Habisin Waktu Lo Buat Gue

85 10 0
                                    

Gibran dan Angga menghela nafas lalu menggelengkan kepala merasa tak percaya akan cobaan yang menimpa keluarga Vano.

Gibran menghampiri Deva yang duduk dikursi roda dengan tatapan kosong.

"Tante, apa kabar?" Ucap Gibran. Deva menoleh.

"Ini Gibran." Tambahnya lalu berjongkok didepan Deva.

"Tante baik, kamu sendirian?" Tanya Deva.

"Gibran dateng sama Angga, ma." Sahut Akmal. Deva tersenyum melihat anak sulungnya itu.

"Nilam mana?" Tanya Deva. Akmal terdiam, ia tak bisa menjawab pertanyaan mamanya.

"Tante, tante cepet sembuh ya, ada yang udah siap minta restu dari tante." Celetuk Angga sembari memegang bahu Deva seolah memberi semangat. Deva mendongak.

"Anak ganteng, pacar-pacar kamu gak ikut?" Tanya Deva.

"Hmmm, jadi gini, apartemen Hastu ini cuman punya dua kamar, satu kamar utama sama kamar diruang kerja. Jadi kalo Angga bawa cewek-cewek Angga kesini, Angga takut mereka berantem satu sama lain dan hancurin properti Hastu. Bisa celaka dompet Angga, tante." Keluh Angga.

"Lo bisa pindah ke rumah Rafa kalo mau." Sahut Hastu usai meletakan barang belanjaannya di meja dapur.

"Gah, kenal aja kagak." Ucap Gibran.

"Lo belanja apa aja sampai gak muat di meja?" Tanya Angga mengampiri meja dapur.

"Ada kedondong gak?" Tambah Angga. Semua orang menatapnya aneh. Deva mengernyitkan dahi, ingat saat Vano seharian mencari kedondong untuknya dan rela meninggalkan rapat-rapat pentingnya dikantor.

"Lo nyidam? Cewek mana yang lo hamilin?" Celetuk Gibran.

"Mulut lo gak ada etika! Cuman nanya, bukan berarti pengen makan!" Debat Angga.

"Kalian gak capek adu mulut mulu?" Tanya Akmal.

"Gak kebayang gue, gimana deritanya om Yunan." Celetuk Ajeng sembari membantu Disya memapah Nathan.

"Buju busyeett, ini malam gue tidur dimana! Apartement kecil gini penghuninya satu kecamatan!" Keluh Angga lagi. Semua orang menatapnya.

####

Hastu sedang sibuk memasak didapur. Ajeng melihatnya dari meja makan. Tak bisa ia pungkiri, ia rindu punggung kekar itu. Ingin sekalu ia memeluk Hastu dari belakang. Ajeng pun menghampiri Hastu.

"Hay." Sapanya.

"Hmm? Makannya belom siap, tunggu aja disana sama mama-papa lo." Ucap Hastu. Ajeng semakin beringsut mendekat.

"Kenapa?" Tanya Hastu. Ajeng mengangkat tangannya siap memeluk.

"Hastu." Ucap Akmal yang tiba-tiba muncul dan membuat urung keinginan Ajeng. Hastu menoleh.

"Ya bang?"

"Lo ngapain disini? Bantuin masak?" Tanya Akmal kepada adiknya.

"Eng-enggak." Jawab Ajeng kikuk.

"Yaudah." Ajeng pun kembali menemani Deva.

"Gue mo terimakasih sama lo, berkat lo, kita bisa kumpul lagi." Ucap Akmal mulai membantu memotong bawang. Hastu tersenyum.

"Dan gue minta maaf karna udah ngerepotin lo dengan tinggal disini." Tambah Akmal.

"Kita ini keluarga bang, gak perlu terima kasih apalagi minta maaf. Lupain hal-hal seperti itu." Jawab Hastu. Akmal tersenyum.

"Makasih." Ucap Akmal.

####

Malam semakin larut. Deva dan Vano sudah beristirahat dikamar utama. Sementara para cowok masih asik dengan televisi yang menayangkan pertandingan bola. Ajeng sendiri ikut menonton. Ia duduk disamping Akmal. Sementara Hastu sibuk membawa snack yang ia beli untuk teman menonton.

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang