"Apa kabar?" Ulang Nathan.
"Gue baik, Alhamdulillah." Jawab Hastu singkat. Perubahan raut wajah Hastu terlihat cukup jelas. Sesuatu yang menyenangkan bagi seseorang.
"Lo Ajeng, kan?" Tanya Nathan beralih menatap Ajeng. Lagi-lagi Hastu terkejut. Ia mengenyit heran, apakah yang terjadi dimasalalu?
"I-i-iya." Jawab Ajeng terbata.
"Apa kabar?" Tanya Nathan. Ajeng merasa terintimidasi dengan pertanyaan Nathan, ia meremas ujung kaosnya.
####
"Gue sama Ajeng udah lama gak ketemu," ucap Nathan membuka percakapan. Mereka berada di sebuah restoran yang letaknya tak jauh dari hotel.
"Pertunangan gue batal." Tambah Nathan. Hastu dengan tenang meletakan kembali latte ditangannya.
"Cukup penjelasan dari lo, emang gue cukup terkejut tadi. Tapi gue gak bakal maksa kalo Ajeng gak mau cerita." Tutur Hastu. Ajeng menatap bergantian Hastu dan Nathan.
"Lo bisa milikin dia." Ucap Nathan dengan sorot mata yang mengintimidasi.
"Dia bukan milik siapa-siapa. Dia manusia bukan benda." Tukas Hastu dengan tenang. Tangan Nathan perlahan terkepal meski raut wajahnya tenang.
####
Hastu mengajak Ajeng berjalan-jalan ke pantai. Ajeng melepas sendalnya.
"Knapa?" Tanya Hastu.
"Jalan diatas pasir gak enak kalo pakai sendal." Jawab Ajeng. Hastu pun meraih sendal itu.
"Biar gue bawain." Ucap Hastu. Ajeng terdiam.
"Tapi- lo majikannya."
"Ini diluar apartemen. Gue ngajakin lo kesini, karna gue pikir lo bakal jadi jimat keberuntungan gue buat menangin saham gue." Canda Hastu.
"Jadi bagi lo, gue ini cuman sebatas benda keramat?"
Hastu tersenyum geli.
"Terserah lo mendefinisikannya kek gimana, tapi lo berharga buat gue juga kedua orang tua lo."
Ajeng terdiam. Ia teringat kembali bagaimana papanya digiring polisi dengan tuduhan korupsi dan mamanya yang harus menderita setiap hari.
"Lo gak penasaran gimana gue jadi gini?" Tanya Ajeng getir. Hastu mengambil duduk dipinggir pantai, membiarkan deburan ombak menyapu kakinya perlahan. Ajeng pun ikut duduk disampingnya.
"Ada hal-hal yang pengen gue ketahui, tapi saat pemiliknya tak menginginkannya," Hastu tersenyum lalu menoleh menatap Ajeng.
"Gue gak akan maksa. Waktu yang akan jelasin semuanya." Lanjut Hastu. Ajeng terpaku.
"Lo masih sama kek dulu. Hastu yang lugu, bijaksana, dan baik hati." Ucap Ajeng tulus. Mendengar itu, Hastu tertawa geli.
"Saingan malaikat dong." Canda Hastu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Teen FictionMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...