Reuni

92 15 5
                                    

Malam semakin larut. Sebenarnya, Hastu harus mengecek ulang file-file dari kantornya. Namun ia tak tega meninggalkan Ajeng sendirian. Disamping lampu belum menyala, gadis yang kini berbaring dikamarnya itu sesekali mengigau. Hastu lelah dengan posisinya saat ini. Ia berjongkok dipinggir kasurnya dengan tangan yang digenggam erat oleh Ajeng.

Berhiaskan lilin temaram disudut ruangan, tak menyurutkan kecantikan Ajeng. Pun tak menghalangi mata Hastu untuk menatap lekat wajah disampingnya kini.

Hastu berinisiatif mengganti tangan yang digenggam Ajeng dengan tangan yang satunya. Ia lalu melompati Ajeng agar bisa berbaring disamping gadis itu.

"Aduuhh, punggung gue." Keluh Hastu merasakan pegal dipunggungnya akibat terlalu lama berjongkok. Ia menatap langit-langit kamarnya. Hiasan dekorasi langit dan awan diatasnya membuat Hastu teringat pertama kali bertemu Ajeng diatap sekolah. Ia lalu menoleh menatap wajah penuh kegusaran disampingnya.

Hastu memiringkan tubuhnya menghadap Ajeng yang terbaring terlentang. Tangan itu mencengkeram kuat tangan Hastu.

"Mama, pa! Papa!" Guman Ajeng. Gadis itu tengah bermimpi. Tapi air matanya mengalir membasahi pipinya. Hastu mengernyitkan dahi menahan cengkraman tangan Ajeng. Merasakan deru nafas menyapu wajahnya, Ajeng beringsut mendekat. Tubuhnya yang gemetar menjadi lebih tenang. Hastu menarik selimut di kakinya untuk menyelimuti tubuh Ajeng. Waktu menunjukan pukul 03:04 dini hari. Dan kantuk mulai menyerang Hastu. Cowok itu pun terlelap disamping Ajeng.

 Cowok itu pun terlelap disamping Ajeng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

####

Ajeng terbangun saat merasakan silau dimatanya. Lampu sudah menyala dan waktu menunjukan pukul 08:00 pagi. Ajeng mengerjapkan matanya. Ia merasa ada tangan yang memeluknya.

"Astaghfirullahaladzim!" Ucap Ajeng sedikit berteriak membuat Hastu ikut terbangun.

"Apa sih brisik banget!" Gerutu Hastu.

"Lo- ki-kita-"

"Apa?"

"Lo ngapa-"

"Gue gak ngapa-ngapain lo! Lo yang narik-narik tangan gue! Lo juga yang beringsut ke gue! Jadi harusnya gue yang nanya, lo ngapain gue?" Potong Hastu.

"Gue?"

"Iya. Lo gak inget? Ato pura-pura gak inget?"

Ajeng mencoba mengingat.

"Udah sana, siapin sarapan sama air buat gue mandi. Baju gue juga!" Ucap Hastu. Ia lalu menutup kembali wajahnya dengan selimut. Ajeng terdiam namun rasa kesal terlihat jelas diwajahnya.

"Iya." Jawab Ajeng. Lalu menggeloyor keluar kamar. Hastu membuka selimutnya kembali dan menatap tubuh yang kian menjauh darinya hingga hilang dibalik pintu.

 Hastu membuka selimutnya kembali dan menatap tubuh yang kian menjauh darinya hingga hilang dibalik pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang