Tamu

84 11 2
                                        

"Pulang gih, istirahat." Ucap Hastu saat melihat Ajeng yang mulai mengantuk. Disya pun menoleh.

"Kalian pulang aja, biar gue yang jaga disini." Ucap Disya.

"Gue mo nunggu Nathan sadar, dan nanya keberadaan mama." Ucap Ajeng.

"Gak sabaran banget." Gerutu Disya. Ajeng tak menyahuti lagi. Ia merebahkan diri dipangkuan Hastu.

"Capek ya?" Tanya Hastu. Ajeng mengangguk.

"Ya sama gue juga. Ini malah lo tambahin." Keluh Hastu. Spontan Ajeng kembali duduk tegak dan melirik tajam kearah Hastu. Disya tertawa kecil.

"Kalian berdua gak ada cita-cita mo nikah?" Tanya Disya yang gemas terhadap Hastu.

"Ada." Jawab Ajeng.

"Cita-cita kok nikah!" Celetuk Hastu. Spontan dua gadis disampinya pun menoleh, Disya mengerutkan dahi sementara Ajeng menatapnya penuh tanya.

"Apa?" Tanya Hastu datar.

"Lo gak pengen nepatin janji lo?" Tanya Ajeng. Kini Disya beralih menatap Ajeng.

"Jangan bilang kalo kalian udah-" tebak Disya.

"Nikah itu bukan termasuk cita-cita. Nikah adalah ibadah. Nah kalo cita-cita tuh impian, mimpi waktu kecil yang di-"

"Iya bapak, khotbahnya besok aja dimasjid." Potong Ajeng. Hastu pun terdiam sementara Disya tertawa keras mendengar percakapan ngaco pasangan disebelahnya.

####

Hari berikutnya, Nathan sudah boleh dibesuk. Disya tengah mengupaskan apel untuknya. Sementara Hastu dan Ajeng pulang untuk membersihkan diri.

"Lo semalem disini?" Tanya Nathan.

"Iya."

Raut wajah Nathan memperlihatkan sebuah penyesalan. Menyesal telah menyakiti gadis yang begitu peduli akan keselamatannya. Yang telah ia rebut kebahagiaannya bersama kedua orangtuanya.

"Gue mo mastiin, lo mati atau masih hidup." Lanjut Disya masih menunduk. Nathan terpaku mendengar kalimat itu terlontar dari bibir Disya. Tak lama, gadis itu menoleh menatap Nathan. Tangannya masih memegang sebilah pisau buah.

Nathan mencoba bangkit dari posisinya berbaring. Tangannya memegangi perutnya. Ia meringis menahan sakit. Disya bergegas membantu Nathan.

"Lo liat, gue masih hidup. Dalam kondisi lemah." Ucap Nathan. Disya berhenti. Ia menatap Nathan.

"Lo bisa bunuh gue lagi." Lanjut Nathan. Disya mematung.

"Dan nyatain cinta lo lagi." Tambah Nathan. Mereka saling menatap cukup lama.

"Makasih udah peduli sama cowok brengsek kek gue. Maafin gue. Gue sayang sama lo." Ucap Nathan. Tanpa menjawab, Disya meraih wajah Nathan lalu mencium cowok itu. Nathan terkejut, matanya membulat seketika.

 Nathan terkejut, matanya membulat seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang