"Ada kata-kata terakhir?" tanya Gea sambil menunjukkan senyuman manisnya. Benar-benar manis.
"To..to.... tolong-"
Brash...
"Lambat..." gumamnya setelah menebas kepala sang pemimpin dengan katana di tangan kirinya itu.
Semua anggota Red Hand dan Black Diamond yang melihat itu melotot tak percaya. Pasalnya, kali ini Queen mafia dengan cepat membunuh mangsanya tanpa banyak menyiksanya duluan.
Ryan menghembuskan nafasnya pasrah, beginilah hormon seorang ibu hamil, mungkin? Lalu, ia menoleh ke arah gedung evakuasi. Ia tersenyum puas, semua jendela di sana telah tertutup oleh tirai berwarna hijau gelap yang terpasang.
•••
"Semua siswa, diharapkan berkumpul di gedung evakuasi segera, bahaya sedang mendatangkan dirinya di RIHS. Sekali lagi, semua siswa, diharapkan berkumpul di gedung evakuasi segera."
Reyhan, dia masih benar-benar memikirkan itu suluhan yang tadi dilakukannya. Dan satu lagi, kenapa semua jendela tertutup tirai? Ia menoleh, dan mendapatkan satu fakta, bahwa saudara kembarnya malah memanfaatkan situasi ini tebar pesona.
Lalu, ia menoleh ke arah salah satu jendela yang menghadap langsung ke lapangan. Setelah mengumpulkan keberanian yang serasanya cukup, ia sedikit menyibak tirainya.
Matanya melotot tak percaya. Banyak kepala dan jasat penuh darah berceceran di sana. Dan jangan lupa dua orang di tengah-tengah lapangan sedang berciuman dengan tangan masih memegang katana.
Dalam hati, ia ingin berkata, 'Tak tahu situasi, bisa-bisanya mereka melakukan hal seperti itu tanpa mempedulikan sekitarnya.'
Ia mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, otaknya sedikit bekerja tanpa diminta. 'Postur tubuhnya mereka kok familiar banget ya? Siapa mereka? Kok gue kayak kenal ya?'
•••
"Ekhm..." dehem Reza sengaja, lalu disambut senggolan pelan dari manusia di sampingnya, Arka.
Gea dan Ryan yang mendengarnya seketika menghentikan ciuman panas mereka. Lalu dengan kompak, memasukan katana-nya ke dalam sarungnya.
"Kenapa, bang?" tanya Gea sok polos, walau sebenarnya sangat jengkel di hati. 'Dasar! Ganggu aja! Kalau bukan tangan kanan, kalian pasti udah tinggal nama sekarang!'
"Oh, ga papa."
"Terus ngapain lo ngomong?" tanyanya jengkel.
"Kan hak, dia juga kan punya mulut!" sahut Arka nyolot.
"Heh! Gak dijak nyahut ae!" (Tidak diajak ikut aja!) balas Gea dengan logak jawanya yang seketika membuat dahi Arka berkerut heran.
"Maksudnya?" tanyanya bingung.
"BODO AMAT!!"
•••
"Jerk chiken." gumamnya pelan.
"Hah?" Ryan menoleh heran, alisnya berkerut menandakan ia kali ini sedang bertanya. 'Jerk chiken? Perasaan Talya ga terlalu suka sama ayam?! Bentar-bentar, kayaknya, ini kepinginannya.... Ah iya!'
"Masakin, Anggar! Aku pengen Jerk chiken sekarang. Boleh ya?" pintanya antusias, ia menyatukan kedua tangannya memohon.
"Mau pesan yang di restoran mana?" tanyanya seraya membuka handphone dari dalam saku seragamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil in Your (ANGGARANTA)
Teen Fiction[PROSES REVISI] Series pertama Anggaranta Bagaimana rasanya, difitnah oleh keluarganya sendiri, sakit!! ia hanya bisa menangis bodoh dan tersenyum miris akan semua. Diusir karena ego lebih kuat. Dibuang layaknya sampah. Hanya karena, seorang yang...