Ceklek.....
Ryan membuka pintu kelas XI-IPA 1 yang seketika berubah menjadi hening. 'Mungkin mereka kira guru?' lalu kakinya melangkah memasuki kelas tersebut.
"Eh, ngapain ada si Ryan di sini??"
"Anjay! Gue kira guru!!"
"Uwuw!! Mata balik bening lagi coy!!"
"Awww!! Ganteng banget sih abang!!"
"Mata gue langsung bening lihat cogan....."
"Apa jangan-jangan, dia disuruh ngawasin mapel kita!?"
"What! Berarti utusan dari pak botak, dong!"
Ryan berdehem, yang membuat para siswa kelas itu segera kembali ke posisi masing-masing dengan menunjukkan sikap yang disiplin menurutnya.
Tangan kanannya mengambil spidol dari tempat persembunyiannya, belakang kelas, ah, lebih tepatnya di rak khusus kebersihan yang dikhususkan untuk menyimpan berbagai alat bantu kebersihan. Tentu saja, semua mata di sana kecuali Gea melotot tak percaya, pasalnya spidol tersebut selalu dibuat berganti-ganti tempat penyimpanannya, misalnya di kolong belakang meja.
Ryan yang menyadari tatapan yang ditujukan padanya itu hanya membalas dengan tatapan datar dan dingin miliknya yang bisa membuat bulu kuduk berdiri dengan sendirinya, tanpa ada perintah. Ia melanjutkan jalannya ke arah depan kelas, lebih tepatnya papan tulis.
______________________________________
PPKNKerjakan LKS BAB II halaman 34—37 dengan catatan dikumpulkan sebelum pulang.
Jika tidak mengerjakan, lihat sendiri konsekuensi yang diberikan.
Waktu = Emas
Gunakan sebaik-baiknya.Sekian.
______________________________________Mata mereka mengerjab pelan, seingatnya itu adalah kumpulan pertanyaan uraian dengan jawaban panjang yang sulit untuk diuraikan. 'Banyak banget!?'
Ryan mendengus pelan, mereka membuang-buang waktu lagi. Bibirnya yang kesal mengeluarkan sebuah tawaran, "Mau ditambah?" sontak semuanya menggeleng, ini saja belum tentu bisa selesai tepat waktu, apa lagi kalau ditambah?? 'Untung ganteng, kalau enggak, udah kita lelepin ke kali tu orang.'
•••
"Berikan kejutan untuk dua hari lagi."
Ryan sontak menoleh, dahinya sedikit berkerut bertanya. Gea yang melihatnya tersenyum licik, sangat licik. Namun, jika orang normal yang melihatnya pasti mereka pikir itu adalah sebuah senyuman manis.
Ryan menatap istrinya dalam, "Lalu, berapa kejutan yang harus diberikan?" tanyanya bingung. Pasalnya, ia sendiri hanya akan menjadi tokoh sampingan dalam rencana ini, bukan menjadi tokoh utamanya.
Gea mengangkat tangan kirinya menunjuk lampu, "Dua, kita hanya dua orang, jadi otomatis memberi dua kejutan pula." ujarnya seraya terkekeh di akhir kalimat.
"Apa kau, memiliki rencana untuk membangkrutkan perusahaan besar Aidith? Sepertinya menyenangkan untuk didengar." saran Ryan dengan wajahnya yang masih tetap datar tanpa ekspresi.
Gea mendengus kesal, enak saja idenya diucapkan terlebih dahulu. "Hei, itu ideku." ujarnya memprotes.
Ryan mengangguk, tak apa yang penting Gea puas. "Aku lebih suka, membuatnya menjadi gila hingga bunuh diri." ujarnya sedikit cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil in Your (ANGGARANTA)
Teen Fiction[PROSES REVISI] Series pertama Anggaranta Bagaimana rasanya, difitnah oleh keluarganya sendiri, sakit!! ia hanya bisa menangis bodoh dan tersenyum miris akan semua. Diusir karena ego lebih kuat. Dibuang layaknya sampah. Hanya karena, seorang yang...