BAB 6 - Kabar Bahagia

33.2K 2.4K 12
                                    

Maryam begitu bahagia ketika mendengar kabar baik dari sahabatnya, tanpa pikir panjang Maryam langsung menelfon fisya

"Assalamualaikum Fisya?"

"Waalaikumsalam umi ada apa?" jawab fisya dan hal itu membuat umi sedikit terkejut

"Alhamdulillah nak kamu sudah mau menjawab salam umi, nanti kalau sudah selesai jadwal kuliahnya langsung pulang ya nak, umi tunggu" kata umi

"Ada apa memangnya umi?" tanya fisya penasaran

"Nanti umi jelaskan dirumah ya, ya sudah umi tutup dulu Assalamualaikum" Kata umi

"Baiklah, Waalaikumsalam" jawab fisya

***
Seperti yang dikatakan uminya fisya pulang tepat waktu, fisya melangkahkan kakinya menuju rumah lalu mengetuk pintu

"Assalamualaikum umi fisya pulang"

"Waalaikumsalam alhamdulillah ya allah anak umi sudah berubah" Ucap umi lembut dan tersenyum

"Sini duduk nak umi ingin bicara" kata umi tersenyum

"Ada apa umi?" Tanya fisya lembut

"Fisya Sayang umi?" Tanya umi

"Kenapa umi tanya seperti itu, tentu fisya sangat menyayangi umi lebih dari apapun" ungkap Fisya dengan mata yang mulai berkaca-kaca

"Fisya kamu sudah besar nak, umi belum tentu bisa menemani fisya setiap saat, dan Umi juga belum tentu ada setiap saat disampingmu nak, Umi berniat menjodohkanmu dengan putra sahabat umi, umi hanya ingin fisya kembali ke Jalan Allah dan lupakan semua masa lalu yang pahit nak, nanti malam mereka akan datang untuk melamarmu nak, umi hanya ingin yang terbaik untuk putri umi" Kata umi dengan air mata yang mulai menetes

"Tapi umi fisya engga tau siapa lelaki yang akan menjadi suami fisya, fisya juga tidak mencintainya umi, fisya takut jika lelaki yang akan menjadi suami fisya seperti abi umi" kata fisya mulai menangis

"Tidak nak umi kenal betul putra Mila seperti apa, Insyaallah dia yang terbaik dia yang akan selalu ada, dia yang akan menjagamu dan menemanimu ketika umi tidak bisa" Ucap umi tersenyum

"Umi, fisya sangat takut jika kejadian masa lalu terjadi kembali pada Fisya" ungkap fisya

"Nak mulailah melupakan masa lalu dan kesalahan abimu nak, umi yakin kamu akan bahagia jika bersamanya" kata umi yakin

"Baiklah umi jika ini yang terbaik fisya mau menerima perjodohan ini demi umi" kata fisya lalu memeluk umi

"Alhamdulillah Terima kasih nak, umi selalu mendoakan semoga kamu selalu bahagia" ucap umi tersenyum

"Maafin fisya umi, fisya selama ini selalu bersikap keras kepala dan fisya selalu membantah umi, maafin fisya mi" Fisya mulai menyadari kesalahannya dan umi tersenyum lega

"Iya nak, Lebih baik kamu bersiap dan kenakan hijabmu kembali tutupi auratmu, jangan biarkan orang lain menikmati auratmu selain suamimu nanti" Kata Umi

"Insyaallah umi fisya usahakan meski berat" Ucap fisya tersenyum

Fisya hanya mengangguk lalu beranjak dari ruang keluarga menuju kamarnya. Fisya masuk kedalam kamarnya lalu melihat sekilas foto keluarganya disana ada abi, umi, fisya dan bang zidan yang tampak tersenyum bahagia. Hatinya kembali sakit saat mengingat kejadian masa lalu abinya yang meninggalkan keluarganya hanya demi perempuan lain, Fisya kembali menangis sambil memeluk bingkai foto keluarganya dengan erat

"Abi kenapa abi lakuin ini semua, kenapa abi ninggalin fisya abi jahat, fisya benci abi" Lirih fisya sambil terisak

"Abi fisya udah dewasa, fisya kangen abi, tapi abi jahat kenapa lakuin ini semua apa salah fisya" Fisya mulai menunduk lemas

Fisya mengusap air matanya lalu berdiri meletakkan kembali bingkai fotonya, fisya berjalan menuju lemari besar dimana baju gamis dan hijabnya tersimpan rapi dilemari tersebut. Fisya kembali menangis mengingat dosa yang telah ia lakukan karena menjauhi Allah, tangan fisya terulur mengambil gamis dan kerudung berwarna peach. Fisya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap, setelah selesai fisya kembali menatap dirinya di pantulan cermin air matanya mulai menetes mengingat kejadian demi kejadian masa lalu, fisya menuju balkon kamarnya terlihat mobil mewah sudah didepan rumahnya itu artinya calon suaminya sudah datang tiba-tiba terdengar pintu diketuk

TOK.. TOK.. TOK

"Masuk umi tidak dikunci" kata fisya

"Masyaallah Cantiknya anak umi" puji umi dengan senyuman yang begitu lembut, fisya hanya tersenyum tipis

"Ya sudah nak ayo kita turun keluarga pak ahmad sudah sampai" Kata umi menuntun fisya menuju ruang tamu fisya hanya mengangguk

"Tunggu umi fisya sangat gugup" kata fisya

"Fisya tenang nak, umi disini selalu menemanimu" ucap umi

"Fisya hanya gugup dan sedikit takut umi" Ucap fisya menunduk

"Percaya sama umi fisya, semua akan baik-baik saja" Kata umi lembut

"Iya umi Terimakasih" ucap fisya dan umi hanya tersenyum, kemudian fisya dan umi menuju ruang tamu

#TBC

My Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang