Besok paginya, Risa memasak sebisanya. Ia memasak nasi goreng. Ia memasukan nasi goreng itu ke kotak makan. Risa ingin sekali mengunjugi ayahnya. Tak apalah tidak tinggal disana, yang terpenting ia hanya sekedar bertemu ayahnya dan memberikan kotak berisi nasi goreng ini.
"Huft, semoga ayah suka"
Risa keluar dari apartnya, ia menaiki taxi. Risa telah menunjukan alamatnya ke supir taxi itu. Ia masih ingat betul alamat rumah ayahnya.
Setelah keluar dari taxi, risa tersenyum sumringah, ia menatap rumah itu. rumah yang sudah lama tak risa kunjungi.
Perlahan ia mengetuk pintu itu, tidak ada yang menjawab.
Risa menyeringit, apa ia salah alamat? Ah, tapi tidak mungkin. Ini benar-benar rumah ayahnya. Risa masih cukup pintar untuk mengingat alamat rumah ayahnya.
"What happend?" tanya seseorang, risa menoleh.
"Rumah ini masih ada penghuninya gak sih?! Gue ketuk dari tadi tapi gak dijawab"
Risa menutup mulutnya malu. Ia masih belum terbiasa tinggal di sini.
"Em, i'am sorry, can i-"
"Lo dari indonesia?" potong lelaki itu.
Risa membulatkan matanya, ia menghampiri lelaki itu. "I-iya, lo dari indonesia juga?" lelaki itu tersenyum manis, gadis di depannya ini sangat menggemaskan. Jaketnya yang kebesaran dan kupluknya yang hampir menutupi sebagian wajahnya.
"Iya, gue dari jakarta"
"gue dari bandung"
"Gue Anzelo Renio" ucapnya memperkenalkan diri"
"Gue clarisa amanda"
"Nice to meet you Claris" risa tersenyum, ia tidak masalah dengan sebutan itu.
"Nice to meet you too anzelo"
"anzel, panggil gue anzel"
"Oh, ya Anzel" keduanya tersenyum manis.
❄❄❄
Risa dan Anzel sedang berada di caffe terdekat, keduanya berbincang. Seperti sudah berteman lama. Mereka terlihat dekat. Kebetulan mereka juga akan berkuliah di Fakultas yang sama. Risa senang, ia langsung mempunyai teman di sini.
"Zel, Lo udah berapa lama disini?" tanya risa setelah menyedot minuman coklatnya.
"Dari gue umur sembilan tahun, tadinya gue tinggal di jakarta. Tapi karena kerjaan bokap, gue pindah kesini. Ternyata tinggal di negara luar gak seburuk apa yang gue bayangin" anzel tersenyum.
"Nyokap orang jakarta, bokap orang sini, jadilah gue ganteng gini"
Risa menghela nafas, tapi memang, risa mengakui anzel ini sangat tampan. Keturunan USA nya lebih kuat.
"Tapi bahasa indonesia lo lancar juga ya"
"iya claris, gue akan selalu mengingat bahasa tanah air kelahiran gue, gue rindu indonesia. Apa kabar? Apa koruptor semakin merajalela dan licik?" tanya anzel.
Risa tersenyum. "kita bahas yang baik-baiknya aja ya, Indonesia semakin maju kok. Seni budaya nya semakin bertambah dan kreatif" Entah, mengapa risa menjadi ramah seperti ini? Risa pun tidak mengerti. Biasanya ia akan ketus pada orang yang belum ia kenalinya.
Anzel tersenyum lagi "Lo baik"
"Dan lo belum mengenal gue lebih dalam" tukas risa.
"Lo mau gue mengenal lo lebih dalam lagi?"
Ralat.
Anzel sepertinya salah memahami.
Risa diam.
"em, sori gue lancang"
risa hanya mengangguk.
"Oh ya, kalo lo gimana? Lo juga keturunan sini kan?" tanya anzel untuk mencairkan suasana.
"iya, bokap gue juga orang sini. Tapi bunda orang bandung" jelas risa.
"Oh ya, lo tetanggaan ya sama ayah gue?"
Anzel terdiam terlebih dahulu sampai akhirnya ia mengangguk "dulu"
"haha, padahal gue belum nyebutin nama ayah gue siapa, tapi lo langsung aja gercep jawabnya"
"Gue tau"
"siapa coba?"
"Brama guntara?"
"Kok lo tau?"
"Lo kan tadi ngetuk rumah bekas beliau"
❄❄❄
Boleh gak risa selingkuh sama Anzel? Haha
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMARISA [END]✔
Teen FictionGama dan risa manusia berbeda sifat, gama yang selengean, dan risa yang ketus. hari hari risa dipenuhi dengan kebencian pada seorang gama. Gama yang banyak di kagumi di sekolah, tapi tidak untuk risa, ia terlalu benci untuk mengagumi manusia seperti...