"GAK! GAK MUNGKIN!!!"
Reyhan menjerit seraya menjambak rambutnya kasar. Ia tak habis pikir dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa ia melakukan hal tercela itu pada orang yang selalu di dicintainya setiap detik. 'Berarti, itu kenapa dari pagi dia sama sekali gak jawab pesan dari gue....'
"Maaf tuan, tapi setelah kami selidiki lebih lanjut memang hal tersebut yang anda lakukan kala itu." jelas detektif itu mencoba memberi pengertian kepada tuannya.
"GAK MUNGKIN GUE LAKUIN ITU KE AURA!! NGGAK!!!" sangkalnya kembali.
"Tuan, tolong tenangkan dulu diri anda." tutur detektif tersebut memberi pengertian.
Reyhan menghela napasnya gusar , "Hm, oke. Lanjutkan." titahnya ketika mulai tenang.
"Tadi pagi, kediaman keluarga Atmaja dihebohkan oleh berita tentang hilangnya nona Aura dan hanya mengirimkan sebuah email ke perusahaan kita beberapa menit yang lalu." jelasnya yang seketika membuat relung hati Reyhan kembali mencelos. 'Lagi, gue hancurin masa depan seseorang....'
"Lalu apa isinya?" tanyanya dengan nada gemetar.
"Rey, gue benci sama lo, jadi tolong jangan pernah cari gue!! JANGAN PERNAH CARI PEREMPUAN YANG UDAH RUSAK INI!! Gue percaya, kalau kita emang takdir, maka nanti akan ketemu lagi. Untuk kali ini, biarkan gue pergi tenang sampai mati. MAKASIH UDAH RUSAK MASA DEPAN GUE!" ujar detektif tersebut seraya menunjukkan sebuah kertas yang berisi email tersebut.
"Gue emang benar-benar pengecut ya?"
•••
"Hah?"
"WHAT!?"
Ryan mendengus gusar, tentu saja banyak sekali orang yang salah sangka dengan hubungan mereka. "Bukan pak, kita nikah dulu baru ada mereka." jelasnya memberi pengertian.
Kepala desa yang berumur sekitar empat puluh tahun itu memincingkan kedua matanya curiga. "Tapi kok kalian kayaknya masih SMA?" tanyanya sinis. 'Yaiyalah pak! Orang umur aja belum ada 18th....'
Gea memutar kedua bola matanya malas, "Beneran deh pak, kita udah lulus sarjana loh...." ujarnya jujur.
Sang kepala RW yang sedari tadi diam pun kini ikut bertanya, "Apa buktinya?" tanyanya sarkas.
Ibu hamil yang sedari tadi dicurigai itupun berdecak, lalu tangannya mengambil dua surat keterangan lulus S3 dari salah satu kampus terkenal dari negeri sakura yang terkenal dengan ilmu medisnya.
Sebenarnya, mereka sudah menyiapkan kedua berkas ketulusan tersebut dengan rentan waktu empat belas bulan yang lalu. Mereka melaksanakan kuliahnya secara online dan selalu memakai masker saat berada di dalam kampusnya untuk sesekali. Atau lebih tepatnya, hanya di saat melaksanakan upacara pembukaan dan upacara kelulusan.
Ketiga orang dewasa tersebut seketika melotot tak percaya saat melihat surat keterangan lulus tersebut dengan beberapa lembar nilai yang terpampang di sana. Semuanya sangat sempurna, namun sama-sama memiliki nilai tingkat kehadiran yang sangat rendah di kampus.
"Ini asli?" tanya sang kepala desa itu tak percaya. Pasalnya, anak lelakinya saja yang sering dicap sebagai primadona akibat kepintarannya yang berada di tingkat tertinggi di kecamatan saja baru lulus S1 saat berumur dua puluh tahun, itupun karena pernah loncat kelas saat SMP dan SMA-nya.
"Bapak mau interogasi!? Mau saya teleponin dosen yang meluluskan saya sekarang?! Ayo! Mumpung di status WA lagi online." ujar Gea sarkas yang seketika sukses membuat mereka terdiam.
Dengan terpaksa, ketiga perangkat desa itupun akhirnya hanya bisa mengangguk percaya. Sementara Ryan, lelaki itu hanya bisa menatap datar semua yang terjadi, masih kurang menarik menurutnya.
"Ya sudah, sekarang saya mau tanya, kalian itu mau menempati rumah yang mana? Seingat saya, di rukun RT saya semua rumahnya telah terisi dengan para warga." tanyanya serius.
Ryan berdehem sejenak, memfokuskan semua perhatian padanya, meskipun itu sama sekali tak berlaku bagi Vano. "Di rumah nomor 37 pak." ujarnya serius.
"YANG PUNYA KEBUN SEPULUH HEKTARE ITU!?!" pekik sang kepala desa itu heboh.
Ryan menggeleng, menyalahkan pekikan yang keluar dari mulut kepala desa tersebut. "Bukan pak, lebih tepatnya sepuluh koma empat tiga hektare pak, itu termasuk kandang sapinya juga pak." ujarnya membenarkan.
Gea memutar kedua bola matanya malas, selalu saja suaminya seperti ini saat ada orang yang mengatakan hal yang salah pada benda kepunyaannya. Lelaki itu pasti akan dengan santainya memperinci setiap ucapan salah yang didengarnya.
Wanita hamil itu menggebrak meja pelan, "Udah dong, pak. Kita udah capek nih, besok suami saya udah mau kerja loh. Masa sih kita mau netap aja harus diinterogasi dulu kayak terdakwa. Tinggal bilang iya aja susah amat!" gerutunya sebal.
'Hah? Kerja? Berarti mereka udah kerja dong, tapi kok masih kayak bocah SMA?' Ketiga perangkat desa tersebut menatap tak percaya, 'Berarti benar dong...'
"Ya, pak. Bapak tiga gak punya hati ya interogasi orang hamil. Kasian istri saya yang hamil jadi tertekan." tambah Ryan jengah.
"Oke, terserah kalian saja."
•••
"Kenapa kamu bisa ada di sini?" Aura meremas perutnya pelan, ia masih tak terima dengan kenyataan yang secara berat menimpa dirinya.
Ini adalah lima hari pasca kejadian sialan yang menimpa wanita tersebut. Selama ini, ia tinggal bersama Vanya yang kini telah pindah ke Prancis karena mengikuti kekasihnya yang sedang mengembangkan cabang barunya di sini.
Mereka berdua tahu persis tentang apa yang telah menimpa Aura pada saat itu. Sebenarnya, wanita itu sama sekali tak mau menceritakan kehancurannya. Namun, Geo dan Vanya dengan sepakat meminta bantuan kepada salah satu tangan kanan leader mereka yang dikabarkan baru saja bertunangan itu, Arka.
Vanya mendekat ke arah Aura dan mendekapnya erat, tangannya mengelus sayang punggung wanita itu yang terus-menerus bergetar hebat, menandakan bahwa ia sedang menangis. "Udah, Ra. Lo gak bakal bisa ubah apapun dengan perlakuan lo yang kayak gini." tuturnya mencoba memberi semangat.
"GUE GAK MAU!!!" teriak Aura kembali histeris, tubuhnya mulai berontak mencoba untuk melepas dekapan Vanya di tubuhnya. Perlahan, tapi pasti, ia mulai tenang karena elusan tangan Vanya di punggungnya.
Tatapan wanita itu kosong, lalu kepalanya menggeleng pelan. "GUE BENCI SAMA DIA!! KENAPA DIA MALAH KASIH IKATAN KOTOR INI SAMA GUE!!!" serunya mencoba untuk memukul keras perutnya, namun dengan sigap, Vanya segera mengunci pergerakan Aura meski terus-menerus mencoba berontak.
Perlu kalian ketahui, Vanya merupakan salah satu dari dua puluh anggota muda di Black Diamond yang dijuluki sebagai Fire Diamond karena memiliki kekuatan membara bagai api di mafia tersebut.
Aura kembali berteriak histeris, kali ini air matanya meluncur deras dari sana. Bibir wanita itu mulai bergetar, kepala terasa pusing berat saat ini karena terus-menerus menangis.
"GUE BENCI LO REYHAN!!!"
•
•
•
•
•
•
•
•
•
—09 Agustus 2020—
Dianashevy05🌿
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil in Your (ANGGARANTA)
Teen Fiction[PROSES REVISI] Series pertama Anggaranta Bagaimana rasanya, difitnah oleh keluarganya sendiri, sakit!! ia hanya bisa menangis bodoh dan tersenyum miris akan semua. Diusir karena ego lebih kuat. Dibuang layaknya sampah. Hanya karena, seorang yang...