Faiza Putri Anisa dapat foucer gratis liburan kecina pada liburan akhir semester. Yang anehnya ia berangkat hanya sendiri. Tak ada yg lain. Ayah bundanya tak mengizinkan dia pergi krn dia anak perempuan. Tp ia nekat pergi ke China sendirian. Ia ingi...
Di kamar sebelah, di mana para cowok berkumpul. Suasana di antara mereka menjadi berat, Zhefang, Raya, dan Faisal mereka adu tatap dengan sengit. Jika adu tatap mata ada kekuatan yang bisa menghancurkan bumi, mungkin ruangan itu sudah hancur lebur. Sedangkan Arkan, Zidan dan Zuxuan mereka bertiga dengan santai menikmati hidangan yang telah tersaji di atas meja.
"Hidup itu indah jika lidah kita merasakan nikmatnya masakan yang luar biasa seperti ini. Aku jadi kangen masakan ibu" kata Zuxuan mengenang indahnya di masakin makanan Faiza ketika masih tinggal di gubuk dekat kerajaan dulu.
"Benar, sambil rebutan ikan dendeng" lanjut Zidan ikut mengenang tak menyadari jika Arkan memperhatikan keanehan omongan keduanya. Seakan mereka dulu hidup seatap.
Sedangkan untuk tiga orang lainnya tak peduli dengan percakapan dua kembaran beda generasi. "Raya, faiza bukan polisi. Kenapa Lo sering ketemuan ama dia dengan alasan bahwa ruko itu bekas milik Faiza. Pekerjaan Lo seharusnya di selesaikan dengan sesama polisi di kantor Lo" kata Faisal tajam.
"Dan Lo, dengan alasan bimbingan cuman nutupin modus Lo ke Faiza. Iya kan?"
"Lo...Ray, gue ngomong begini untuk kebaikan Faiza agar bisa fokus ke kuliahnya. Jangan mengganggu Faiza dengan urusan pekerjaan Lo"
"Dan Lo, sal. Seharusnya kalau bimbingan itu di kampus bukan di sini, Lo di luar kampus cuman orang asing"
"Sama kayak Lo kan? Juga orang asing buat Faiza"
Keduanya pun debat sangat lama, sampai telinga Zhefang tak tahan lagi.
"Diam! Apa kalian tidak menyadari jika debat gak penting kalian mengganggu kelompok Faiza belajar? Dan cukup nikmati makanan kalian." Kata Zhefang sangat tajam.
"Kau, siapa namamu? Kenapa baru sekarang aku melihatmu?" Tanya Arkan yang sedari tadi diam tak bersuara.
"Aku Yang Zhefang, pedagang barang antik dengan jalan di lelang. Tentunya dengan syarat barang antik ini benar-benar bernilai. Nah, nona Faiza ini adalah orang yang baru-baru ini yang memberikan barang antik berumur tiga ratus tahun yang lalu dari dinasti Tang." Jelas Zhefang.
"Tapi...kamu mirip sekali dengan kaisar tang ini? Apa hubungan mu dengan kaisar dinasri Tang, Zhefang?" Tanya Zuxuan.
"Oh nenek moyang ku mungkin keturunan nya. Hehehe ... Tapi ngomong-ngomong, apa kamu pernah melihat lukisan atau fotonya? Soalnya kamu tanya kayak gitu" jawab Zhefang dan tanyak balik ke Zuxuan. Kalau di perhatikan pemuda di hadapannya ini ada kemiripan dengan Faiza dan...kaisar Juan Shi? Tapi mana mungkin? Putra Faiza itu masih enam tahun. Si Zhefang ini belum tahu jika Zidan sudah berubah menjadi remaja yang sedang duduk di dekat omnya, Arkan.
"Ayahku kolektor barang antik, dan ia punya lukisan kaisar Tang itu" jawab Zuxuan seadanya.
"Ach kita ngobrol dari tadi aku belum tahu siapa nama kalian" sambil tersenyum ramah.
"Zidan? Bukankah nama itu adalah nama putranya Faiza?" Tanya Zhefang tak tahu jika Keluarga Faiza merahasiakan jika Faiza telah mempunyai anak.
Dua orang yang lain Raya dan Faisal pun terkejut bukan main mendengar perkataan Zhefang ini.
"Haha...kamu lihat dengan baik, nama Zidan hanya dia yang punya. Tapi mana mungkin kan jika Faiza mempunyai anak segedhe ini? Gak mungkinkan Faiza melahirkan anak umur empat tahun?" Kelakar Arkan sambil tertawa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku memang kadang memanggil mbak Faiza mama, karena dari kecil aku di rawat sama dia, dia juga yang menyelamatkan ku dari jalanan" jelas Zidan pura-pura sedih. Si Zuxuan menahan cekikikan melihat raut wajah Zidan yang begitu imut waktu berwajah sedih.
Raya dan Faisal pun merasa lega setelah mendengar penjelasan Zidan. Zhefang pun minta maaf, dia bisa menangkap maksud dari perkataan pemuda ini jika putra Faiza di rahasiakan. Tapi...setelah di perhatikan si Zidan ini sangat mirip dengan Juan Shi, kecuali rambut yang diwarnai dan manik matanya yang seperti Faiza. Menyadari analisa nya sendiri, mata Zhefang pun melebar. Pemuda ini benar-benar putra Faiza. Tapi bagaimana mungkin anak enam tahun terlihat seperti remaja berumur empat belas tahun? Dia harus tanya ke Faiza nanti. Batin Zhefang.
Sudah dua jam mereka di sana, mengobrol kadang berdebat mengisi waktu luang menunggu Faiza seorang. Faiza, Faiza..kenapa kamu menjadi magnetnya laki-laki?.