Waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB namun, fisya masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Bara sosok itu masih setia menjaga dan menunggu fisya membuka matanya kembali
"Sya kamu kapan bangun si? Apa kamu ga cape tidur terus?" bara selalu menanyakan hal itu pada fisya meskipun jawabannya nihil karena fisya tak kunjung sadar, saat bara memandangi wajah pucat fisya dirinya tersadar telah melewati batas sebelum mereka halal tanpa sengaja keadaan memaksa bara untuk menyentuh fisya sebelum halal, bara tak menyadari umi tengah memperhatikan
"Nak bara" suara umi mengagetkan bara yang tengah memandangi wajah pucat fisya
"Eh umi" ucap bara tersenyum kikuk
"Nak bara beristirahatlah" tutur umi
"Bara ingin menjaga fisya umi" ucap bara lembut matanya memancarkan kekhawatiran
"Kesehatan nak bara juga penting nak" ucap umi lembut dan bara hanya tersenyum
"Umi" panggil bara ragu
"Iya nak?" ucap umi menoleh kearah bara
"Umi bara sudah meminta restu abi untuk pernikahan bara dan fisya" ucap bara
"Lalu apa jawaban abi nak?" tanya umi
"Alhamdulillah abi merestui umi" ucap bara tersenyum
"Alhamdulillah nak, umi senang mendengarnya" ucap umi tersenyum bahagia
"Umi" panggil bara lagi
"Ada apa nak?" tanya umi bingung
"Umi lancangkah bara jika mengizinkan abi masuk untuk menemui umi dan fisya?" tanya bara ragu
"Abi disini?" tanya umi terkejut
"Iya umi abi menunggu di taman, abi tidak akan masuk sebelum umi mengizinkan" ucap bara, umi terdiam hal itu membuat bara merasa bersalah
"Maaf umi jika bara lancang" ucap bara
"Tidak nak, temuilah abi dan suruh dia masuk" ucap umi dan bara tampak terkejut
"Apa umi tidak keberatan?" tanya bara
"Semua orang memiliki kesalahan, namun kita sebagai manusia tidak sepantasnya terlalu larut dalam sebuah kebencian" ucap umi dan jawaban umi membuat bara tersenyum
"Terimakasih umi" ucap bara dan umi hanya mengangguk, bara melangkah menyusuri rumah sakit menuju taman, sesampainya di taman bara langsung menghampiri abi yang tampak duduk melamun
"Assalamualaikum" suara bara menyadarkan abi dari lamunan
"Waalaikumsalam, bagaimana keadaan Nafisya?" tanya abi khawatir
"Masih sama bi, fisya belum membaik" ucap bara dan abi hanya terdiam
"Maaf bi, bara membuat abi menunggu terlalu lama" ucap bara
"Tidak apa-apa nak" ucap abi tersenyum
"Nak bara kenapa kemari?" tanya abi
"Umi mengizinkan abi masuk" ucap bara tersenyum
"Alhamdulillah" ucap abi dengan bahagia
"Mari bi kita kesana" ajak bara
Bara dan abi melangkah menuju ruangan dimana fisya di rawat
"Assalamualaikum" ucap abi dan bara
"Waalaikumsalam" jawab umi dan bunda
Abi mulai mendekat menuju ranjang dimana fisya terbaring lemah tangannya terulur membelai puncak kepala fisya yang tertutup hijab
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
RomanceAldiansyah Bara Pratama, Seorang Pilot sekaligus Laki-laki berdarah dingin dengan tatapan yang tak pernah teduh ketika menatap perempuan. Sebuah luka masa lalu yang menoreh hatinya membuat perubahan besar bagi Bara. Nafisya Putri Salsabila, Perempu...