"Ck! Tengah malem gini kok gua bisa haus sih? Tau ah." Reyhan melangkahkan kalinya menuju dapur.
Dia mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari es lalu segera meneguknya hingga habis. Setelah habis, ia membuang wadah bekasnya ke tempat sampah.
Ceklek!
Suara pintu terbuka di tengah kegelapan menghentikan langkahnya. Ryan melihat kamar yang seharusnya untuk Gea terbuka. Karena penasaran, ia memberanikan diri untuk melihatnya.
Namun, lagi-lagi langkahnya terhenti saat mendengar alunan piano yang mengema di telinga. Reyhan merinding, bulu kuduknya berdiri gemetar. Perlahan, tapi pasti, dia mendekat untuk melihatnya.
Glek!
'Ayo, satu langkah lagi, Reyhan. Jangan takut!!' Reyhan melangkah kembali lalu menghadapkan matanya ke sudut kamar milik adiknya.
Di sana, ada tiga orang berbeda usia yang sedang bercanda gurau di tengah malam seperti ini. Sungguh, ia lega bahwa itu adalah manusia.
Sungguh, ia tak habis pikir dengan semua itu. Bagaimana bisa manusia kecil yang berada di tengah-tengah itu belum tidur di saat seperti ini. Lalu, ia beralih pada sahabat dan adiknya yang sedang membaca buku di tengah alunan piano dari manusia kecil itu.
'Kalau dipikir-pikir, hebat juga ya tu anak, belum gelap setahun aja udah bisa main piano.' Reyhan menatap tak percaya Vano. Sungguh, ia baru kali ini melihat ada seorang balita sepertinya yang bisa bermain piano sepertinya.
Tak mau ambil pusing. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya berhubung rasa kantuknya semakin menjadi setelah mendengar alunan piano itu.
•••
"GOOD MORNING!!" seru Reynald kepada mereka.
"Ohayōgozaimasu." balas Reyhan sok Jepang.
Gea, Ryan, Geo, Aura dan Lexa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua saudara kembar itu. Kadang suka saling judes, kadang ngeselin plus suka ngajak ribut, kadang juga bijak. Sungguh, bertolak belakang.
"Udah-udah, jadi, gimana? Nyaman gak?" lerai Aura agar perdebatan tak berakhir panjang.
"Nyaman sih." pendapat Geo disetujui mereka semua.
"Oke, bagus kalau gitu. Oh ya, ngomong-ngomong, lu berdua dapat darimana kok bisa dapet yang beginian pagi-pagi??" tanya Aura penasaran.
"Oh, jadi gini........" Gea dengan santai memulai ceritanya.
Flashback on
Setelah muntah-muntah selama satu jam lamanya. Pagi ini, Ryan mengajak Gea dan Vano untuk berjalan-jalan keluar hotel tempat mereka menginap pastinya dengan masker dan kacamata yang selalu menempel di wajah mereka.
Mereka berjalan-jalan di taman, dengan sesekali bercanda gurai menikmati pemandangan yang terpancar di depan mereka. Sungguh, ini yak ingin mereka lewatkan sebagai kali pertamanya Vano berlibur bersama mereka.
Setelah tiga puluh di sana, mereka memutuskan untuk kembali ke hotel, namun, Gea menghentikan langkahnya di depan sebuah papan iklan pakaian tradisional yang cukup besar di daerah sana. Entah mengapa, dia sepertinya ingin sekali membeli produk-produk tersebut.
"Gar, beli yuk!" ajak Gea sambil menampilkan puppy eyes-nya kepada Ryan.
Ryan yang tidak tega melihatnya, akhirnya menyetujuinya dengan sabar. Sedangkan Vano, bayi itu tampak menatap berbinar papan iklan yang juga ditunjuk Gea itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil in Your (ANGGARANTA)
Teen Fiction[PROSES REVISI] Series pertama Anggaranta Bagaimana rasanya, difitnah oleh keluarganya sendiri, sakit!! ia hanya bisa menangis bodoh dan tersenyum miris akan semua. Diusir karena ego lebih kuat. Dibuang layaknya sampah. Hanya karena, seorang yang...