Tak Akan Berubah

118 14 2
                                    

Ost. Bab ini I Will Be by: Avril Lavigne.

Hari berlalu. Nampak Ajeng mulai membaik. Meski tetap tak pernah mengunjungi kelas Hastu seperti yang lalu. Berulang kali Hastu mendapat ejekan dari teman cowoknya. Hastu telah dicampakan. Kurang lebih begitu isi ejekan yang sering Hastu dengar. Tapi Hastu tak peduli, Hastu hanya peduli pada perasaan miliknya. Tak kan pernah berubah.

Hastu duduk di depan kelasnya. Menikmati angin sepoi-sepoi di bawah pohon. Sesekali matanya melirik ke kelas Ajeng. Berhari-hari selalu melakukan hal yang sama. Berharap hari ini adalah hari keberuntungannya dapat melihat Ajeng. Hastu rindu.

Ajeng keluar dari tempatnya bersembunyi. Bu Metta menugaskannya membawa buku tugas semua siswa kelasnya. Mata Hastu berbinar saat hari keberuntungannya benar-benar datang hari ini. Ia melihat Ajeng. Meski Ajeng tak membalas menatapnya. Seulas senyuman terbit disudut bibir Hastu.

####

Hari berganti. Beberapa anak yang dulu ditolak Ajeng dan menerima bully-an Akmal merencanakan sesuatu untuk Ajeng di kantin. Hastu melihat dan mendengar rencana mereka. Namun ia diam saja.

"Duduk sini aja. Gue udah laper." Keluh Ajeng. Mendengar suara Ajeng, membuat Hastu segera menoleh pada gerombolan tadi yang duduk tak jauh dari tempat duduk Ajeng.

"Mo pesen apa?" Tanya Mayang.

"Siomay aja."

"Lo?"

"Samaan deh." Jawab Nilam.

"Yaudah bentar." Ucap Mayang. Gadis itu menggeloyor memesan makan. Sementara Nilam merasa ingin pergi ke toilet, membuat Ajeng duduk seorang diri.

Gerombolan itu bersiap dengan balon dan jarum ditangan mereka masing-masing. Mereka menghampiri Ajeng dan mendekatkan balon-balon itu pada telinga Ajeng. Hastu bergegas berdiri. Ia menutup telinga Ajeng tepat saat mereka menusuk balon itu dengan jarum. Tanpa Hastu sadari, tangannya sempat tertusuk beberapa jarum.

Ajeng syok. Anak-anak itu lari kalang kabut untuk menghindari Mayang dan Nilam. Mereka takut kedua gadis itu akan melaporkan kejadian tadi pada Akmal.

"Lo gak apa-apa?" Tanya Hastu khawatir. Kedua tangannya memegangi wajah Ajeng.

Darah Ajeng kembali mendesir. Perasaan yang ia yakini berubah, nyatanya tak berubah sama sekali. Jantungnya masih berdegup kencang sama seperti dulu setiap bertemu dengan Hastu.

"Gue gak apa-apa." Ucap Ajeng menepis tangan Hastu lalu beranjak pergi. Ia tak ingin perasaan itu semakin dalam dan membuatnya semakin kesulitan.

Hastu pun bangkit dari posisinya berjongkok. Ia menatap tangannya yang ditepis Ajeng. Ia baru menyadari tangannya tergores jarum.

"Perih." Ucapnya lirih.

"Tapi ada yang lebih parah." Tambahnya.

"Hati gue." Ucap Hastu dalam hati.

####

Hari-hari yang dihabiskan Rafa dan Riska demi membantu Hastu, membuat keduanya makin dekat. Bahkan sudah bertukar nomor WhatsApp dan akun sosial media masing-masing.

Rafa sempat bercerita pada Riska tentang tujuan Hastu bekerja lembur beberapa hari yang lalu. Rafa juga membagikan foto kado yang akan Hastu berikan pada Ajeng untuk ulang tahunnya. Riska terharu. Begitu besar rasa sayang Hastu pada Ajeng.

"Gue iri." Tulis Riska pada balasan chat-nya.

"Keren bat ya si Hastu. Gue suruh  minta uang bokap kagak mau dia." Balasan dari Rafa.

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang