"Makasih, Nald." ujar Lexa seraya tersenyum tulus. 'Aduduh.... Reynald tahan, Reynald tahan, lo gak boleh langsung cair kali ini...'
Reynald mengangguk, lalu sesaat kemudian lelaki itu mengukir senyuman tengilnya. "Hm? Sama-sama, tapi itu semua gak gratis loh." ujarnya dengan kedua alis yang terus-menerus bertaut dimainkan. 'Ck! Gue kira semuanya free, dasar buaya darat!!'
Senyum gadis itu langsung pudar saat itu juga, ternyata harapannya salah besar. "Hm, apaan? Cih! Gue kira lo itu ikhlas selam—" ucapannya tiba-tiba terpotong oleh lelaki itu.
"Jadi istri gue!"
Kedua mata Lexa membulat tak percaya saat mendengar itu dari mulut Reynald. 'Dia waras!? Bilang apa tadi!? Jadi istri gue!?! WHAT!! Ini si Reynald lagi ngelamar gue!? Ini gak mimpi kan? Ini bukan prank buatan dia kan!?'
"Lo lagi prank gue?" tanya sang gadis dengan matanya yang memincing penuh curiga. 'Tolong bilang nggak! Tolong bilang nggak!! Tolong bilang nggak!!!'
Reynald segera menggeleng cepat, ia tak mau ucapannya tadi hanya dianggap lelucon semata oleh Lexa. "Beneran, Xa. Gue mau lo jadi istri gue, selamanya. Terima ya?" pintanya berharap. 'Ayo dong, terima, please terima....'
Bibir gadis yang sedang dilamar itu terlihat sedikit terbuka, sepertinya ia masih belum percaya dengan keadaan. Matanya menatap Reynald serius, "Nald, cubit gue!" titahnya tegas. 'Semoga aja bukan mimpi! Bukan mimpi! Nanti jatuhnya gue sakit!!'
Reynald yang mendengar hal tersebut segera menyunggikan senyum antusiasnya. Tak mau membuang-buang kesempatan, ia bukannya mencubit, tapi malah menggigit gemas pipi gadis itu. 'Reynald paling pinter kalau cari kesempatan!!'
"ADUH!"
Gadis itu memekik seketika saat merasakan sakit di salah satu pipinya, tak lama kemudian, tangannya menggeplak keras mulut yang telah membuat bagian dari pipinya itu terasa sakit. 'Rasain tuh! Enak kan pembalasan seorang Lexa. Enak aja lo main gigit pipi mulus gue!? Gue masih gak terima ya!!'
Plak!
"Sakit sayang!" pekik Reynald saat merasakannya mulutnya sakit akibat geplakan yang baru saja diberikan padanya. 'Sayang? Status kita apaan?'
"Ini mimpi kan?" tanya gadis itu masih tak bisa percaya. 'Ck! Ni anak masih belum percaya ya?'
Senyum antusiasme Reynald seketika terukir saat itu juga, "Hah! Berarti kamu terima dong!! Yeay!" serunya gembira.
Kedua mata Lexa kembali membulat, ia tak terima dengan kalimat yang baru saja diserukan oleh lelaki itu. "Lah? MAKSUD LO APAAN!?!" serunya balik. 'Reynald Gila! Reynald gila!! Reynald gila!!!'
Lelaki itu terkekeh sejenak, kemudian matanya menatap gadis di depannya itu serius. "Alexa Desinta berharap bahwa dilamar oleh seorang Reynald Ardian adalah mimpi. Kan sama aja dengan Lexa mau. Sama aja lo terima. Yeay!!" ujarnya yang diakhiri dengan sorakan gembira. 'Bener juga sih, akh! Kok mendadak gue jadi lemot?'
Lexa kembali menyipitkan matanya, "LO NIAT GAK SIH MAU LAMAR GUE!!" pekiknya kesal. 'Apa-apaan semua ini, si buaya darat ini beneran apa cuma buat prank sama gue!!'
Reynald segera berdiri dari tempat duduknya, lalu mendekatkan wajahnya ke arah gadis yang masih terbaring di brankar itu. "NIAT AKU SERATUS PERSEN BUAT KAMU SAYANG!!!" serunya tepat di depan wajah Lexa. 'Tapi gak usah bikin telinga gue budek juga kali!!'
