Hastu menjemput Ajeng. Sesuai janjinya kemarin, Hastu akan mengajak Ajeng ke bridal shop.
"Gak masuk dulu?" Tanya Ajeng.
"Gue ada meeting nanti jam dua. Takut gak keburu." Ucap Hastu.
"Oh, yaudah. Emm-"
"Apa?" Tanya Hastu lembut sembari membukakan pintu mobil untuk Ajeng.
"Gue-pengen main kerumah Nilam."
"Yaudah, pergi aja. Knapa ijin dulu?"
"Formalitas aja, lo calon suami gue jadi gak enak aja rasanya." Ucap Ajeng. Hastu mendekat, ia mencondongkan tubuhnya untuk meraih seat-belt disamping Ajeng.
"Sebenernya lo minta ijin gue, ato nyuruh gue buat bilangin ke abang?" Bisik Hastu. Ajeng ketahuan, ia tersipu malu.
"Gue tau, rencananya. Yaudah sih, gak masalah." Ucap Hastu kembali duduk tegak dibelakang kemudi. Ajeng meraih tangan kiri Hastu dan mengenggamnya erat.
"Makasih." Ucap Ajeng.
"Gitu doang?" Tanya Hastu.
"Terus?"
"Traktir gue makan bakso."
"Ahh, gampang itu."
"Janji ya?"
Ajeng mengangguk penuh keyakinan.
####
Mobil memasuki pelataran toko. Hastu memarkirkannya dan membukakan pintu mobil untuk Ajeng. Tanpa mereka sadari, sepasang mata penuh luka tengah menatap kearah mereka.
"Ready?" Tanya Hastu. Kebahagiaan jelas terukir diwajah Ajeng. Senyumnya tak pernah pudar.
"Gue deg-deg-an." Jawab Ajeng sembari memegang dadanya. Merasakan degup jantung yang tak beraturan sebagai ungkapan kebahagiaan yang tak terkira.
"Kok gitu? Padahal besok gue mo ajakin ke percetakan. Terus besoknya lagi, nentuin tempat akadnya. Terus, dimana kita bakal bulan madu,"
"Kok bulan madu dulu? Gak pake prewed?" Ucap Ajeng mengingatkan. Hastu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Terus, cincinnya?" Tambah Ajeng sembari menunjukan jemari tangannya. Hastu manggut-manggut.
"Gimana kalo prewed-nya gak usah?" Tanya Hastu.
"Knapa? Kita nikah cuman sekali seumur hidup, seenggaknya rayain yang meriah dong." Ucap
"Emm, iya tapi-"
"Plis?" Ajeng memohon dengan menyatukan kedua tangannya. Hastu mengangguk meski ragu, ia ingin menuruti semua keinginan Ajeng.
"Makasih." Ucap Ajeng.
"Lagi?"
"Gue traktir bakso satu grobak deh." Ucap Ajeng. Hastu tersenyum geli.
"Oke, abis gitu kita yang jualan baksonya." Ucap Hastu.
"Buat foto prewed mungkin seru." Sahut Ajeng seolah mendapat ide. Hastu berfikir sejenak lalu mengangguk setuju.
####
"Nathan rela, kalo itu bikin papa seneng." Ucap Nathan. Ia benar-benar dilaporkan oleh Anggoro dengan tuduhan menjebak Stevano Wijaya. Anggoro tersenyum senang. Ia bangga pada dirinya sendiri karna telah berhasil membuat kedua anaknya patuh akan semua keinginannya.
"Nath!" Ucap Disya tak rela kekasihnya itu harus mendekam dibalik jeruji besi untuk kesalahan yang terpaksa ia lakukan.
Nathan menatap sendu Disya. Ia tak ingin membuat gadis itu sedih. Nathan menghampiri Disya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Teen FictionMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...