Kampung Hastu

131 14 1
                                    

Ost. Bab ini Stuck in the Moment by: Justin B.

Ajeng dan Hastu tertidur dibangku ruang tamu dengan posisi Ajeng terlelap didada Hastu. Hingga sebuah ketukan pintu membangunkan Ajeng. Ajeng menguap dengan mata sedikit terbuka. Pintu kembali diketuk membuat Ajeng sadar sepenuhnya.

"Udah siang ya?" Gumamnya.

"Siapa sih ketuk-ketuk dari tadi?" Ajeng bangun dan berjalan lunglai menuju pintu.

"Ya?" Ucapnya begitu pintu terbuka.

"Ka-kak-kamu siapa?" Tanya gadis itu.

"Aku? Aku-"

"Atin? Ada apa?" Tanya Hastu yang juga terbangun.

"Atin mo nganterin sarapan buat kakak."

"Ohh, makasih ya." Ucap Hastu. Ia menghampiri kedua gadis yang saling berhadapan itu.

"Kakak punya permintaan, boleh gak?" Ucap Hastu lembut. Ajeng melirik cowok disampingnya itu.

"Apa kak?" Ucap Atin dengan riang.

"Pinjem baju dong." Jawab Hastu dengan tersenyum. Ajeng merasa tak dihiraukan. Ia memilih berbalik tapi tangannya dicekal oleh Hastu.

"Kakak mo pake baju Atin?" Tanya Atin.

"Bukan, kakak pinjem buat pacar kakak." Jawab Hastu sembari menatap Ajeng. Rona dipipinya berubah drastis. Yang sedari tadi merah menahan marah kini semakin merah karna tersipu malu. Spontan raut wajah Atin berubah kecewa.

"Ini pacar kakak?" Tanya Atin. Hastu mengangguk.

"Cantik, kan?" Puji Hastu. Ajeng meleleh.

"Iya cantik, tapi kayaknya rabun." Ejek Atin. Ajeng mengkerutkan dahi.

"Mana ada, cewek cakep yang mau deket sama kakak. Palingan cewek yang mau kenal sama kakak cuman aku sama almarhum emak." Jelas Atin.

"Ya buktinya kakak punya pacar cakep, rela kesini lagi nyariin kakak. Padahal rumahnya jauh, dikota lagi." Tutur Hastu.

"Mata kakak baik-baik aja kok, dan kakak liat kak Hastu cowok paling ganteng dalam hidup kakak." Ucap Ajeng tak ingin kalah. Atin bungkam seribu bahasa.

####

Hastu sedang bersiap membuat sarapan untuknya dan Ajeng. Ajeng yang sudah berganti baju, menghampirinya.

"Hai." Sapa Ajeng.

"Bentar-bentar, lagi ngulek nih." Ucap Hastu.

"Ngulek sambil ngomong bisa, kan?"

"Iya ngomong aja." Jawab Hastu tanpa menoleh.

"Yang tadi itu... beneran?" Tanya Ajeng malu-malu.

"Ambilin solet dong." Pinta Hastu.

"Apaan solet?" Tanya Ajeng tak mengerti.

"Itu yang ada di rak."

"Ini?" Ucap Ajeng sembari mengulurkan sutil kayu. Hastu menoleh lalu tersenyum geli.

"Itu namanya sutil, sayang..." ucap Hastu. Ajeng membeku dipanggil seperti itu. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menutupi rasa malunya.

"Kalo mo senyum, senyum aja. Jan ditahan gitu." Goda Hastu.

"Apaan sih."

"Ini namanya solet." Tunjuk Hastu sembari menghampiri Ajeng.

"Beneran gak tau, ato pura-pura gak tau sih?" Tanya Hastu menatap lekat gadis dihadapannya itu. Rona dipipi Ajeng bertambah merah.

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang