Riska

79 10 1
                                    

Hari berlalu. Apartemen Hastu tak lagi seperti dulu. Apartemen yang selalu bersih dan rapi itu berubah bak kapal pecah. Berkas-berkas berserakan dimeja. Gelas-gelas kotor berjajar tak tentu tempat. Hanya piring yang masih tertata rapi. Berberapa hari ini, Hastu tak nafsu makan. Ia tak berniat melakukan apapun setiap harinya. Ia bahkan tak pergi ke kantor.

Setiap kali bel pintu berbunyi, saat itu pula Hastu bergegas membuka pintu. Berharap Ajeng datang untuknya.

Ia menghabiskan waktu dengan menatap kosong keluar jendela. Ia masih tak percaya, Ajeng begitu kejam padanya.

Dingg doong diing ddongg

Bel pintu membuyarkan lamunan Hastu. Ia menggeloyor menghampiri pintu. Rafa datang berkunjung.

"Gue yakin lo masih nunggu dia." Tebak Rafa. Hastu berjalan gontai menuju dapur.

"Lo perlu ngaca! Liat diri lo, lo kacau!" Ucap Rafa. Hastu tak menyahuti. Ia meneguk segelas air putih. Rafa menghela nafas. Untuk kali kedua, saudara tirinya dilukai oleh orang yang sama. Kedua kalinya pula Rafa tak terima.

"Lo harus liat ini." Ucap Rafa.

"Gue gak mau lo nyesel." Tambah Rafa. Ia meletakkan sebuah flashdisk dimeja kerja Hastu. Namun Hastu sama sekali tak bergeming. Rafa menghampirinya.

"Gue tau lo sedih, tapi jan nyiksa diri lo berlebih. Ayo pulang." Ajak Rafa. Hastu menggeleng.

"Jan cerita apapun ke mama, gue gak mau mama sedih karna gue. Gue bakal berkunjung nanti kalo gue udah baikan." Ucap Hastu lalu menggeloyor pergi ke kamarnya.

####

"Nath, gue mohon.. gue pengen liat mama! Biarin gue menemui beliau." Ucap Ajeng memohon. Wajah dan tangannya lebam membiru. Sudah berhari-hari Ajeng datang menemui Nathan. Memohon kepada cowok itu agar diijinkan menemui Deva. Sayangnya, Nathan tak mengijinkan Ajeng menemui Deva. Bahkan Nathan memindahkan Deva. Nathan menghukum Ajeng karna lancang merusak rencananya.

"Gue rela lo siksa tiap hari, tapi tolong biarin gue ketemu mama." Ucap Ajeng lagi.

"Nyisa lo tiap hari gak ada gunanya! Tapi gue bakal gunain lo buat nyiksa seseorang!" Ucap Nathan. Cowok itu lalu pergi begitu saja melewati Ajeng. Seketika otak Ajeng berfikir keras, Hastu adalah kemungkinan terbesar target Nathan.

####

Ira mengunjungi Hastu dengan mengajak dua orang pelayan untuk membereskan apartemen Hastu. Cowok itu sama sekali tak menyambut kedatangan Ira. Hastu hanya membuka pintu lalu membiarkan Ira melakukan apapun yang ia inginkan.

"Gue tau dari Rafa. Gue gak ngerti jalan pikiran lo." Ucap Ira.

"Sama. Gue juga gak ngerti." Ucap Hastu lirih.

"Hastu," Ira terdiak sejenak. Ia pun merasa sakit saat menyadari selama ini yang ada didalam hati Hastu hanya Ajeng.

"Gue gak minta banyak dari lo. Gue cuman minta tempat dihati lo."

"Gue sayang sama lo."

"Lo tau itu dari dulu."

"Hastu," Ira menghampiri Hastu lalu meraih tangan cowok itu.

"Gue rela jadi alat lo buat lupain Ajeng."

"Gak apa-apa, lo jadiin pelarian. Asal lo bisa jadi Hastu yang dulu! Yang perhatian sama gue!" Rengek Ira. Hastu menelan salivanya. Ia menatap Ira lalu meraih tubuh itu dan memeluknya.

"Sakit ya? Sangat menyakitkan." Ucap Hastu lirih.

"Harusnya, gue lebih paham apa yang lo rasain."

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang