"Hueekkk...... Hueekkk..... Hueekkk....."
Ryan dengan mati-matian memuntahkan isi perutnya di wastafel sekolah. Geo yang melihatnya melihatnya mengernyit heran dan merasa iba akan keadaan sahabatnya yang satu ini.
'Ryan kenapa? Pagi-pagi gini kok udah muntah-muntah. Gak mungkin ini pengaruh alkohol, kan dia gak pernah minum sama sekali? Apa yang semalem dia lakuin? Masuk angin mungkin?' Geo mencoba berpikiran positif.
"Yan, lo ga papa?" tanya Geo khawatir.
"Gue ga pa— Hueekkk...... Hueekkk....." Ryan kembali memuntahkan isi perutnya. 'Suer! Rasanya lebih sakit daripada ditusuk sama pisau ni perut! Shit!!'
"Yan, lo sakit apa sih??" tanya Geo heran seraya memijat tengkuk sahabat sekaligus adik iparnya itu.
Ryan tetap kekeh menggeleng. "Cuma, masuk angin mung—Hueekkk....... Hueekkk......" Ryan menghela nafas gusar, 'Sial! Rasanya kayak dikocok sama nuklir perut gua! Sial!!!'
Setelah satu jam di dalam sana, akhirnya Ryan keluar dari sana dengan keadaan muka yang kini pucat pasi. 'Kelamaan muntah, kepala gue ikut pusing!!'
"Kelas yuk!" ajak Geo diangguki lemas oleh Ryan. Ya, setelah satu jam tadi, untungnya kini masih tersisa lima menit sebelum bel masuk terdengar. Ryan dan Geo memang terbiasa berangkat sekolah saat masih sepi.
•••
Ryan kini sedang duduk bersender di sebuah pohon yang letaknya di taman belakang RIHS. Ditemani mangga muda yang sesekali ia gigit seraya menikmati semilir angin berhembus segar dari daun-daunnya.
Gea yang melihatnya berlari dan ikut bergabung bersama menikmati semilir angin yang menggema di telinga. Ryan yang menyadari keberadaan Gea segera meletakkan kepalanya di paha istrinya itu.
"Ya."
"Apa?"
"Mau?" Ryan menyodorkan mangga bekas gigitannya ke ara Gea yang kini mengangguk antusias.
Setelah beberapa menit memakan mangga itu, kini mereka berdua sedang berbincang serius tentang rencana sembilan dewan mafia yang ingin menguasai dunia perbisnisan.
Dan, jangan lupa. Alasan mengapa Ryan sangat membenci istri baru papinya itu. Karena dia adalah perempuan licik dan juga merupakan salah satu dari sembilan dewan mafia tersebut.
"Mereka, akan menyerang keluarga Goldfy." Gea menyimak dengan seksama.
"Goldfy?" Ryan mengangguk membenarkan.
"Siapa sasaran utamanya?" tanya Gea penasaran.
"Mom dan dad." jawab Ryan yang membuat Gea tersentak sesaat.
"Apa sudah waktunya?" tanya Gea balik.
"Hm, sepertinya. Iya." balas Ryan seadanya.
"Lalu, berapa lama mereka nanti berada di dalam pengawasan kita?" tanya Gea penasaran.
"Mungkin, empat bulan. Dimulai dari minggu depan. Sepertinya nanti aku akan ikut kamu pulang hari ini." jelas Ryan seraya fokus pada handphone di depannya.
"Ya, sebaiknya kita beritahu mom dan dad secepatnya." saran Gea disetujui Ryan.
"Kita beritahu nanti."
•••
"Assalamualaikum." ujar Gea dan Ryan bersamaan ketika memasuki mansion Goldfy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil in Your (ANGGARANTA)
Teen Fiction[PROSES REVISI] Series pertama Anggaranta Bagaimana rasanya, difitnah oleh keluarganya sendiri, sakit!! ia hanya bisa menangis bodoh dan tersenyum miris akan semua. Diusir karena ego lebih kuat. Dibuang layaknya sampah. Hanya karena, seorang yang...