Devil in Your |56

11.2K 514 2
                                    

Brak!

"KOK KALIAN MAIN TINGGALIN GUE SAMA SI BUAYA DARAT DI LUAR SIH!?!" seru Lexa murka.

Aura mendengus kesal, 'kenapa malah kita yang disalahkan?'. "Yang berantem siapa?" tanyanya kesal.

"Kita."

"Yang debat terus siapa?"

"Kita."

"Yang kebanyakan ngeluarin bacotnya siapa?"

"Kita."

"Yang serasa dunia milik berdua siapa?"

"Ki—Apa!? Maksud lo dunia milik berdua!? Idihhh..... Kok geli sendiri gue jadinya." gidik Lexa geli.

Reynald menahan senyumnya saat melihat ekspresi yang kali ini dikeluarkan oleh Lexa, "Bahasa lo kok jadi ambigu ya, Ra? Dunia milik berdua...." tambahnya menggoda.

'Reynald bangke!!' mereka semua kecuali Ryan yang masih asik dengan televisi di dekatnya, menoleh ke arah Reynald sengit, bagai predator yang akan membunuh mangsanya.

Reyhan mendengus, lalu ia kembali menatap lembut adik bungsunya yang kini terbaring lemah di atas brankar rumah sakit yang sangat besar. Tangannya terulur mengelus sayang puncak kepala adiknya.

"Oh iya, princess bakal dirawat di sini sampai kapan?" tanyanya penasaran, Gea mengerdikkan bahunya tidak tahu.

"Cuma empat belas hari." jawab Ryan dengan mata terpejam.

Bibir Reyhan berdecak, 'Dua minggu dia bilang cuma?! Princess sakit apa sampai selama itu?!' dia menatap Ryan tak percaya, bagaimana bisa?

Matanya menyorot Gea khawatir, "Princess, kamu sakit apa sampai bisa selama itu??" tanyanya dengan perasaan khawatir yang berlebihan. 'Ck, kalau gue bilang ditusuk sama Firna Aidith apa mereka bakalan percaya?!'

Bibir manis milik Gea berdecak, "Ayolah, bang. Gue cuma kurang vit aja, gak sampai lama kok. Maksudnya, itu bukan empat belas hari, cuma empat hari kok." 'Please, semoga Ryan gak marah.....'

Sontak, Ryan segera berdiri dan menghampirinya, "RAGEA ANTALYA, disini bukan cuma keselamatan lo aja yang dibutuhkan, ini juga buat mereka. Jadi, gue mohon lo ngerti kalau gak ada yang namanya mempersingkat waktu bedrest lo. Kalau masih ada niat buat mempersingkat, jangan harap ada kurang dari dua puluh tujuh body guard di belakang lo!" ujarnya tegas dan tak terbantah.

Gea menatapnya sebal, jika suaminya itu telah memakai kata 'lo—gue' berarti dia benar-benar serius. Kini, ia tak berani melawan lagi, karena dulu ia sendiri sudah pernah mengalaminya saat tak mendengarkan perkataan lelaki itu.

Dia, trauma. Bagaimana bisa ia didampingi oleh dua puluh tiga body guard kelas atas yang akan sangat memerlukan banyak tenaga untuk mengusirnya saat dirinya sendiri sedang sakit. Ah, lebih tepatnya tangan kanannya yang saat itu mengalami cedera di bagian telapak dan siku yang cukup dalam.

Tatapan mata Ryan mendingin saat dia di depan pintu, bibirnya berdesis. "Kesehatan lo jauh lebih penting daripada kebebasan lo untuk kali ini." desisnya lalu membanting keras pintu.

Brak!

Kepala Gea menunduk menyesal, "Sepertinya, gue udah keterlaluan untuk kali ini."

•••

"PAPA SAMA MAMA MASIH HIDUP!! KALIAN BOHONGIN GUE KAN!? JAWAB! BILANG KALAU PAPA SAMA MAMA MASIH HIDUP!! MEREKA CUMA NGERJAIN GUE KAN DI HARI UNIVERSARY PERNIKAHAN MEREKA!! GITU AJA KAN!? JAWAB!"

Seru Diva pada orang-orang di sekitarnya. Semua, pelayan dan maid yang berada mansion Aidith dinyatakan pingsan saat kejadian berlangsung. Sekretaris David telah memberitahukan polisi akan kejadian ini. Yah, meskipun niat awalnya ke sana hanya untuk meminta tanda tangan persetujuan kini berakhir sia-sia.

Upacara pemakaman kini telah selesai, meski banyak rancauan penyangkalan yang keluar dari bibir Diva. Yang menjadi tanda tanya bagi semua orang adalah, kenapa Geo tidak hadir di sana? Lalu, dengan tegas sekretaris Aidith Crop's berkata bahwa Geo bukan lagi bagian dari keluarga besar Aidith karena ia telah melepas marga tersebut beberapa hari yang lalu.

"Bilang kalau papa sama mama masih hidup, mereka masih hidupkan?" rancau Diva melirih.

"Diva, please lo jangan kayak gini, ikhlasin bonyok lo, mereka udah tengah di sana." tutur Gessa yang saat ini memeluk erat Diva. Meskipun sebenarnya ia sangatlah merasa iba akan nasib Diva yang kini ditinggal kedua orang tuanya karena ulah psycopath gila yang memangsa seenaknya.

Sementara Maya, tangannya mengelus punggung Diva yang masih terisak itu. Dia juga ikut menitikkan air matanya saat melihat sahabatnya tersebut menangis setragis itu.

Diva mengepalkan tangannya erat, lalu dengan kasar ia menghapus air mata yang memenuhi wajahnya yang kini telah berantakan. Rahangnya mengeras,

"Hiks.... Gue bersumpah bakal balas dendam sama lo, Gea."

•••

"Cari sampai ketemu!! Jangan biarkan dia lolos buat kali ini!?" bentak Ryan pada salah satu anak buahnya.

Saat ini, dia sedang berada di markas Black Diamond untuk mengurus seseorang yang baru saja ditemukan setelah enam bulan dia mencarinya. Tentu saja, karena orang itu termasuk dalam jajaran orang berbahaya yang ada dalam black list miliknya.

Dia adalah orang yang enam bulan lalu mengejar Elata hingga membuat Vano menjadi sebatang kara, dulu. Orang itu adalah orang yang sama, orang yang menjadi pemimpin pengejaran yang terjadi tiga tahun yang lalu sampai meledakkan bom di salah satu jurang Himalaya.

Satu kesalahannya masih bisa ia tolelir meski itu merupakan kesalahan besar. Bagaimana tidak? Dia dengan sengaja merencanakan pengeboman yang membuatnya lubang tanah tandus yang besarnya kira-kira 100×96 di sana.

Lalu yang kedua, ia merencanakan pembunuhan massal pada keluarga Elata yang ketahuan telah membantunya dan Gea. Dan dampaknya saat ini sangatlah terlihat, Vano tidak bisa dirawat oleh ibu kandungnya sendiri.

Dan ini adalah yang ketiga, dia kembali mengincar pewaris Anggaranta setelah Abraham yang gugur saat melaksanakan misi darinya, dia sendiri yang akan turun tangan.

Ryan terkekeh sinis, matanya menyiratkan dendam yang tak kalah dalam kepada seorang Hendrik Wijaya yang pernah sangat menyakiti maminya. "Ck, kali ini gue gak akan biarin lo buat bebas lagi, lo udah buat kesalahan besar karena mengincar bagian penting dari hidup gue. Lo mau ngincer Vano? Oh, sebelum niat lo kesampaian, gue akan pastikan kepala lo akan gue jadiin bola meriam yang dilapisi besi berkarat dan akan dengan senang hati gue tembakin sampai ke dasar samudera Atlantik."

"Dasar, Joker's Angel's, kalian harus segera musnah untuk kali ini. Perut gue sudah muak dengan berbagai kelakuan busuk kalian." desisnya dengan lidah yang menjilat manis ujung katana-nya di akhir kalimat.

"Satu jam lagi, gue akan dengan senang hati memberikan kalian gelar 'almarhum'. Buhuhahahahaha......"

'Kalian akan mati secepatnya.'










—21 Juli 2020—
Dianashevy05🌿

Devil in Your (ANGGARANTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang