"Hei, apa wajahku masih kurang meyakinkan??" tanyanya penasaran.
Ryan terkikik geli, "Oh, ayolah. Tidak seperti biasanya kamu memperhatikan penampilan, Talya." ucapnya jujur.
Mulut Gea kembali mengeluarkan decakan proses, "Hei, aku sebenarnya juga heran pada diriku sendiri, Anggar. Mungkinkah ini yang namanya hormon?" Ryan mengangguk membenarkan, sepertinya itu memang efek dari hormon ibu hamil.
"Yaudah kalau gitu, gak usah diambil pusing. Yuk, kita masuk." ajak Gea antusias namun sesaat kemudian ia menampilkan sebuah seringaian licik di bibir manisnya.
Mereka saat ini sedang berada di depan mansion utama Aidith. Ya, ini merupakan waktu yang tepat karena kedua bajingan itu ada di sini sekarang. Dan ditambah, empat hari yang lalu Geo baru saja dari sana untuk mengambil semua barang miliknya dan memindahkan ke apartemen.
Oh iya, ngomong-ngomong, kemarin malam Gea baru saja pindah ke apartemen milik Ryan dengan lima koper penuh senjata yang keempatnya akan segera dikirim menuju Palembang.
Gea dengan santainya menekan bell mansion utama Aidith, ia dengan sombong mengibaskan rambut panjangnya ke belakang seperti iklan shampo di stasiun televisi.
Ting... Tong...
Ting... Tong...
Pintu mansion terbuka dan menampilkan salah satu maid yang sekiranya berusia lima puluh tahunan di sana. Ia tersenyum ramah, kemudian mempersilakan sepasang pasutri itu untuk masuk.
"Siapa yang datang?" terdengar suara teriakan dari ruang tamu yang dapat dipastikan itu adalah Firna, si otak uang dengan tampang pelacur.
"Selamat siang." ujar Gea ramah meski dalam hatinya sudah komat-kamit mengucapkan serapah. 'Cuih! Mukanya sekarang tambah mirip aja sama pelacur.'
"Eh, kalian siapa? Eh, silahkan kalian duduk dulu." dia tersenyum genit dan mempersilakan mereka berdua duduk.
'ANJING!! Mukanya genit amat sama suami gue....' Gea menatap tak percaya pada mantan ibunya ini. Bisa-bisanya menggoda laki-laki yang jelas jauh lebih muda darinya.
"Bi!! Buatkan minum terus bawa kesini ya!?" titahnya kepada salah satu maid di dapur.
Firna menatap Ryan dan Gea bergantian, lalu matanya beralih pada perut Gea yang saat ini tercetak jelas membuncit. "Kalian siapa ya??"
Gea mencebikkan bibirnya muak, "Oke, kalau begitu. Apakah kau lupa padaku mama?" ujar Gea dengan tatapan sengitnya.
Deg!
Firna gelagapan tak jelas, "Apa maksudmu tentang 'mama'?" tanyanya bingung.
"Aku, Ragea Antalya. Anak kecil yang pernah kau usir dengan fitnah." ujarnya sarkas.
Mata Firna melotot sempurna, "Anak itu sudah mati!! Jadi, kau jangan mengada-ngada padaku!" sangkalnya tegas.
Gea terkekeh pelan, "Hei, kau tahu harus ada bangkai untuk membuktikan kematian. Jadi, dimanakah bangkainya??" tanyanya dengan nada mengejek.
Firna menelan ludahnya susah payah, lalu pandangannya mulai menilai penampilan Gea. Matanya terfokus pada perut buncit itu. 'Pasti wanita ini hanyalah pelacur yang mengaku-ngaku sebagai bagian dari keluarga Aidith.'
Dia berdecih sinis, menatap Gea dengan pandangan menghina. "Hei, jangan mengada-ngada kau! Pasti kau hanyalah pelacur yang meminta uang dari keluargaku bukan? Cuih! Keluar kau, pelacur sepertimu tak pantas menginjakkan kakinya di mansion ini." usirnya dengan nada sombong.
Gea terkekeh sinis, sebelah tangannya dengan manis bertengger di pinggang. "Kau tahu, setidaknya pelacur tidak pernah berniat untuk menyakiti sahabatnya dan lebih baik dari pada pelakor?? So, bukankah kau termasuk salah satu spesies pelakor dalam keluarga ini?" balasnya pedas, ia dengan tenang membeberkan masa lalu keluarga Aidith yang hanya diketahui orang tertentu saja.
Firna menggeleng tak percaya, tidak salah lagi, wanita yang saat ini berada di depannya adalah anak yang ia usir sebelas tahun silam. 'Bagaimana bisa dia ada di sini sekarang?'
"TIDAK! DIA SUDAH MATI!!" teriaknya histeris.
Gea terkekeh, lalu tangannya mengambil satu pistol dibalik roknya. "Kau pikir aku ini hantu?! Kalau begitu sayang sekali nyonya Firna Aidith, aku manusia dan ini bukan mimpi." dia mengarahkan pistolnya itu ke arah Firna yang sekarang gemetar ketakutan.
Ryan berdecak, sedari tadi ia terus-menerus diabaikan. "Hei, Talya sayang. Ijinkan aku mengurus hama yang satunya. Yes or no?"
Gea tak menjawab, ia masih menikmati dengan matanya melihat Firna gemetar ketakutan. Matanya menatap tajam seolah berkata 'Kau bergerak, nyawa pun melayang'.
Ryan memutar kedua bola matanya jengah, lalu bibirnya dengan sengaja berdecak keras. "Kau diam, kuanggap jawabannya adalah iya."
Dengan sedikit rasa semangat, Ryan melangkahkan kakinya menuju ke tempat David Aidith berada. Si brengsek yang dulu pernah menipu istrinya dengan kasih sayang yang dihasilkan oleh lembaran-lembaran uang.
Manik mata Gea menatap remeh Firna, setelah beberapa saat yang lalu bicara sombong, saat ini ia sendiri yang gemetar ketakutan. Bibirnya tersenyum miring, lalu tangannya dengan cepat menarik pelatuk dan melepaskan pelurunya tepat di mata kanan Firna.
Dor!
•••
"Akhirnya, gue bisa pulang." seru Diva gembira.
"Makasih ya om!!" tambahnya berterima kasih pada seorang pria paruh baya yang semalam menyewanya.
Diva dengan membawa tas berisi beberapa barang branded memasuki mansion. Namun, matanya heran saat melihat sebuah mobil dengan nomor plat yang asing pada digit-nya.
"ARGGHHH!!"
"MATI KAU FIRNA!!"
Dor!
Sebuah teriakan melengking menggema di mansion. Diva yang kaget refleks bersembunyi di balik semak-semak dekat pintu masuk. Matanya menatap seseorang yang sepertinya semakin mendekat.
"ANAK KITA GAR!! SAKIT!"
Mata Diva melotot saat mendengar suara itu, ia ingat betul pemiliknya adalah Gea, musuhnya di RIHS. Kakinya tiba-tiba lemas sehingga ia menjadi terduduk di rerumputan mansion-nya. Tak lama, mobil itu segera melesat pergi meninggalkan mansion.
Diva berdiri dari sana, ia segera berlari memasuki mansion berharap ibunya masih bernyawa setelah tadi ia mendengar kata mati yang ditujukan pada Firna. Namun, baru beberapa langkah, ia melihat darah berceceran di sana. Lalu sebuah kepala menggelinding ke arahnya.
Ia tak tahu pasti siapa pemilik kepala itu, dengan tangan gemetar ia mengambilnya. Bibirnya gemetar tak percaya, nafasnya memburu. Lalu matanya beralih pada apa yang di depannya lagi.
Di sana, ibunya dengan tangan menggenggam pisau dan kepalanya pecah berserakan, tak berperaturan. Lalu, mata hazel yang menggelinding di dekatnya dan dapat dipastikan itu milik ibunya sendiri. Air matanya menetes deras kali ini.
Lalu, yang paling sadis kini dilihatnya, sebuah tubuh pria dewasa yang dibedah perutnya dan ususnya dijadikan tali untuk mengikat kedua tangan dan kakinya, serta organ lain berwarna merah hati yang diiris menjadi kotak-kotak kecil ditaburi di atas tubuh ayahnya.
"AAAAAA!!!"
Diva, dia pingsan.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
-20 Juli 2020-
Dianashevy05🌿
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil in Your (ANGGARANTA)
Teen Fiction[PROSES REVISI] Series pertama Anggaranta Bagaimana rasanya, difitnah oleh keluarganya sendiri, sakit!! ia hanya bisa menangis bodoh dan tersenyum miris akan semua. Diusir karena ego lebih kuat. Dibuang layaknya sampah. Hanya karena, seorang yang...