Hastu sedang membantu Ajeng keramas. Ajeng mengeluh rambutnya terasa berat karna beberapa hari tak mandi. Awalnya Hastu menolak, ia tak ingin luka Ajeng lambat mengering namun Ajeng terus memaksanya.
"Pelan-pelan." Desis Ajeng saat Hastu tak sengaja menjambaknya.
"Iya, ini udah pelan." Jawab Hastu.
Diluar pintu kamar, Angga sedang menguping.
"Lo ngapain, badak?" Tanya Gibran yang baru saja sampai dilantai atas.
"Sssttt." Angga menghampiri Gibran dengan jari telunjuk menutup bibir sebagai isyarat agar Gibran diam.
"Diem napa! Lagi seru!" Ucap Angga.
"Lo ngintip?" Tanya Gibran.
"Kagak, nguping doang. Keknya si Hastu udah gak sabar." Jelas Angga. Gibran mendesis sebal.
"Lo sarap! Bisa-bisanya lo nguping mereka. Mau gue laporin Akmal?" Ancam Gibran.
"Alahh, elu aja yang aneh. Mana ada cowok gak pernah liat video 'begituan'? Lu doang! Gue jadi ragu lo suka lawan jenis." Ucap Angga.
"Gak usah ngalihin percakapan deh."
"Alah ngaku aja deh!"
"Lo bedua, ngebahas apaan?" Tanya Mayang yang tiba-tiba muncul di belakang Gibran.
"Lo? Kalian? Jangan-jangan-"
Gibran menyambar jari telunjuk Angga yang menunjuk Gibran dan Mayang bergantian.
"Jan mikir terlalu jauh!" Ucap Gibran lalu pergi meninggalkan mereka.
"Lo ngapain kesini, May?" Tanya Angga. Mayang mengerutkan dahi.
"Jan panggil gue kek gitu!" Ucap
"Lahh, knapa emang?"
"Aneh ditelinga gue."
"Yaudah, lo mo ngapain kesini Yang?" Ulang Angga. Kali ini Mayang membulatkan matanya lebar-lebar saking terkejutnya.
"Kok gak jawab, Yang?" Tanya Angga lagi membuyarkan lamunan Mayang.
"Jangan panggil gue gitu!" Ucap Mayang kesal sendiri.
"Nah kan, gue bener."
"Apa?" Sentak Mayang.
"Cewek itu sederhana, moodnya doang yang ribet. Dipanggil May dibilang aneh, dipanggil Yang malah melotot sampai mo kluar tu bola mata." Gerutu Angga. Mayang mendengus kesal. Ia menarim nafas dalam-dalam.
"Oke, terserah lo." Ucap Mayang pasrah.
"Gue yakin, lo belom pernah kan dipanggil Yang sama orang lain? Ngaku deh." Desak Angga. Mayang terpaku menyadari kebenaran dalam kalimat Angga barusan. Ia terdiam.
"Serah lo serah! Minggir, gue mo ketemu Ajeng." Ucap Mayang melewati Angga begitu saja.
"Eeett eet eettt," Angga mencekal tangan Mayang lalu menariknya agar kembali pada posisinya semula, namun karna Angga menarik terlalu kuat, Mayang malah oleng dan kehilangan keseimbangan tubuhnya. Mayang hampir terjatuh jika Angga tak segera menariknya kedalam pelukannya.
Mereka saling menatap satu sama lain. Mayang tak bisa mengontrol degup jantungnya. Ini benar-benar pertama kali baginya jatuh dalam pelukan seorang cowok. Ia bahkan tak berani menyentuh tangan Akmal, seesorang yang ia cintai. Entah ia paham atau tidak apa makna sebenarnya cinta itu, yang jelas yang ia tahu hanya dirinya menyukai Akmal. Dan tak pernah merasakan degup jantung seperti saat ini.
"L-l-lo gak apa-apa?" Tanya Angga gugup. Bukan Angga yang biasanya, kali ini ia gugup karna seorang Mayang. Padahal, memeluk berbagai jenis cewek adalah keahliannya dan dia tak pernah sekalipun merasa gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Fiksi RemajaMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...