Waktu terus berjalan jam menunjukkan pukul 2 siang dan fisya tak kunjung sadar, bara semakin khawatir dengan kondisi calon istrinya yang terbaring lemah diatas ranjang. Bara melangkah keluar untuk menemui abi
"Permisi pak apakah saya mengganggu waktu anda?" tanya bara sopan saat menghampiri abi
"Apakah Nafisya sudah sadar?" tanya abi khawatir
"Belum pak kondisinya sangat lemah saat ini" ucap bara dan terlihat abi tampak sangat merasakan kesedihan
"Ada perlu apa anda menemui saya?" tanya abi
"Baik maaf pak, sama seperti ucapan saya tadi kedatangan saya kemari dengan putri anda untuk meminta restu anda untuk pernikahan kami" ucap bara
"Saya sangat tidak percaya putri saya sudah besar hingga sekarang dia hampir menikah" ucap abi terkekeh
"Saya dan Nafisya dijodohkan pak" ucap bara jujur
"Saya tahu hal itu nak" ucap abi terkekeh
"Mulai biasakan panggil saya abi dari sekarang karena kamu juga akan menjadi anak abi" ucap abi tersenyum
"Em baiklah abi" ucap bara tersenyum
"Abi memberikan restu padamu nak juga pada putri abi, semoga pernikahan kalian selalu dalam berkah allah" ucap abi tulus
"Aamiin, terimakasih abi" ucap bara menjabat tangan abi lalu mencium punggung tangan abi
"Bolehkah abi tau apa pekerjaanmu nak?" tanya abi serius
"Pilot bi" ucap bara dan abi tampak terkejut
"Apakah Nafisya sudah mengetahuinya?" tanya abi
"Fisya belum tau bi, bara akan memberitahu semuanya saat acara resepsi pernikahan kita bi" kata bara
"Setau abi putra ahmad adalah seorang penerus perusahaan Home group, tapi ternyata kamu juga seorang pilot nak" ucap abi terkekeh
"Ya itu memang benar bi, tapi bara belum siap memegang tanggung jawab sebesar itu" ucap bara terkekeh
"Emm bi, maaf kalo bara lancang dimana istri abi tadi?" tanya bara
"Istri abi sudah abi suruh untuk pergi ke apartement dengan putra abi, abi hanya takut saat fisya melihat mereka fisya jadi semakin takut dengan abi" ucap abi dengan raut wajah sedih
"Abi yang sabar insyaallah fisya akan segera kembali seperti Nafisya putri abi yang dulu" ucap bara tersenyum
"Aamiin" ucap abi penuh harapan, saat abi dan bara sedang duduk bersantai tiba-tiba terdengar suara dari lantai atas tepat dimana fisya terbaring lemah tanpa pikir panjang bara segera berlari dengan penuh kekhawatiran
"Nafisya ada apa?" tanya bara menghampiri fisya yang sedang berusaha untuk bangkit
"Umi" lirih fisya
"Tenang sya mas ada disini" ucap bara lembut
"Kepala fisya sakit mas" rintih fisya
"Kamu istirahat sya, biar mas siapkan mobil kita kerumah sakit sekarang" kata bara
"Jangan mas, fisya ga mau kerumah sakit fisya mau pulang mas" ucap fisya sambil terisak
"Mas izin abi dulu ya sya?" tanya bara ragu
"Mas" lirih fisya seolah menolak
"Okey kita pulang sekarang" ucap bara pasrah
"Terimakasih mas" ucap fisya sambil tersenyum tipis
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
RomansaAldiansyah Bara Pratama, Seorang Pilot sekaligus Laki-laki berdarah dingin dengan tatapan yang tak pernah teduh ketika menatap perempuan. Sebuah luka masa lalu yang menoreh hatinya membuat perubahan besar bagi Bara. Nafisya Putri Salsabila, Perempu...