Hastu sedang berkemas. Hari ini ia berencana kembali ke kota. Ajeng sedang memandangi punggung cowok itu dengan raut kesal dan tangan terlipat didada.
"Kita pulang bareng aja!!" Rengek Ajeng.
"Gue gak mau, kita jadi bahan omongan orang." Ucap Hastu sembari terus melioat baju-bajunya.
"Ya masa bodo sama omongan orang, lagian yang nyusulin juga gue, itu berarti gue yang ngejar-ngejar elo." Jujur Ajeng.
"Nah karna itu, kesannya lo itu-"
"Gak punya harga diri? Cewek murahan? Gitu?" Ucap Ajeng memberondong. Hastu menarik nafas lalu menghampiri Ajeng.
"Ini di desa, bukan di kota. Kita udah bermalem berdua, jalan-jalan sampai malem, gue gak mau kalo sampai-"
"Apa?" Sambung seseorang yang berdiri diambang pintu.
"Mama?"
"Tante-"
"Kalo sampe lo bedua macem-macem, gue gantung kalian disini!" Ancam Akmal di belakang Deva.
"Abang?" Ucap Ajeng dan Hastu bersamaan.
####
"Mama ngapain kesini?" Tanya Ajeng.
"Abang juga!" Tambah Ajeng.
Deva menghampiri putrinya itu.
"Mama sedih, kuenya gak ada yang motong. Jadi mama bawa kuenya kesini..." ucap Deva sembari menunjukan sekotak kue ditanganya. Ajeng terharu dengan perhatian mamanya. Gadis itu lalu berhambur dalam pelukan mamanya.
Hastu menunduk sedih. Sementara Akmal memperhatikan kondisi seluruh ruangan rumah Hastu.
"Maafin Hastu tante, Hastu yang salah." Ucap Hastu. Deva menoleh.
"Knapa Hastu minta maaf? Yang salah paham kan Ajeng. Tapi tante tuh penasaran, siapa sih orang spesial dihati Hastu?" Ucap Deva.
"Itu-"
"Lo tinggal disini sendirian? Dari kapan?" Potong Akmal.
"Sejak emak gak ada, dari SMP." Jawab Hastu lirih. Deva menyenggol bahu anaknya itu.
"Oh iya, nanti Rafa sama yang lain mau nyusul kesini." Ucap Deva mencoba mencairkan suasana. Hastu hanya mengangguk begitu pula Ajeng. Gadis itu kembali merasa bersalah mengingat dirinya yang salah paham mengenai ibu Hastu.
"Hastu." Panggil Deva.
"Ya?"
"Tante boleh ketemu sama emak?" Pinta Deva. Baik Hastu, Ajeng dan Akmal, mereka tertegun mendengar permintaan Deva.
####
Deva sudah bersiap membawa bunga untuk ditaburkannya diatas pusara emak Hastu. Hastu menunjukan jalan menuju tempat peristirahatan terakhir emaknya.
"Masih jauh?" Tanya Deva.
"Sebentar lagi sampai kok tante. Tapi kalo Hastu boleh kasih saran mending tante pakai sendal aja." Ucap Hastu.
"Knapa?"
"Jalannya gak bagus kalo tante pakai sepatu berhak." Jelas Hastu.
"Oh, yaudah." Ucap Deva lalu melepas sepatunya. Sekali lagi Hastu tertegun. Ibu dari gadisnya itu tak sedikitpun merasa jijik dengan kondisi sekitarnya. Bahkan beliau rela telanjang kaki untuk menemui emak Hastu.
"Tante sama kayak kamu." Ucap Deva. Mereka kembali melanjutkan perjalanan.
"Maksudnya?" Tanya Hastu. Deva masih enggan menjelaskan. Mereka terus berjalan hingga langkah Hastu berhenti pada satu makam dengan nisan tanpa nama. Namun Hastu mampu mengenali tempat peristirahatan terakhir ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Teen FictionMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...