Nathan menemui Ajeng diatap sekolah. Setelah kejadian terakhir, Ajeng lebih suka berdiam diri diatap sekolah. Ia berharap bisa bertemu Hastu secara tak sengaja dan mengulang waktu seperti saat pertama mereka bertemu. Kenangan-kenangan mereka berputar dalam ingatan Ajeng.
"Ternyata lo disini?" Ucap Nathan. Ajeng menoleh.
"Nunggu seseorang?" Tanya Nathan sembari duduk disamping Ajeng.
"Status hubungan kalian gak jelas, tapi lo kek gini udah berhari-hari." Gerutu Nathan. Ajeng tak menanggapi. Nathan berjongkok didepan Ajeng lalu meraih tangannya. Menggenggam erat tangan itu.
"Lo tau perasaan gue dari dulu, gue peduli semua tentang lo. Gue gak mau lo sedih terus kek gini. Gue sakit liat lo nangis." Ucap Nathan. Ajeng menatap Nathan.
"Gue-"
"Seenggaknya kasih gue kesempatan buat ngebuktiin gue pantes buat lo." Potong Nathan. Ajeng tercekat.
"Gue bakal berusaha."
"Gimana bisa? Gimana gue bisa ngejadiin lo tempat gue bersandar saat gue hancur? Lo temen gue yang baik, gue gak-"
"Lo lebih tau gue dibanding orang tua gue! Gue sayang sama lo!" Potong Nathan. Ajeng mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Gue mohon. Ijinin gue ada dihati lo. Biarin gue berusaha buat nyembuhin sakit dihati lo." Tambah Nathan.
"Saat ini gue belum bisa nerima perasaan siapapun. Tapi gue gak ngelarang lo buat berusaha. Jadi, buat gue tersenyum. Jadilah alesan agar gue tersenyum." Ucap Ajeng. Nathan tersenyum. Usahanya membujuk Ajeng sedikit berhasil.
"Gue janji." Ucap Nathan.
####
Hastu menyibukan diri diperpustakaan. Meski gunjingan tentangnya yang ditinggalkan Ajeng sayup-sayup terdengar oleh telinganya, Hastu mencoba untuk tetap tenang sembari membolak-balik buku ditangannya. Hanya helaan nafas yang berulangkali keluar dari mulutnya.
"Iba? Mayan lah. Udah dibully abangnya eh sekarang malah ditinggalin."
"Bukan ditinggal mungkin, dia cuman dipake buat pelarian doang."
"Lo tau?"
"Iya, menurut kakek gue, Ajeng udah dijodohin sama seseoranf dari kecil."
"Kakek lo kok bisa tau?"
"Tau lah, dulu kakek gue temenan sama kakeknya Ajeng."
"Jadi disini yang jadi orang ketiga, si Hastu dong?"
"Mungkin. Gue gak tau pastinya."
"Halahhh kalian, ini perpus! Tempat baca buku, bukan ghibah! Ngomongin sesuatu yang belom pasti bener, salah-salah lo kena pasal!" Sahut seorang siswa.
"Sok banget lu!" Sahut kedua siswa pertama.
"Yang dipojok bisa diem gak?" Sentak penjaga perpustakaan.
####
Ingin sekali Hastu menahan diri agar tak pergi ke kantin, namun cacing-cacing diperutnya meronta meminta jatah. Ia terpaksa harus pergi ke kantin padahal jam istirahat tinggal lima menit lagi. Hastu mendengus. Ia beranjak dari perpustakaan menuju kantin. Ia berlari agar mendapat cukup waktu untuk makan. Namun langkahnya terhenti tepat didepan pintu kantin.
(Ost. Happier by: Ed Sheeran)
Ajeng disana bersama Nathan, Akmal, Mayang, Nilam, Angga dan Gibran. Posisi Hastu tergantikan oleh Nathan. Tangan Hastu terkepal kuat menahan emosi. Sesekali Nathan bercerita, hal itu membuat Ajeng dan yang lain tertawa. Ajeng bahagia, Hastu bersyukur untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Teen FictionMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...