Ting.
Anzelo Renio
Keluar yuk, gue jemput. Refreshing otakClarisa Amanda
Oke
Lagi-lagi risa mengecek ponselnya, berharap gama mengabari dan memperbaiki semua nya. Tapi nihil. Tidak ada sama sekali.Kalimat-kalimat nya hanya penenang, saat mereka berdua berada di puncak. Omong kosong. Harusnya risa tidak usah menanggapi ucapannya dengan serius.
Risa menatap wallpapernya, disana ada risa yang sedang memakan permen kapas dan gama yang berusaha menjilat permen kapas itu.
Tes.
Risa menangis lagi.
Risa benar-benar rindu gama nya.
Risa cepat-cepat menghapus air matanya saat mendengar suara ketukan pintu. Ia mengambil tas slimpangnya dan membuka pintu apartnya.
Disaat risa sudah mengunci pintu, lagi-lagi ia harus berpas-pasan dengan spesies kutub itu.
Juan.
Juan menatap datar ke arah risa, risa pun sama halnya. Biasanya gadis itu akan mengomeli dirinya kalau juan menatapnya begitu. Tapi, gadis itu malah menatap datar juga ke arahnya. Mungkin tetangganya itu sedang tidak baik-baik saja. Pikirnya.
"Claris, ayo" risa mengangguk dan berjalan memasuki lift.
"Kita mau kemana?" tanya risa setelah masuk ke mobil.
"nonton" risa mengangguk setuju.
Sesampainya di bioskop, Anzel melirik risa sebelum ia memesan tiket "mau nonton apa?"
"Romance" anzel mengangguk.
Dengan lantangnya risa memilih film itu, sebenarnya ia sedikit tidak suka menonton romance, ia lebih menyukai horor. Tapi entah, Moodnya berkata ia ingin menonton film itu.
Setelah masuk.
Hening.
Keduanya duduk bersampingan.
Banyak pasang kekasih disini.
Risa dan anzel pun sama, mungkin di mata mereka keduanya adalah sepasang kekasih. Risa merasa aneh, mengapa sosok anzel masih menjomblo? Bahkan tampangnya sudah tidak di ragukan lagi. Anzel sangat tampan.
Film sudah di mulai sedari tadi, anzel dan risa fokus menonton.
Sampai adegan dimana si lelaki sakit parah dan si perempuan selalu menemaninya sampai meninggal sekali pun.
"Hiks" Anzel menoleh, gadis itu terbawa suasana. Anzel menggenggam erat jemari gadis itu.
❄❄❄
Risa dan anzel sudah menghabiskan waktunya sampai sore, selesai menonton, anzel mengajaknya makan ,main time zone dan fotobox.
"Makasih zel untuk hari ini" ucap risa tulus, setidaknya ia bisa sedikit melupakan masalahnya.
Saat risa ingin keluar dari mobil anzel, lelaki itu masih mengunci mobilnya.
"Zel?"
Anzel tersenyum, perlahan ia meraih kedua tangan risa. "Gue sayang sama lo claris, Gak tau kenapa, gue selalu pengen melindungi lo, gue nyaman saat lo selalu mempercayakan dan berbagi cerita sama gue"
"Mu-Mungkin, rasa sayang ini lebih dari temen" lanjutnya.
Risa menatap datar "zel, lo memanfaatkan waktu disaat hubungan gue merenggang sama gama?"
Anzel menggeleng. "Nggak, gue udah mau bilang ini sebelumnya, tapi waktunya selalu gak tepat."
"Terus, lo pikir ini waktu yang tepat?" tanya risa.
"Zel, gue mempercayakan dan berbagi cerita sama lo, karena cuma lo orang yang paling gue percaya dan gue kenal disini."
"Gue sayang sama lo, tapi gue gak pernah anggap itu lebih. Gue sayang sama lo karena kita sahabat, jangan bikin hubungan pertemanan kita jadi canggung zel, lo satu-satu nya orang yang gue kenal dan percaya disini"
"Jangan meruntuhkan dinding kepercayaan gue"
"Gue minta maaf, gue gak mau kehilangan lo claris" Kata anzel.
Risa tersenyum "Mangkannya, kita harus tetep berteman, biar hubungan kita baik-baik aja."
"Liat deh, gue sama gama? Hubungan kita gak jelas, ngegantung kayak jemuran"
"Tapi, gue ber terima kasih karena lo selalu ada buat gue zel, Lo baik, mungkin gue gak tau hidup gue sekarang gimana kalo gak ada lo. Lo selalu menolong gue, gue beruntung bisa punya temen kayak lo"
Anzel tersenyum. "Gue akan menolong lo claris selagi gue masih mampu. Gue juga beruntung bisa berteman sama lo"
"Yaudah, gue turun ya"
"Iya, Jangan sedih lagi Claris."
"Oke!"

KAMU SEDANG MEMBACA
GAMARISA [END]✔
Teen FictionGama dan risa manusia berbeda sifat, gama yang selengean, dan risa yang ketus. hari hari risa dipenuhi dengan kebencian pada seorang gama. Gama yang banyak di kagumi di sekolah, tapi tidak untuk risa, ia terlalu benci untuk mengagumi manusia seperti...