan pasangan pengantin baru itu masih bersembunyi dibalik selimut putih mereka. Hingga sebuah gedoran pintu menganggu tidur mereka.

"Hastu! Bangun woy! Gue ada perlu nih sama bini lo!" Teriak Angga didepan pintu kamar Hastu.

Hastu menggeliat pelan. Ia tak ingin istrinya yang masih terlelap dalam dekapannya terbangun.

"Sapa sih, brisik banget." Keluh Hastu lirih. Matanya masih terpejam. Ajeng pun mulai menggeliat. Ia juga terusik oleh gedoran pintu yang dilakukan Angga. Ia meraih bahu Hastu. Memeluk dada telanjang itu semakin erat.

"Keknya Angga deh." Ucap Ajeng lirih. Ia semakin menenggelamkan wajahnya kedalam pelukan Hastu.

"Perlu apaan sih sama kamu?" Tanya Hastu membalas pelukan Ajeng. Ajeng menggelengkan kepala.

"Yaudah biarin aja." Ucap Hastu. Ia kembali mengecup dahi istrinya itu. Perlahan mata Ajeng terbuka.

"Tapi perut ku lapar." Keluh Hastu yang berhasil membuat istrinya terkikik pelan.

"Mau sarapan sama apa?" Tanya Ajeng.

"Hastu woy! Buru bangun kek! Udah siang ini!" Ucap Angga lahi didepan pintu. Hingga sebuah sandal melayang tepat mengenai kepalanya. Cowok itu menoleh.

"Lo berani ganggu adek ipar gue, gue gantung ditiang jemuran lo!" Ancam Akmal yang sejak tadi memperhatikan Angga di depan kamarnya. Angga hanya nyengir kuda.

####

"Lo ada apaan sih? Pagi-pagi udah brisik aja kek ibu-ibu kompleks gak kebagian cabe." Gerutu Ajeng. Ia sedang belajar membuat kue sementara Hastu sudah berangkat kerja bersama Akmal. Hastu harus mengenalkan akmal kepada beberapa koleganya.

"Film favorit Mayang apa?" Tanya Angga langsung.

Pllaakk. Sebuah buku melayamg tepat di kepala Angga. Membuat pemilik kepala meringis menahan sakit.

"Adek durjana kao! Maksud lo apa!" Ucap Angga langsung berdiri dari duduknya dan tangan memegangi kepalanya yang berdenyut. Ajeng tertawa melihat kakak adik yang tak pernah akur itu.

"Gue mo jalan. Nitip sesuatu gak?" Tanya Gibran.

"Jalan kemana lo!"

"Ketemu temen." Jawab Gibran.

"Temen yang mana? Setau gue, pulang kesini, lo gak pernah kluar rumah." Ucap Angga mengira-ngira.

"Temen lama-'

"Jangan-jangan lo punya gebetan? Siapa? Cewek mana? Jangan-jangan bekas gu-"

Plaakk. Untuk kedua kalinya, buku itu melayang dan kini tepat mengenai wajah Angga.

"Anj***! Sakit solime!" Umpat Angga.

"Gak ada kaitannya sama mantan-mantan lo! Nitip kagak?" Ulang Gibran.

"Beliin gue apel." Sahut Ajeng yang masih sibuk dengan mixernya. Gibran menjawab dengan jempol tangannya.

"Apaan sih orang-orang! Suka banget nimpuk pala gue!" Keluh Angga.

"Ya salah lo, ngapain cari gara-gara di depan kamar!" Timpal Ajeng.

"Hmmm, gue tuh mo pedekate sama Mayang." Jawab Angga jujur. Ajeng menghentikan aktifitasnya lalu duduk didepan Angga.

"Lo bilang apa tadi?" Tanya Ajeng.

####

Hastu memeriksa beberapa berkas yang masuk. Termasuk berkas lamaran kerja yang diserahkan manager beberapa hari yang lalu. Salah satu berkas sedikit mengejutkan Hastu.

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang