Besok adalah hari bahagia Angga dan Mayang. Malam ini Angga mengadakan pesta lajang. Hastu dan Ajeng menghadiri pesta itu. Riska dan Rafa pun hadir disana.
Nampak perut Riska yang mulai membuncit. Hal itu membuat Ajeng kurang percaya diri. Ia lebih suka menyendiri di sudut ruangan sementara Riska, si gadis tomboi saat sekolah dulu, kini menjelma bak tuan putri. Lisa, Mira mertua mereka, bahkan Deva sang mama, mengelus perut buncit Riska. Mereka bersenda gurau bersama. Ajeng merasa di kucilkan.
Hastu menghampiri istrinya. Ia duduk disamping Ajeng.
"Kenapa disini sendirian?" Tanya Hastu. Ajeng menggeleng perlahan.
"Bising, kepala ku serasa pusing." Keluh Ajeng.
"Kamu sakit?" Tanya Hastu. Ia mengecek suhu tubuh istrinya lalu meraih tangannya. Ajeng tersenyum lalu menggeleng perlahan.
"Aku tau, harusnya aku bersyukur punya suami seperti kamu. Tapi gak tau kenapa, hati aku suka ngeluh." Ucap Ajeng.
"Hmm?"
"Sayang, aku percaya, Tuhan gak akan kasih kita cobaan melebihi kemampuan kita. Dan aku yakin, bakal ada pelangi setelah hujan. Tapi-" Ajeng terdiam.
"Langit bakal nerima apapun yang menimpanya. Entah itu mendung yang bikin warnanya jelek, entah itu petir yang bikin orang-orang takut, entah itu pelangi atau senja yang bikin semua orang kagum. Seperti halnya lagi, aku nerima apapun kekurangan kamu." Ucap Hastu lirih. Ajeng terdiam. Hastu memahaminya lebih dari yang ia bayangkan.
"Aku paham yang kamu rasain, mungkin kita masih kurang bersabar. Jadi Tuhan menginginkan kita untuk lebih bersabar lagi." Ucap Hastu lagi. Ajeng menunduk malu.
"Sana gih, samperin ipar kamu." Suruh Hastu. Ajeng mengangguk mengiyakan permintaan Hastu.
####
Tak di duga, Marsha ada di antara para tamu undangan. Ia sedang mengobrol bersama Gibran dan Giska. Sesekali gadis itu tersenyum sembari menyandarkan kepalanya pada bahu Gibran. Hal itu membuat Giska cemburu. Meski begitu Giska menutupinya dengan tetap tersenyum untuk Gibran.
"Gue ada perlu bentar sama Hastu." Ucap Gibran lalu meninggalkan Giska dan Marsha berdua.
"Cowok lo itu, kaku, dingin, gak asik." Celetuk Marsha.
"Hmm?"
"Lo gak mikir gue suka sama dia, kan?" Tanya Marsha.
"Ma-maksud lo?" Giska tergagap. Ia tak menduga Marsha mengatakan hal itu.
"Dia bukan selera gue." Ucap Marsha.
"Dia cocoknya sama lo. Cowok kaku ketemu cewek kikuk." Ucap Marsha lalu tertawa.
"Terus, selera lo kek siapa?" Tanya Giska mencoba mengendalikan kegugupannya. Marsha menarik nafas. Ia menatap Ajeng dari kejauhan.
"Ada yang paten. Gue cuman bisa liat dia dari jauh." Ucap Marsha. Pandangannya beralih menatap Hastu. Namun Giska salah paham, ia mengira Marsha melihat kearah Gibran.
"Lo bilang dia bukan selera lo! Terus kenapa-"
"Iya iya, gue gak akan berharap lebih. Gue- ahh lupain, ngomong sama lo bakal percuma." Ucap Marsha lalu menggeloyor menghampiri Ajeng dan Riska yang sedang bersama Deva, Mira dan Lisa.
"Malem tante." Sapa Marsha ramah.
"Malem, siapa ya?" Tanya Deva.
"Kenalin," Marsha mengulurkan tangannya.
"Aku Marsha, anaknya Tn. Ferdian. Beliau salah satu koleganya Hastu." Ucap Marsha memperkenalkan diri.
####
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Подростковая литератураMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...