Mentari mulai tenggelam malam pun mulai menyapa bumi dengan sinar rembulan, kini fisya berdiri di balkon kamarnya memandang hamparan langit yang penuh bintang berkilau nan indah. Senyum dari raut wajahnya tak pernah pudar sejak tadi hatinya begitu damai dan bahagia, tiba-tiba terdengar ketukan pintu
TOK... TOK... TOK
"Neng fisya, ini teh ibu an neng" kata ibu andini
"Iya bu masuk" ucap fisya
"Ada apa atuh bu?" tanya fisya begitu bu andini menghampirinya
"Ayo makan dulu atuh neng, calon suaminya teh sudah menunggu dibawah" kata bu andini meledek fisya
"Ya udah nanti fisya nyusul sebentar lagi ya bu" kata fisya dan bu andini mengganguk lalu melangkah keluar kamar fisya
Fisya menetralkan rasa gugupnya saat ini, dengan langkah perlahan fisya mulai menuruni tangga menuju meja makan
"Sini atuh neng sudah ditunggu daritadi" kata mang dedi dan fisya hanya tersenyum
Selama makan malam tak ada percakapan yang terdengar hanyalah dentingan sendok, suasana makan malam kali ini membuat fisya tak berhenti tersenyum dengan hati yang terus berdebar bahagia. Setelah makan malam fisya memutuskan untuk pergi ke taman belakang untuk sekedar bersantai dan menikmati indahnya malam, tiba-tiba bara menghampirinya
"Sya mas ganggu tidak?" tanya bara
"Engga kok mas, ada apa?" tanya fisya
"Mau bahas tentang abi sekarang atau besok?" tanya bara serius
"Emm sebentar mas fisya masuk dulu mas duduk tunggu disini okey" kata fisya dan bara hanya mengagguk. Detik berikutnya fisya melangkah pergi memasuki Villa, kali ini fisya berada di dapur untuk membuat 2 cangkir Hot Vanilla Latte. Setelah siap fisya membawanya menuju taman belakang
"Taraaa" kata fisya tiba-tiba begitu menghampiri bara sedangkan bara tampak kebingungan
"Nih mas" Ucap fisya menyodorkan secangkir Hot Vanilla Latte pada bara
"Tumben?" tanya bara pada fisya
"Disini dingin mas, jadi fisya buat itu biar ga terlalu dingin aja" kata fisya terkekeh
"Enak" Ucap bara setelah menyesap Hot Vanilla Latte buatan fisya
"Seriusan?" tanya fisya memastikan
"Iya Enak" jawab bara mantap dan tampak fisya tersenyum manis
"Sya kamu belum jawab pertanyaan mas" kata bara
"Pertanyaan yang mana?" ucap fisya pura-pura lupa berusaha menghindar dari pertanyaan bara
"Jangan menghindar sya, mas serius" ucap bara
"Fisya ga menghindar mas" kata fisya gugup
"Sekali lagi, mas serius Nafisya" ucap bara lembut
"Maaf mas" kata fisya menunduk malu
"Jadi mau bahas tentang abi sekarang atau besok?" tanya bara sekali lagi
"Okey mas fisya akan cerita sekarang" ucap fisya pasrah karena sejauh apapun fisya menghindar, bara tetaplah calon suaminya dan bara berhak tahu
"Mas akan dengarkan semuanya" Ucap bara sambil tersenyum
"Bismillah sebenernya abi dan umi udah cerai sejak 2 tahun lalu, karena hal itulah saat mas melamar fisya abi tidak ada" kata fisya mulai merasakan kesedihan kembali
"Tapi mengapa abi tidak hadir untuk memberikan restu?" tanya bara
"Fisya belum siap mas, sejak kejadian 2 tahun lalu fisya benci abi dan fisya tak pernah bertemu abi bahkan hingga saat ini fisya tak pernah mendengar kabar tentang abi" kata fisya
"Mengapa kamu benci abi sya?" tanya bara ragu
"Abi pergi meninggalkan umi dan semuanya demi perempuan lain mas, bahkan saat abi pergi fisya menyaksikan dengan mata kepala fisya sendiri abi menampar umi begitu kasar, abi berubah bahkan fisya ga percaya dan sejak saat itu fisya merasa bahwa abi bukanlah abi fisya" kata fisya dengan cairan bening yang mulai keluar dari matanya
"Astagfirullahalazim" Ucap bara terkejut mendengar cerita fisya
"Fisya benci abi mas, bahkan karena abi fisya berubah jadi perempuan yang ga bener, fisya menjauhi Allah dan sering ke club fisya malu mas fisya ga pantes buat mas bara" kata fisya terisak
"Sya dengerin mas, mas menerimamu apa adanya dan mas sangat bersyukur bertemu denganmu" kata bara tulus
"Terimakasih mas" ucap fisya
"Mas, fisya ragu fisya belum siap bertemu abi tidak usah meminta restu abi ya mas?" kata fisya ragu
"Sya sejahat apapun abimu dan sebenci apapun kamu pada abi, dia tetaplah abimu sampai kapanpun. Dan restu abi itu perlu sya karena mas ingin memiliki putrinya ini" kata bara lembut
"Tapi mas abi jahat fisya sangat membenci abi" Ucap fisya kembali terisak
"Sya dengerin mas, apapun yang terjadi itu hanya masa lalu kita tidak boleh terlalu larut dalam masa lalu, karena hal itu justru membuat kita semakin terpuruk dan semakin lemah. Semua yang terjadi harus kita ikhlaskan karena semua ini sudah menjadi takdir dan jalan Allah" kata bara dan fisya hanya terdiam
"Sesulit apapun itu kita harus tetap menemui abi sya, karena kita sangat perlu restu abi untuk pernikahan kita" kata bara menyakinkan fisya
"Baiklah mas besok kita menemui abi meski ini sulit untuk fisya" kata fisya
"Bismillah sya, kamu tidak sendirian, mas akan selalu ada disamping kamu" kata bara tersenyum tulus
"Terimakasih untuk semuanya mas" kata fisya tersenyum
"Sudah seharusnya mas seperti ini untuk calon istri mas" kata bara tersenyum manis
Blush...
"Sudah jangan menangis kita hadapi semua yang akan terjadi bersama-sama" kata bara tulus dan fisya hanya tersenyum
"Tidur sya sudah malam" kata bara
"Emm baiklah mas, mas juga jangan tidur terlalu malam" ucap fisya malu-malu
"Iya sya" kata bara terkekeh
"Ya sudah fisya masuk duluan" kata fisya dan bara hanya mengangguk, fisya melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Hatinya tenang setelah menceritakan semuanya pada bara fisya merasa sangat bahagia karena kehadiran bara disampingnya saat ini dan fisya semakin yakin bara memanglah orang yang terbaik untuk hidupnya
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
RomanceAldiansyah Bara Pratama, Seorang Pilot sekaligus Laki-laki berdarah dingin dengan tatapan yang tak pernah teduh ketika menatap perempuan. Sebuah luka masa lalu yang menoreh hatinya membuat perubahan besar bagi Bara. Nafisya Putri Salsabila, Perempu...