Aura tersenyum manis memerhatikan tampilannya di balik cermin. Rambut sebahunya yang lurus serta pipi chubby yang dimilikinya menambah kesan manis yang ada pada dirinya. Tak lupa dress simple yang membuatnya memancarkan kecantikan melebihi biasanya.
Malam ini, ia akan makan malam bersama rekan bisnis papanya di sebuah restoran sea food elite yang berada di tengah kota. Entah karena apa, ia sedari tadi terus-menerus membenarkan penampilannya berusaha menampilkan kesan terbaik miliknya.
Dengan mengenakan jam tangan simple berwarna putih, kini penampilannya telah sempurna. Matanya yang cantik itu, kini dengan lembut menyorot ke arah cermin. 'Perfect!'
"PAPA! MAMA! Ayo kita berangkat!!" ajaknya semangat.
"Eh, sayang. Kamu cantik banget malam ini." puji mama Aura kepada anaknya.
Aura terkekeh geli, lalu mengacungkan jempol kanannya. "Anaknya siapa dulu! Mama dan papa, ya mesti cantik dong orangnya!" ujarnya cengengesan.
Mama dan papa Aura ikut terkekeh melihat tingkah anak pertamanya itu. Mereka berpikir, andai saja anak keduanya juga ada di sini dan tidak sedang berada di Seoul karena pertukaran pelajar, pasti kebahagiaan mereka akan berkali-kali lipat terasa.
Ya, Aura memiliki seorang adik laki-laki yang kini telah berusia 14th dan saat ini sedang berada di Seoul karena pertukaran pelajar antar sekolah. Dia bernama Brahmantio Shandy Atmaja, adik laki-laki kesayangannya.
•••
"Pengen sea food, tapi makan di restoran bintang lima yang ada di tengah kota, terus yang restorannya punya konsep akuarium tiga dimensi. Ayo ke sana." ajaknya antusias.
Ryan mendengus tak bersuara. Baru beberapa detik sejak mereka memasuki Jakarta, dan kini Gea sudah ingin pergi ke restoran bintang lima dan parahnya yang berada di tengah kota. Walaupun tidak merasa terlalu lelah, tapi dia juga membutuhkan waktu istirahat.
"Ayolah Anggar sayangku, cintaku...." rayunya memelas.
Ryan terkekeh, sedikit mengabaikan tubuhnya yang lelah, ia bangkit dan berdiri dari tempat duduknya dan segera mengarahkan helikopter yang kini dinaikinya untuk mendarat di restoran sea food yang dimaksud istrinya itu.
Sementara Gea, ia tersenyum kecil melihat apa yang dilakukan Ryan untuknya. Dengan cekatan, ia mengambil handphone-nya dan segera memesan reservasi serta mengirim empat body guard untuk menunggunya di sana.
Wushh.... Wushh....
Suara angin dari baling-baling helikopter menyentuh tanah sehingga terdengar siulan alam yang terjadi dengan otomatis-nya. Dengan perlahan, helikopter itu mendarat sekitar lima meter tepat di depan pintu masuk restoran.
Salah satu body guard dengan segera membukakan pintu helikopter untuk kedua tuannya. Ryan turun terlebih dahulu, lalu ia mengulurkan tangannya membantu turun istrinya itu.
Gea tersenyum melihat betapa perhatiannya suaminya itu. Sungguh, walau terkadang dingin dan kejam, ia juga memiliki sisi romantis dan penyayang yang kerap ditujukan padanya seorang.
Seluruh perhatian di sana dengan serentak tertuju kepada mereka berdua. Bagaimana tidak? Mereka dengan bisanya datang menggunakan helikopter pribadi ke sana. Juga jangan lupa, dengan tubuh mereka yang hanya memakai pakaian simple namun modis untuk ukuran anak muda.
Empat body guard Anggaranta di belakangnya dengan setia mengikuti derap langkah tuannya dengan serentak. Kali ini, Gea memesan satu meja yang berada di pojok restoran agar dapat dengan jelas melihat ikan hiu yang ditampung di sana.
Tanpa menghampiri meja resepsionis, Gea dan Ryan segera menuju tempat duduknya dan body guard yang mengikutinya segera menuju dapur untuk mengawasi proses pembuatan makanan milik majikannya agar sama sekali tak mengandung racun di dalamnya.
Ryan tersenyum manis, kemudian kedua tangannya terulur kepada tangan kanan Gea yang terdapat sebuah cincin berlian yang sangat simple namun elegan yang merupakan cincin pernikahan mereka. Ia dengan perlahan mencium tangan kanan istrinya tersebut.
"Kalian berdua lagi dinner ya?"
•••
Reyhan dengan sabar menunggu adik kembarnya yang saat ini masih membetulkan dasinya yang entah kurang bagaimana. Reynald tak ambil rumit, ia masih santai saja meski beberapa kali mendapat teguran dari kakaknya itu.
Mereka saat ini berada di depan salah satu restoran sea food elite yang berada di tengah-tengah padatnya kota Jakarta. Malam ini, mereka dijadwalkan makan malam bersama salah satu rekan bisnis perusahaan.
Reyhan mendengus kesal, sudah cukup sabar ia menunggu adiknya itu hingga waktunya kini terbuang sia-sia. Dengan cepat, ia menyeret adiknya itu masuk ke dalam restoran tanpa mempedulikan tatapan bertanya orang di sekelilingnya.
Dengan bantuan salah satu resepsionis, Reyhan akhirnya sampai di meja yang telah direservasi untuknya dan rekan bisnis tersebut.
Matanya menyorot terkejut saat netranya bertubrukan dengan Aura. Begitupun Aura, ia sama terkejutnya saat melihat Reyhan. Mereka tak bersuara maupun bergeming, larut pada pesonannya masing-masing.
"Ekhem....."
Reynald dengan sengajanya berdehem sedikit keras hingga menyadarkan kedua manusia yang saat itu sedang hanyut dalam pesona sesamanya itu. Aura dengan malu segera mengalihkan pandangannya ke arah lain, lebih tepatnya ke arah sebuah meja kosong di dekatnya.
Reyhan berdehem, mencoba untuk menetralkan ekspresi wajahnya seperti semula. Ia mengulurkan tangannya kepada seseorang pria paruh baya yang sudah bisa dipastikan rekan bisnis perusahaan besar Goldfy.
"Perkenalan, Reyhan Ardian Goldfy, dan ini saudara kembar saya, Reynald Ardian Goldfy. Senang berkenalan dengan anda, tuan Atmaja." ujar Reyhan disertai senyuman termanisnya.
"Senang pula berjumpa dengan anda tuan Reyhan. Perkenalan, saya Bramesta Atmaja, lalu di samping kanan saya, Yoora Atmaja, serta anak kami, Aurora Veronica Atmaja." ujar papa Aura a.k.a Bram dengan senyuman termanisnya pula.
Dengan gerakan yang sopan sepasang saudara kembar itu duduk berhadapan dengan keluarga Aura. Lalu, Reynald memanggil salah satu pelayan untuk mengantarkan pesanan mereka malam ini.
Di tengah-tengah kegiatan makannya, Reyhan masih sempatnya mencuri pandang pada Aura yang sesekali ketahuan oleh sang empunya tersebut. Reynald yang melihat hal tersebut hanya bisa mendengus pelan, ia sepertinya menjadi salah satu dari sekian banyaknya nyamuk yang ada di dunia ini untuk dunia mereka berdua.
Setelah selesai makan, Reyhan berbincang-bincang dengan Bram tentang masalah pekerjaan. Misalnya, perusahaan mana yang harus sebisa mungkin dihindari untuk bekerja sama dan perusahaan paling sulit diajak kerja sama dengan hasil yang sudah pasti memuaskan.
Reynald mendengus, ia sama sekali tak minat akan obrolan seperti ini. Ia lebih senang langsung menangani para berkas yang setiap saatnya bertambah di meja kerjanya. Dengan gerakan malas, ia menengok ke arah Aura berniat menjahilinya.
Namun, tanpa disangka, mata gadis itu melotot tak percaya dengan bibir yang tertutup rapat menatap meja yang sebelumnya kosong di sampingnya. Karena penasaran, Reynald mengikuti arah pandang Aura dan ikut melototkan matanya tak percaya, sama seperti Aura.
Di sana, tangan kanan adik manisnya tengah dicium mesra oleh sahabatnya sendiri, Ryan. Dan lebih parah lagi, ada cincin berpasangan yang melekat di jari keduanya. 'Jadi selama ini, pasangan cincin itu ada di tangannya Ryan? Jangan-jangan.....'
Ya, Reynald memang pernah menanyakan perihal cincin tersebut dua tahun yang lalu saat mengunjungi adiknya itu di London. Katanya, itu adalah pemberian dari seseorang yang spesial untuknya.
Dengan perlahan, ia berdiri dari tempat duduknya kemudian mendekat ke sana. Ia sedikit melirik Aura dan Reyhan bergantian, lalu membuka suaranya.
"Kalian berdua lagi dinner ya?"
•
•
•
•
•
•
•
•
•
—16 Juli 2020—
Dianashevy05🌿
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil in Your (ANGGARANTA)
Teen Fiction[PROSES REVISI] Series pertama Anggaranta Bagaimana rasanya, difitnah oleh keluarganya sendiri, sakit!! ia hanya bisa menangis bodoh dan tersenyum miris akan semua. Diusir karena ego lebih kuat. Dibuang layaknya sampah. Hanya karena, seorang yang...