Hastu berada dikantornya. Ia mulai menyiapkan berkas yang berisi peralihan kepemilikan perusahaannya atas nama Akmal Ibrahim Wijaya. Semua koleganya sudah mengenal Akmal dengan baik. Hastu menatap seluruh isi ruangannya. Ia menghela nafas. Hastu yakin dengan keputusannya. Setelah ini, ia hanya akan menghabiskan waktunya untuk Ajeng.
Suara keributan diluar membuat Hastu terganggu. Sebuah telepon masuk ke ruangannya. Belum sempat ia menghampiri dering telepon itu, seorang gadis menerobos masuk begitu saja ke ruang kerja Hastu.
"Hastu!!!" Seru gadis itu. Ia berhambur kearah Hastu. Memeluk cowok itu yang masih mematung ditempat.
"Gue yakin lu lupa sama gue!" Tabak gadis itu setelah melepas pelukannya. Hastu mengerutkan dahi.
"L-lo" Hastu mencoba mengingat. Gadis itu tersenyum meremehkan.
"Marsha?" Tebak Hastu.
"Wkwkwk kemajuan nih, kirain otak lo masih lemot kek dulu. Lo apa kabar?" Tanya Marsha. Hastu tersenyum hangat.
"Gue baik. Lo sendiri apa kabar?" Tanya Hastu balik.
"Gak terlalu baik, gue masih harus bolak-balik pergi ke psikiater." Cerita Marsha. Ia mengambil duduk disofa.
"Psikiater? Lo sakit?"
Marsha mengangguk.
"Semua itu gara-gara Ira. Gue heran, sesayang itu dia ke elo, sampai tega neror gue. Kirim-kirim gue sama bingkisan gak jelas, gantung pocong di sudut kamar gue, sampai gue stres dan pengen bunuh diri." Cerita Marsha. Hastu mengerutkan dahi, ia baru mengetahui hal itu.
"Gue emang denger itu dari Riska, tapi gak paham kalo sampai separah itu." Ucap Hastu.
"Lo tau, dokter bilang gue ini kek gak sadar sama apa yang gue lakuin. Kek sejenis ngehalu yang berlebihan. Dan dokter bilang, ada obat yang selama ini gue konsumsi secara gak sadar. Gue yakin dia nambahin sesuatu ke segala makanan, minuman, benda yang gue pakai, sampai obat yang dikasih papa." Ucap Marsha lagi.
"Kok lo bisa tau sampai sedetail itu?" Hastu sedikit curiga.
"Tau lah, pembantu gue orang bayaran dia." Jawab Marsha.
"Ohh," sahut Hastu.
"Betewe, lo udah makan siang belom?" Tanya Marsha. Hastu menggeleng.
"Makam bareng yuk!" Ajak Marsha.
"Makasih tawarannya, tapi bentar lagi makan siang gue sampai kok." Ucap Hastu.
"Sampai? Lo pesen makan?"
"Enggak, tapi-"
"Assalamu'allaikum, sayang maaf aku telat-" Ajeng mematung didepan pintu saat melihat Hastu sedang berbincang dengan seorang gadis. Hastu berdiri menghampiri Ajeng.
"Aku udah laper, makan bareng yuk." Ajak Hastu lalu menarik tangan Ajeng.
"Ini-"
"Ajeng, istri gue." Ucap Hastu. Ajeng mengulurkan tangannya. Marsha meraih tangan Ajeng. Mereka saling menjabat.
"Ajeng."
"Marsha."
####
Hastu menemani Ajeng berbelanja. Mereka menyusuri berderet susu formula untuk bayi, anak hingga ibu hamil.
"Susu yang kemaren masih gak?" Tanya Hastu.
"Masih kok." Jawab Ajeng singkat. Matanya menatap lurus seorang anak diujung deret susu. Anak laki-laki itu tengah menengadah menatap susu untuk ibu hamil. Dari penampilannya, anak laki-laki itu masih dibangku SMP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Novela JuvenilMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...