Satu bulan kemudian, akhirnya hari yang di tunggu-tunggu oleh risa pun datang. Hari dimana dirinya dan gama menikah. Risa akan memiliki gama seutuhnya dan gama akan memiliki diri nya seutuhnya juga.
Setelah tukang rias itu mendandani nya dan keluar dari kamar risa, gadis itu tidak henti-hentinya tersenyum kearah cermin.
Sampai akhirnya Gilang dan tante oni memasuki kamar risa.
"Tante, Risa seneng banget akhirnya bisa nikah sama gama. Tapi risa juga sedih karena di hari pernikahan risa, gak ada Bunda dan disa." ucapnya diakhiri lirihan.
"Tante juga seneng, Bunda kamu sama disa pasti tersenyum dan bahagia liat kamu seneng gini."
Risa tersenyum.
"Lo yakin ris?" tanya gilang, risa menatap tajam sepupunya itu.
"Lo kenapa sih? Dari kemaren-kemaren lo nanyain yakin apa ngga mulu! Kalo lo sirik, cepet cari pacar deh lo cepet nyusul." kesalnya.
"Lo tau kan, gama kanker ganas stadium empat?"
"Iya gue tau! Kenapa?!"
Oni menggeleng dan tersenyum ke arah gilang agar putranya itu diam.
"Tanteee, gilang nya tuh" adu risa dengan suara rengeknya.
Oni tersenyum "Gak usah di ladenin, kita kebawah yuk. Gama dan keluarganya udah nunggu. Acara ijab qobul mau cepet di mulai"
Risa mengangguk senang.
Oni dan gilang meraih lengan risa lalu menuntunnya.
Semua pasang mata melihat ke arah risa, gadis itu terlihat lebih cantik hari ini, gaun putih nya pun menggontai sampai lantai.
Sampai akhirnya risa duduk di samping gama, lelaki itu terlihat sedikit gugup. Sebelum akhirnya Gama tersenyum hangat ke arahnya.
"Oke bisa dimulai sekarang?" tanya wali.
"Bisa" jawab gama.
❄❄❄
Gama dan risa, setelah ijab qobul tadi keduanya duduk di pelaminan. Gama melirik gadisnya, ralat. Istrinya. Risa terlihat bahagia, gadis itu tidak henti-hentinya memperlihatkan senyuman manisnya.
"Lo Bahagia ris?"
Risa menoleh "Sangat bahagia."
"Setidak nya gue bisa lihat lo bahagia untuk terakhir kalinya, disaat detik-detik sebelum gue pergi dan gak akan pernah lagi ada di samping lo"
Senyum risa memudar mendengar perkataan gama.
"Gue yakin lo akan sembuh gama"
"Seyakin itu? Bahkan gue aja gak yakin ris" Gama tersenyum.
"Gue minta maaf, Gue akan untuk menghilang kedua kalinya, bedanya kemarin kita masih bisa ketemu setelah gue menghilang, tapi mungkin sekarang gue akan menghilang untuk selamanya." tak terasa sudut matanya mengeluarkan cairan bening.
"Mungkin gue bukan orang yang tepat buat lo, tuhan selalu punya cara untuk memisahkan hambanya dengan cara apapun. Dengan cara, gue sakit kaya gini." lirih nya.
"Izinin gue peluk lo ya untuk terakhir kali"
Air mata risa mengalir deras tubuhnya pun bergetar hebat.
Gama memeluk erat tubuh risa, gadis itu membalas pelukannya tak kalah erat. "Gue sayang sama lo. Jaga diri baik-baik" bisiknya
Setelah lamanya berpelukan, tidak ada pergerakan sama sekali dari lelaki itu. Gama tetap memeluknya. Risa kebingungan, kenapa suaminya ini seperti tidak ada niatan sama sekali untuk melepas pelukannya?
"Ga-Gama?" panggil nya.
Gama tidak menjawab.
"Gam, lo jangan akting deh"
Gama tidak menjawabnya lagi.
Risa sedikit mendorong tubuh gama, berniat mengendurkan pelukannya.
Mata risa membulat, Darah dari hidungnya mengalir deras, Risa segera mencekal pergelangan lelaki itu, Nadinya.
Sudah tidak berdenyut :')
"GAMA!!!!!!!!" Histerisnya.
❄❄❄
TAMAT.
Pelajaran yang bisa kita ambil, selama dan sedekat apapun kita dengan seseorang, kalau memang itu bukan jodoh kita, Tuhan akan memisahkan hambanya dengan cara apapun, kayak dibilang gama tadi wkwk.
Sebelumnnya, Terimakasih yang sudah membaca GAMARISA sampai akhir.
Terimakasih yang sudah menghargai aku dengan cara memberi vote dan komen♥♥♥Maaf kalau endingnya jauh dari ekspektasi kalian hehe...
07 mei 2020
Follow ig:@cut.mutiia

KAMU SEDANG MEMBACA
GAMARISA [END]✔
Teen FictionGama dan risa manusia berbeda sifat, gama yang selengean, dan risa yang ketus. hari hari risa dipenuhi dengan kebencian pada seorang gama. Gama yang banyak di kagumi di sekolah, tapi tidak untuk risa, ia terlalu benci untuk mengagumi manusia seperti...