"Makan dulu, nanti dilanjut lagi belajarnya." Ucap Deva.
"Mama masak apa?" Tanya Ajeng.
"Masak soto ayam, kesukaan abang." Jawab Deva. Ajeng sedikit malas untuk turun tapi ia tak ingin Deva kecewa jadi ia menurut saja.
Sesampainya di meja makan, Ajeng melihat abangnya dengan lahap menyantap soto ayam buatan Deva dengan kuah penuh sambal. Kuah yang semula kuning karena kunyit berubah warna menjadi hitam karna sambal kecap.
"Abang makannya gitu banget, gak takut perutnya sakit?" Tanya Ajeng. Akmal hanya menyahuti dengan gelengan kepala. Entah mengapa kuah hitam di mangkuk Akmal mengingatkan Ajeng pada anak ayam milik Hastu pagi tadi.
"Anak ayam itu apa kabarnya, ya?" Ucap Ajeng dalam hati. Ia melamun hingga Deva menyadarkannya agar segera makan.
####
Usai makan malam, Ajeng kembali melamun sembari mengaduk sambal kecap.
"Non." Panggil mbok Jumi. Ajeng tak menyahuti.
"Non Ajeng." Panggil mbok Jum lagi.
"Ehh." Ajeng tersadar dari lamunannya saat terkena percikan sambal ditangannya.
"Ya ampun non, cepat cuci tangan." Ucap mbok Jum. Ajeng langsung bangkit dan mencuci tangannya.
"Non Ajeng mikirin apa kok mbok panggil-panggil dari tadi gak-"
"Ajeng penasaran deh, mbok." Potong Ajeng.
"Penasaran tentang apa non?"
"Tadi pagi kan disekolah, ada mobil yang gak sengaja hampir nabrak anak ayam." Ajeng mulai bercerita.
"Anak ayam itu jatoh ke got, kira-kira bakal mati gak mbok kalo gak diselametin?"
"Iya lah non, kan gak bisa naik lagi ke permukaan."
"Beruntungnya tadi ada yang nolong mbok, kira-kira masih hidup gak ya? Soalnya abis kecebur buruan dimandiin, kedinginan gak ya anak ayamnya?"
"Non." Panggil mbok Jum menyadarkan Ajeng.
"Hmmm?"
"Kalo non khawatir, lebih baik non cari tau sendiri. Non kan bisa, nanya sama yang menyelamatkan anak ayam itu." Ucap mbok Jum memberi solusi. Ajeng terdiam. Benar. Harusnya Ajeng mencari tahu dengan bertanya langsung pada cowok tadi pagi. Tapi, siapa dia, Ajeng pun tak tahu.
Kini Ajeng malah melamunkan Hastu. Gadis itu penasaran dengan Hastu. Penasaran akan pola pikir cowok itu. Rasa pedulinya yang tinggi akan hal sekitar, berhasil membuat Ajeng bepikir keras. Untuk pertama kalinya, Ajeng memikirkan seorang cowok daripada memikirkan alasan untuk kebebasannya.
####
"Ngapain vroh?" Tanya Rafa mengagetkan Hastu yang fokus memperbaiki jam wekernya.
"Yahhh itu lagi." Keluh Rafa.
"Jam ini, benda paling keramat yang gue punya." Ucap Hastu yang masih tak menoleh pada Rafa. Rafa menghela nafas.
"Gue jadi gak enak." Ucap Rafa.
"Gak apa, gue masih bisa benerin ini kok. Jam ini gak sebanding sama uang bokap lo yang udah keluar dari dompetnya buat gue."
"Uang?"
Hastu mengangguk lalu menatap Rafa.
"Noh." Hastu menunjuk pojok ruangan yang terdapat perlengkapan sekolah Hastu. Dari sepatu hingga kotak bekal.
"Sepatu gue masih bagus, tetep aja ngeyel dibeliin." Gerutu Hastu. Setelah melihat sepatu dari ayahnya, Rafa melihat sepatu milik Hastu yang cowok itu bawa dari kampung. Rafa mensejajarkannya, memfotonya, lalu membandingkannya. Rafa geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Novela JuvenilMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...