Devil in Your |13

16K 728 18
                                    

"Anggaranta...." lirih dokter tersebut tak percaya.

"Bagaimana, dok? Apa kami sudah boleh menanganinya?" tanya Gea lagi.

"Maafkan saya sebelumnya tuan dan nyonya Anggaranta. Silahkan, ruang gantinya di sebalah sana." ujar dokter tersebut dengan perasaan bersalah.

'Anggaranta' kedua teman gadis menatap tak percaya.

"Aku ikut?" tanya Ryan yang akan ditarik Gea.

"Yap, tentu saja kamu ikut, Anggar." jawab Gea tersenyum manis.

"Terserah." dengus Ryan pasrah ditarik Gea. Mereka segera menuju ruang operasi.

"Dana, apa tadi gua gak salah dengar kan?" tanya teman gadis itu pada temannya.

"Ya benar lo Bella. Anggaranta? Bukankah itu, keluarga paling dicari keberadaannya di seluruh dunia?" gadis yang disebut Bella itu mengangguk.

"Hm, nanti kita tanyakan pada mereka." putus Dana diangguki Bella.

Setengah jam kemudian......

Ryan dan Gea dengan tampang datarnya memakai jas putih kebesaran dokter keluar dari ruang operasi.

"Gimana keadaannya Jihan??" tanya Bella khawatir.

"Dia baik, mungkin sebentar lagi akan sadar." jawab Gea sambil memeluk lengan kekar milik Ryan.

'Ck, posesif.' Ryan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Gea.

"Syukurlah, gua khawatir banget sama dia." ujar Bella lega.

"Dan juga, soal marga itu....." tanya Dana ragu-ragu.

"Buat itu sebagai rahasia kalian bertiga. Jangan beritahu sama satu pun orang di dunia." titah Ryan tegas dengan muka datar dan aura mengintimidasinya yang mencekam.

"Dan satu lagi, jangan kasih tahu siapapun tentang hubungan kita berdua. Atau kalian, akan tahu sendiri akibatnya." tambah Gea tak kalah mencekam.

"I iya kok!" jawab mereka gugup karena ketakutan.

•••

"Ya, bangun deh." Aura mengguncang-guncang bahu Gea yang tengah tertidur di dalam kelas.

"Eeuugghhh......" Gea merenggangkan badannya setelah sekian lama Aura mencoba membangunkannya. Lalu menatap Aura yang membangunkannya.

"Apa?" tanya Gea malas.

"Disuruh kumpul di aula sekarang." jawab Aura semangat.

"Hm." mereka pergi menuju aula dan memilih kursi yang kosong.

Namun, sengaja ataupun tidak sengaja. Gea terduduk di samping di samping Ryan.

"Ngantuk." gumam Gea menyenderkan kepalanya di bahu kokoh Ryan.

Ryan melengus rambutnya lembut sembari tersenyum tipis. Gea yang merasakan elusan tangan itu membuatnya semakin mengantuk dan terlelap.

Dan jangan lupa, itu tak luput dari tatapan tak percaya para sahabat-sahabatnya. Mereka mengernyit. Sejak kapan dua tembok es itu dekat? Mereka tak menyangka akan melihat melihat itu.

Dan satu lagi, pertanyaan yang sangat mengarah pada Ryan. Ryan bisa senyum? Mereka menatap Ryan tak percaya. Baru kali ini, mereka melihatnya tersenyum.

"Hai semuanya, Good morning. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa kalian dikumpulkan di sini, ya kan?" sang ketua OSIS membuka suara dengan ceria.

Devil in Your (ANGGARANTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang