Ciee Yang Udah Gede

94 12 8
                                    

Para penjaga yang mengawasi Hastu dirumah pengacara itu bergegas melapor kepada Anggoro. Meski Nathan telah melakukan banyak hal untuknya, nyatanya pria paruh baya itu sama sekali tak mempercayai anaknya dengan tulus.

Anggoro masih mencurigai Nathan berpihak kepada Ajeng mengingat kedekatan mereka dimasalalu.

"Jadi begitu. Baiklah, sepertinya aku perlu mengunjungi anak laki-laki ku itu." Ucap Anggoro.

####

Ajeng masih berada diruang kerja Nathan. Membujuk cowok itu untuk segera bangkit. Namun perasaan bersalah dan kenangan-kenangan pahit masa kecil bersama ayahnya terus menyiksa Nathan. Suara tangis Nathan bahkan hampir menghilang.

Sementara itu Hastu bergegas menuju rumah Ajeng. Ia melajukan mobilnya bak orang kesurupan. Hastu segera menghubungi Ajeng begitu mengetahui kekasihnya lah yang mampu mengakses seluruh aset keluarga Wijaya. Secarik kertas pemberian pak Adikusuma menjelaskan hanya retina keturunan Wijaya yang mampu membuka kunci passwordnya.

"Halo, lo dimana?"

"Rumah itu sedang diawasi."

"Iya, beliau kesulitan menjelaskannya. Gue jemput lo sekarang keluar dari sana!"

"Apa?"

"Tapi dia yang nyuruh pengawal itu buat-"

"Gue gak mau ambil resiko!"

Hastu nampak panik saat Ajeng menjawab tak bisa meninggalkan Nathan begitu saja.

"Oke gini, suruh dia buat buka pintunya. Pastiin dia berperan buat menyandera lo lalu keluar bersama!" Ucap Hastu seketika.

"Sepuluh menit gue nyampai. Lo buruan keluar!"

####

"Nath, ayok!" Ucap Ajeng.

"Gue bakal tebus dosa-dosa gue. Lo bisa pergi dari sini!" Jawab Nathan lemah.

"GUE BUTUH LO BANGSAT!!" Teriak Ajeng.

"Ini semua bukan karna lo! Tapi bokap lo! Jadi dia yang harus tanggung jawab! Berdiri sekarang, ayok keluar! Ayok selesain ini sama-sama! Jangan jadi pengecut!" Ucap Ajeng emosi. Tangis Nathan pecah mendengar kalimat penuh optimis dari Ajeng.

Dengan tertatih, Nathan pun bangkit sesuai instruksi dari Ajeng. Ajeng memperkirakan pintu depan sudah dijaga ketat oleh para penjaga ayahnya. Ia pun berinisiatif agar Nathan meminta tolong kepada Disya.

"Disya suka sama lo! Lo bisa manfaatin perasaannya itu biar kita bisa keluar secepatnya! Gue bakal kabarin Hastu biar dia nunggu kita dipintu belakang." Jelas Ajeng. Nathan mengangguk paham.

"Jangan nangis lagi! Lo cowok!" Tegas Ajeng. Nathan pun mengusap kasar wajahnya lalu segera mencari Disya.

"Dis." Panggil Nathan. Gadis itu menoleh.

"Ya?"

"Gue perlu bantuan lo."

"Untuk?"

"Gue bisa jelasin semuanya nanti, tapi untuk sekarang bantu gue keluar dari sini." Jelas Nathan. Ajeng menyusul Nathan. Dari kejauhan ia bisa melihat sesuatu yang dipegang Disya.

"Nath! Awas!" Teriak Ajeng tepat saat Disya menusukan pisau yang ia bawa. Nathan meringis menahan sakit diperutnya.

Tangis Disya pecah seketika. Ia melepas pisau yang bersimbah darah Nathan dari tangannya.

"Itu buat nyawa orang tua gue yang udah direbut papa lo!" Teriak Disya. Nada suaranya bergetar. Ajeng segera berhambur menghampiri Nathan yang memegangi perutnya.

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang