Devil in Your |55

11.1K 514 10
                                    

"DOKTER!! DOKTER!!" pekik Ryan saat masuk ke rumah sakit. Kakinya berlari seraya menuju ruang UGD yang kebetulan saat ini sedang kosong.

Dia saat ini sedang kalut, karena yang terkena tusukan pisau itu adalah bagian perut yang kini ada tambahan dua nyawa di dalamnya. 'Dasar Firna sialan! Udah mati aja masih nyusahin sampai buat kondisi Talya gue kayak gini!!'

"SUSTER! CEPAT SIAPKAN RUANG UGD! KITA SEGERA MULAI PENANGANAN PASIEN!!" salah satu dokter yang kebetulan berada di dekat sana.

"Cepat selamatkan istri saya, jangan pernah berpikir untuk memperburuk kondisinya. Ingat, jika sampai kau melakukannya akan kubuat kau bunuh diri karena gila." ujar Ryan tanpa pikir panjang.

Dokter itu menghela napasnya gusar, 'ada-ada saja gertakan yang diberikan kepadaku hambamu ya tuhan'. Lalu, tanpa mengindahkan gertakan itu, ia segera masuk ke ruang UGD dan bersiap melakukan hal terbaik untuk pasiennya.

Ryan segera melangkahkan kakinya menuju meja resepsionis untuk administrasi atas nama Anggaranta karena saat ini ia hanya membawa beberapa blackcard di saku jaketnya. Sungguh, ia benar-benar harus cepat.

Setelah selesai mengurus administrasi meski banyak decakan kagum yang diberikan orang-orang padanya. Ia segera mengeluarkan handphone-nya untuk mengabari Geo, kakak iparnya.

Anggar_Pt
Bang, sekarang istri gue lagi masuk rumah sakit. Alamatnya, rumah sakit Putra's Jaya, Jl. Ahmad Yani, no. 07
Ajak 2 Rey juga.

Setelah mengirim pesan tersebut, Ryan segera berlari untuk memastikan keadaan istrinya saat ini. Dan benar saja, baru lewat lima menit setelah dirinya mengurus administrasi istrinya itu kian keluar dari ruang UGD dengan mata yang terbuka lebar.

•••

Geo saat ini sedang bermesraan di kantin bersama Vanya, pacarnya yang katanya bucin banget ke dia. Semenjak Geo tahu semua rahasia Vanya, kini mereka sudah mulai lebih terbuka lagi dari sebelumnya.

Mereka saat ini sedang duduk bersama double Rey, Aura dan juga Lexa. Hari ini, hari selasa tanpa adanya Gea di bulan maret.

Ting!

Suara notifikasi keluar dari hanphone milik Geo yang saat ini berada di meja. Ia menatap Vanya meminta ijin lalu mengambilnya. Ia membuka pesan yang dikirimkan oleh Ryan padanya.

Anggar_Pt
Bang, sekarang istri gue lagi masuk rumah sakit. Alamatnya, rumah sakit Putra's Jaya, Jl. Ahmad Yani, no. 07
Ajak 2 Rey juga.

Brak!

Geo menggebrak keras meja karena kaget. Seketika seluruh mata di meja itu menatapnya bertanya. 'Gak ada angin gak ada hujan, kenapa Geo tiba-tiba gebrak meja!?'

Vanya berdiri mendekat, "Ada apa? Apa yang terjadi?" tanyanya khawatir.

Geo menghembuskan napasnya gusar, lalu matanya menatap double Rey bergantian. "Gea masuk rumah sakit." ujarnya kepada mereka.

Brak!

"GIMANA BISA PRINCESS SAMPAI MASUK RUMAH SAKIT!?!" tanya Reyhan yang secara tak sadar membentak.

"Ga tau, lebih baik kita ke sana aja sekarang." usul Geo yang diangguki semua orang.

Mereka segera berlari ke parkiran kecuali Vanya yang berlari menuju ruang kepala sekolah untuk ijin kemudian segera menunggu ke gerbang dan masuk ke dalam mobil milik Geo.

Dengan kecepatan penuh, mereka segera menuju rumah sakit Putra's Jaya tanpa mengindahkan gertakan-gertakan dari penghuni jalan lainnya. Sekarang, pikiran mereka hanya pada Gea.

•••

"Apa terjadi hal yang serius, dok?" tanya Ryan khawatir.

Sekarang Gea telah dipindahkan ke ruangan VVIP yang ada di rumah sakit ini. Ruangan tersebut di desain sedemikian rupa hingga mirip dengan suasana sebuah kamar.

Dokter itu menatap Ryan dalam, sejenak ia tak tega untuk memberitahu anak muda ini. "Istri dan kedua bayi anda baik-baik saja, tusukan tersebut masih bisa diatasi dengan baik. Namun, saya mohon maaf kalau anda mungkin akan kecewa. Tusukan tersebut, sedikit mengganggu proses pembentukan mata kedua janin yang mana memiliki kemungkinan akan memiliki kelainan ketika lahir. Sekali lagi, hanya itu yang dapat saya sampaikan." jelasnya sedetail-detailnya.

Ryan mengangguk, tak apa karena semua pasti ada obatnya. Ia juga tak mengharapkan kedua anaknya menjadi sempurna karena memiliki rupa yang sempurna kadang membuat kita mendapatkan kehidupan yang cacat.

"Terima kasih, dok. Saya pamit undur diri."

Ryan segera keluarkan dari sana dan menuju ruang inap yang akan digunakan oleh istrinya selama beberapa hari ke depan. Namun, baru saja membuka pintu, ia mendengar teriakan melengking milik sahabatnya yang satu kelas dengannya, siapa lagi kalau bukan Reynald.

"RYAN!!"

Ryan diam, ia merasa sedikit malu memiliki sahabat gesrek sepertinya itu. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, mungkin akan sedikit hampa tanpa adanya Reynald yang senantiasa menjadi bahan bullying ketika gabut.

Lexa menempeleng keras kepala Reynald, bisa-bisanya orang itu berteriak di rumah sakit. "Ini rumah sakit, goblok!" tuturnya gemas, ya ia akui ia gemas sendiri dengan sikap tolol milik Reynald yang tiada tara.

Tangan kiri Reynald mengelus-elus bekas tempelengan Lexa, "Ih, sakit sayang! Kalau kepala bebeb nanti benjol gimana??" tanyanya menggoda.

"NAJIS!!" seru Lexa tak terima. Enak saja Reynald yang tak memiliki status apapun dengannya memanggil dengan sebutan sayang.

Sementara di sisi lain, Ryan memutar kedua bola matanya jengah. Tanpa menunggu lagi, ia segera masuk ke dalam ruangan Gea diikuti oleh sisa teman dan sahabatnya yang masih waras untuk meninggalkan Reynald dan Lexa yang masih asik berdebat di koridor.

"Ya gak, Aura?"

Lexa menoleh ke sampingnya yang ternyata telah kosong, lalu matanya meneladah ke sekitar. Kosong, tak ada orang, sesaat kemudian matanya melotot sadar. 'Jangan bilang mereka tinggalin gue sama si buaya darat!?'

Reynald mengikuti, matanya ikut meneladah sekitar. Setelah beberapa detik, otaknya menemukan respon yang sepertinya tepat.

"Kok kita ditinggal ya, Xa??"

•••

"Gimana keadaan kamu princess?? Ada yang sakit? Yang sakit yang mana? Yang luka mana? Kenapa kamu bisa sampai masuk sini? Princess habis dari mana? Kok kondisi kamu bisa sampai kayak gini? Kamu abis ngapain? Siapa yang buat kamu kayak gini?" tanya Reyhan beruntun, sementara Gea hanya terkekeh pelan melihat kakak bungsunya ini sangatlah khawatir padanya.

"Kok bisa ada si Ryan juga di sini?" tambahnya sengit.

Ryan mendengus, lagi-lagi ia yang menjadi sasaran. Kini, ia hanya menatap datar mata sengit Reyhan. Untuk kali ini, ia sedang malas berdebat atau melakukan apapun yang sejenisnya.

Dengan langkah santai, ia menuju ke tempat di mana ada sebuah kasur berukuran king size sama seperti yang ditempati oleh Gea saat ini. Tanpa peduli lagi, ia membanting tubuhnya di sana dan segera menyalakan televisi di dekatnya, sungguh terlalu santai.

Semua orang yang berada di sana kecuali Gea melotot tak percaya. Inikah sisi lain dari seorang Anggar Ryan? Oh tidak, yang benar adalah, 'Ryan lagi kerasukan apa?'









—20 Juli 2020—
Dianashevy05🌿

Devil in Your (ANGGARANTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang