Ikatan Takdir

98 16 2
                                    

Hastu memutuskan pindah ke kos untuk menenangkan diri. Alasan yang ia utarakan kepada Somad dan Mila adalah untuk mencari jati diri. Ia tak ingin merepotkan lebih jauh keluarga Rafa setelah lulus kuliah. Namun nyatanya, kepedulian keluarga Rafa padanya tak pernah putus. Ikatan yang terjalin, melebihi keluarga kandung.

Hastu sedang berkemas. Hari ini ia pindah ke apartemen yang sudah dibelikan Mila untuknya.

Waktu menunjukan pukul 08:56 saat Hastu sampai didepan pintu apartemennya. Ia merogoh saku celananya. Mengeluarkan kunci dari sana.

"Hmmm. Keknya emang butuh pelayan. Jauh beda sama kosan gue yang cuman sepetak." Gumam Hastu. Ia menarik kakinya menuju kamar. Cukup luas dengan nuansa putih kesukaannya.

Dingg doongg diinngg doongg

"Mungkin itu pelayannya." Ucap Hastu. Ia pun melangkah keluar dari kamarnya untuk membuka pintu. Hastu meraih gagang pintu didepannya.

"Lalu takdir kembali mempermainkan kita. Sekali lagi."

Cekllekk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cekllekk.

Seorang gadis berdiri dengan wajah tertunduk. Hastu mengernyitkan dahi, ia merasa tak asing dengan postur tubuh didepannya.

"Maaf pak, saya terlambat. Hari ini seharusnya saya membantu bapak berkemas, tolong kasih saya kesem-"

"Ajeng?" Potong Hastu. Gadis itu terdiam. Perlahan ia mengangkat kepalanya. Kakinya mundur satu langkah begitu mata mereka bertemu.

"Has-hastu-" ucap Ajeng tergagap. Seketika ia menundukan kepalanya.

"Mohon maafkan kelancangan saya." Ucap Ajeng.

"Lancang?" Ulang Hastu.

"Tolong jangan adukan perilaku saya yang telah terlambat datang dan menatap wajah majikan secara langsung kepada ibu kepala pelayan saya, saya berjanji akan bekerja dengan giat." Ucap Ajeng. Hastu mengernyit tak paham.

"Takdir mempertemukan kita dengan luka dimasa lalu. Dan aku mengutuk hari ini. Bersumpah untuk membalas sakit yang ku derita. Dan menerjunkan diriku kedalam jurang terdalam kesakitanku."

"Hari ini, belum ada pekerjaan yang berarti. Lo bisa balik besok." Ucap Hastu. Ia menolak untuk mengingat Ajeng. Tapi hatinya? Belum tentu.

"Hari ini bapak pindah kesini, jadi saya disini membantu bapak beberes barang."

"Gue gak punya banyak barang. Lo bisa pergi sekarang." Ucap Hastu dingin.

"Tapi-" Ajeng bersikeras.

"Lo gak denger majikan lo ngomong apa! Gue suruh lo pergi!"

Ajeng terdiam. Ia pun membalik tubuhnya dan mulai melangkah.

"Dateng kesini kalo gue udah berangkat kerja dan balik sebelum gue pulang! Tinggalin nomor rekening lo, gaji lo gue transfer. Lo bisa bawa kunci yang satunya." Ucap Hastu.

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang