Epilog (Welcome, Evanggara)

13.9K 588 44
                                    

Sembilan bulan, waktu yang lama bukan untuk menerima kehadiran orang baru? Itulah yang dialami sepasang pasutri itu, mereka telah menerima dan menyayangi calon bayi yang sebentar lagi akan melihat dunia itu.

"AKKHHH!!! SAKIT, GAR!!"

Gea berteriak kesakitan, sungguh. Ini adalah rasa sakit kelas atas yang terasa lebih menyakitkan dari pada saat dirinya dulu menjalani seleksi sebagai leader yang membuatnya tertusuk dan tertembak berkali-kali secara beruntun.

"Sabar ya, Talya. Kamu harus kuat, aku ada di samping kamu."

Gea hanya bisa mengangguk lemas, masih dengan keadaan menahan sakit karena pembukaan baru sampai pada tahan delapan. Sungguh, rasanya benar-benar sakit. 'Cepet keluarga yah sayang, bunda udah gak sabar kalian di sini.'

"Baik, bu. Pembukaan sembilan. Ayo, bu. Mengejan."

Suara itu mengintrospeksi Gea untuk segera mengejan. Mengabaikan rasa sakit yang teramat luar biasa, ia mulai mengejan, berjuang untuk menjadi seorang ibu yang sesungguhnya meski di umur yang masih belasan.

Berselang dua menit, bayi pertama mereka lahir. Namun, ada yang aneh dari sini. Mengapa bayi itu sama sekali tidak menangis saat dilahirkan? Namun badannya sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda masalah.

"Aman, dok?" tanya Gea masih dengan napasnya yang terengah.

Dokter yang ditanya itu mengangguk antusias, "Alhamdulillah, bu, pak. 00.00, bayi anda laki-laki, sangat mirip dengan ayahnya, tampan." ujarnya tersenyum tulus.

Memang benar sih, jika diamati, semua bagian wajahnya merupakan fotocopy dari Ryan, sama sekali tak ada yang mirip dengannya. Dan lagi, bayi itu masih tenang dan tentram dalam tidurnya yang masih nyenyak.

"Kok mirip kamu semua sih?" tanya Gea sedikit judes, ia kesal karena tidak mendapatkan bagian sama sekali di wajah anak pertamanya padahal ia yang berjuang untuk melahirkan.

"Kan emang gitu cetakannya." balas Ryan datar, benar-benar tak ada nada rendah dan tinggi di dalam kalimatnya.

Gea memutar kedua bola matanya jengah, lalu berdecak. "Datar banget sih, sshhhh....." cibirnya disertai ringisan sakit di akhir kalimatnya.

"Sakit lagi?" Gea hanya bisa mengangguk lemas menanggapi pertanyaan yang didengarnya tersebut.

"Mari, bu. Mengejan kembali."

Mendengar itu, Gea kembali mengejan. Kali ini, rasanya memang tak sesakit seperti tadi, tapi tetap saja sakitnya terasa. Namun baginya, rasa sakit itu setimpal dengan perasaan bahagia yang tak terhingga saat melihat anaknya lahir ke dunia.

Sekitar satu menit, bayi kedua mereka lahir dan suara tangisnya segera menggema di seluruh ruangan. Gea bernapas lega, kedua buah hatinya telah terlahir dengan selamat.

"Oee... Oee... Oee..."

"Pukul 00.10, bayi kedua perempuan, sangat mirip dengan ibunya, sempurna tanpa cacat." ujar dokter tersebut seraya memanggil beberapa perawat untuk segera memandikan kedua bayi tersebut.

"Ya, kenapa bahagia banget ya, rasanya? Kamu bahagia juga?" tanya Ryan sesaat setelah mengecup lama kening istrinya itu.

Gea mengangguk lemah, matanya terlihat sayu menatap suaminya. "Ya, aku malah bahagia banget, Gar. Banget, banget, banget."

"Makasih, Talya sayang."

•••

"Udah belum? Udah belum? Ayo Findi sayang, kita harus cepat!!" seru Arka yang menggandeng tangan tunangannya melewati lorong rumah sakit yang saat ini masih sepi.

Devil in Your (ANGGARANTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang