#52

174 4 0
                                    

Delapan bulan kemudian.

Risa dan anzel semakin dekat. Hubungan pertemanan mereka baik,
Keduanya berada di kantin Fakultasnya. Masing-masing memesan makanan.

Soal biaya apart dan lainnya, brama selalu membiayainya secara diam-diam. Bahkan biaya apartnya pun di lunaskan selama dua tahun.
Tapi risa sudah tidak perduli masalah itu, bodoamat.

"Kenapa sih di sini gak ada batagor?" keluh risa, membuat anzel menatap gemas kearah gadis gitu.

"Batagor itu apa? Gue lupa."

Risa mensreaching batagor di mbah google, setelah menemukannya, risa menunjukan foto batagor itu.

Anzel ber oh ria.

"udah lama, gak makan batagor" ucap anzel.

"lo suka?" anzel mengangguk.

"Kapan-kapan kita bikin batagor ya di apart gue!" ucap risa bersemangat. Anzel mengacak rambut risa gemas.

"Siap anak kecil!"

❄❄❄

Sesampainya di apart, Risa membanting tubuh nya di sofa. Kebiasaannya.

Risa sudah bercerita pada gama mengenai Anzel beberapa bulan yang lalu, gama tidak masalah. bahkan ia ikut senang karena risa ada yang menjaga disana selain ayahnya.

Memang, risa belum bercerita mengenai Brama waktu itu. Yang lelaki itu tau, dirinya dan Brama masih berhubangan baik.

Tok.
Tok.
Tok.

Risa membuka pintunya, disana ada pria ber jas gagah. Pria itu sering ke apartnya mengantarkan apa yang di perintah brama.

"Ini nona, Tuan membelikan makanan untuk nona" Risa melirik, lima kantung plastik besar berisi makanan ringan dan berat. Risa hanya menatap datar kelima plastik itu.

"Makanan masih banyak, bawa lagi aja."

Sebelum menutup pintunya risa berpesan lagi. "Bilangin sama tuan kamu itu. Jangan sok perhatian!"

Bruk.

Risa membanting pintunya.

Risa berjalan ke luar balkon, ia bisa melihat suasana kota USA di sini. Banyak orang-orang yang berlalu lalang.

"Ekhem."

Risa menoleh, itu tetangganya yang menyebalkan! Si dingin es. Rupanya kedua manusia itu belum akur.

"Ck pengganggu!" risa berbalik, berniat masuk ke apartnya.

"eh bentar"

Risa berhenti.

"Apa?!"

"Minta tolong dong, Wastapel gue mampet"

"Emang gue perduli?!"

"pliiss" lelaki itu memohon.

"Oke!"

Risa menyebrangi balkonnya, juan melototkan matanya. Cewek ini benar-benar ya!

"Punya nyawa sembilan lo?!" kesal juan.

"Bacot."

Sesudah seelesai membantu juan, ia menepuk-nepuk tangannya seraya melirik lelaki itu "Lo cowok tapi gak becus apa-apa, tuker gender aja lo sama gue!"

"gak sudi"

Risa terkekeh kecil.

"Gue laper" ucap risa santay.

"Ya pulang"

Risa membolakan matanya, dasar tidak tahu diri.

"Gue mau makan disini, masakin"

Juan menghela nafasnya pelan, sebelum akhirnya ia pergi ke dapur.
Risa menunggu lelaki itu di ruang tv.

Hanya sepuluh menit, juan membawa semangkuk berisi mie instan. Risa menyeringit.

"Kok emih?"

"Di kulkas cuma ada itu" ucapnya datar.

"Lo tiap hari gitu makan emih?"

"Nggak lah, biasanya gue pesen makanan di luar. Cuma gue gak mau aja ngabisin uang gue cuma buat lo"

Risa menatap tajam "Pelit!"

"Bodo."

Tadi Juan berpamit mandi pada gadis itu, sambil menunggunya menghabiskan mie instannya, sebelum akhirnya ia ingin mengsuir gadis itu dari apartnya.

Tapi niatnya ia urungkan, tak tega melihat wajah damai gadis itu yang terlelap. Mangkuk yang berisi mie itu sudah bersih tidak tersisa.

Juan menatap wajah gadis yang sedang tertidur di sofa, cantik.
Lelaki itu segera membopong tubuh risa berniat memindahkannya ke apart gadis itu.

"Dasar ceroboh, pintu apart gak di kunci. Ada yang masuk baru tau rasa lo" batinnya.

Ia merebahkan tubuh risa di sofa ruang tv, ia tidak mau masuk ke kamarnya. Takut di cap tidak sopan.

Juan merentangkan tangannya, mengangkat tubuh gadis kecil itu lumayan membuat sendinya sakit.

"Kecil-kecil berat nya melebihi bawa lima karung beras!" setelah mengatakan itu, juan menyentil pelan pipi chuby milik gadis itu.

❄❄❄

GAMARISA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang