Ajeng menggeliat pelan. Perlahan matanya terbuka. Ajeng terbangun. Ia tak menyadari Deva berada tak jauh dari sofa tempat ia tertidur bersama Hastu.
Bukan segera beranjak dari sisi Hastu, gadis itu malah mempererat pelukannya. Membuat Deva malu untuk melihat lebih jauh. Ia pun memilih pergi dari ruang tengah.
Ajeng mengecup lembut bibir Hastu. Membuat pemilik bibir terganggu. Ajeng mengulangi hal yang sama hingga empat kali agar Hastu cepat bangun. Hastu merengkuh tubuh Ajeng. Menenggelamkan kepalanya lebih dalam didada Ajeng.
"Jam berapa sih? Ganggu orang tidur aja." Gerutu Hastu lirih. Ajeng tersenyum.
"Udah siang, sayang. Keburu yang lain bangun." Ucap Ajeng.
"Hmmm. Gue masih ngantuk." Keluh Hastu masih diposisi yang sama.
"Iya lah ngantuk, semaleman lembur." Celetuk Akmal membuat mata Hastu dan Ajeng membulat sempurna. Spontan Ajeng bangun dari posisinya terbaring, kontan membuat Hastu terjatuh ke lantai. Hastu meringis menahan sakit dipunggungnya.
"A-a-abang." Ucap keduanya bersamaan. Akmal menatap keduanya menunggu penjelasan.
####
Suasana meja makan pagi ini hening. Para penghuni itu saling melirik satu sama lain.
"Ajeng," panggil Vano. Ajeng ketakutan hingga menunduk dan menutup rapat matanya.
"I-i-iya pa."
"Siapin bekal buat Hastu." Ucap Vano yang mengharuskan Ajeng beranjak dari meja makan. Tangan Hastu yang ada dibawah meja terkepsl kuat. Keringat dingin menetes dipelipisnya meski ruangan itu ber-Ac.
"Hastu." Panggil Deva.
"I-i-iya tante." Jawab Hastu gugup.
"Kalau sudah selesai sarapannya, kamu bisa berangkat sekarang." Ucap Deva. Hastu bimbang dengan situasi saat ini. Namun ia harus segera meluruskan. Ia beranjak dari kursinya. Lalu bersimpuh didepan Deva dan Vano. Membuat seisi rumah membulatkan mata mereka karna terkejut. Ajeng yang baru keluar dari dapur pun menghentikan langkah kakinya.
"Om, tante." Ucap Hastu. Ia mengepalkan kedua tangannya.
"Hastu minta restu buat nikahin Ajeng." Ucap Hastu lantang. Deva terkejut. Anak laki-laki didepannya ini begitu berani. Sementara Vano tersenyum bangga.
"Aku sih, yes." Ucap Vano lalu menatap Akmal.
"Akmal juga, yes." Sahut Akmal.
"Gue nyumbang suara deh, iyes juga." Celetuk Angga.
"Suara lo gak dibutuhin disini." Sahut Gibran. Hastu menelan salivanya menunggu jawaban Deva. Melihat mamanya masih meragukan Hastu, Ajeng pun menghampiri kekasihnya itu dan ikut bersimpuh disampingnya.
"Ajeng minta restu dari mama." Ucap Ajeng. Deva shock, matanya membulat sempurna.
"Hastu." Suara diambang pintu itu berhasil membuat semuanya menoleh. Hastu yang dipanggil pun melonggokan kepalanya.
"Mama?" Ucap Hastu. Deva menoleh kearah wanita yang dipanggil 'mama' oleh Hastu. Lalu bergantian menatap Hastu.
####
"Hastu berangkat kerja dulu ma, tante, om." Pamit Hastu.
"Hati-hati sayang." Ucap Mira yang duduk disamping Riska. Didepan beliau, ada Deva dan Vano yang duduk berdampingan. Sementara Rafa ikut berangkat bekerja bersama Hastu.
"Perasaan gue gak enak." Bisik Hastu kepada Rafa.
"Liat ntar eksekusinya gimana." Sahut Rafa.
"Berasa jantung gue mati aja saat ini." Keluh Hastu.
![](https://img.wattpad.com/cover/223461243-288-k449881.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Teen FictionMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...