Senyuman miring Lexa tersungging, "Yaudah, karena Alexa Desinta itu orangnya baik hati dan tidak sombong. Maka kali ini, Alexa Desinta bakal terima lamaran dari Reynald Ardian, musuh bacotannya." ujarnya sambil menepuk-nepuk dada kirinya bangga. 'Makasih! Makasih!! Makasih!!! Gue senang banget sekarang Reynald!!'
"Beneran?" tanya Reynald polos. 'Ini beneran kan? Gue diterima sama Lexa? Gue diterima!? LAMARAN GUE DITERIMA!?!'
Kedua mata Lexa kembali memincing curiga ke arahnya, "Lo ngarep gue bakal nolak?" tanyanya ketus.
"Ya bukan itu sayang." balasnya sarkas. Ia tak mau gadisnya itu salah paham.
Gadis itu menjadi cemberut, kasal dengan segala ucapan yang keluar dari mulut Reynald. "Yaudah, lupain aja. Sekarang, mana cincinnya?" tanyanya dengan tangan kiri yang dikibas-kibaskan di depan muka lelaki itu. 'Jangan bilang lo gak bawa!?'
Reynald cengengesan, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ketinggalan di mobil, sayang." jawabnya dengan nada yang teramat menyebalkan. 'Pengen gue mutilasi tapi kok sayang!?'
"GOBLOK!!" pekik Lexa frustrasi, ia mengacak-acak rambutnya kesal.
"Eh, tuh mulut minta disekolahin ya?" tuduhnya sengit.
"Kalau ada, yang perlu disekolahin itu mulut lo bukan gue, Reynald!!" balasnya kesal.
"Terserah, Reynald ganteng, Reynald ngalah."
•••
"Jadi, kita ngundang berapa orang?" tanya Gea heran, pasalnya, mereka baru saja menyelesaikan lima panci besar berisi makanan.
Sebenarnya, yang memasak hanyalah Gea. Sedangkan Ryan, dia bertugas untuk mengiris-iris semua bahan masakan yang telah disesuaikan takarannya oleh sang istri. Sekali lagi disebutkan, lelaki itu benci dan tidak suka memasak, ribet.
"Cuma satu RT sama beberapa perangkat desa aja kok. Kenapa? Kurang ya?" tanya Ryan heran.
Gea menggeleng, menurutnya itu sudah cukup untuk mengisi sisa lahan dari kebun seluas sepuluh hektare itu. Memang, sebelumnya mereka telah menyuruh beberapa body guard Anggaranta untuk menata dan mendekor sisa lahan tersebut.
Hari ini merupakan hari ke sepuluh mereka tinggal di Palembang. Selama itu, mereka sibuk untuk menata semua barang yang telah dibelinya di salah satu butik eksklusif milik Putra's Crop's yang secara kebetulan ada di Palembang dan juga mengurus semua surat perpindahan ke sana.
"Eum, Gar. Aku sebenarnya mau kasih tau kemarin. Tapi aku kemarin lupa, boleh aku bilang sekarang?" tanya Gea di sela-sela keheningan mereka.
Ryan mengangguk, mempersilakan istrinya itu untuk menceritakannya. "Boleh,"
Flashback on
Pada hari minggu, lebih tepatnya kemarin. Sepasang pasutri itu tengah berbelanja bahan makanan di salah satu supermarket di dekat tempat tinggalnya. Mereka sedang memilah-milah bahan yang akan digunakannya untuk memasak besok.
Saat Gea sedang asik-asiknya berbelanja, ia melihat seorang laki-laki berpakaian serba hitam yang sepertinya mencurigakan. Ia ingin tahu, tapi tak ingin ambil resiko terkena omelan panjang lebar dari suami tercueknya.
Dengan sedikit mengumpulkan keberaniannya, ia mencoba berbohong. "Gar, aku ijin ke toilet dulu ya?"
"Hm."
Dengan langkah santai namun dengan mata tajam penelusurannya, ibu hamil itu tersenyum miring saat menemukan targetnya hendak keluar dari supermarket. Matanya memincing, menemukan sesuatu tak biasa dalam diri laki-laki tersebut.
Kembali lagi, matanya menelisik tubuhnya dari atas sampai bawah, lalu kembali memincing seperti menemukan sesuatu yang terletak di lehernya namun sepertinya tidak begitu asing di mata Gea.
"Kok, ada tato itu di lehernya? Adura12, sepertinya masih berminat untuk melanjutkan peperangan."
Flashback off
Senyuman miring tercetak di bibir Ryan saat itu, lidahnya sedikit menjilat ujung bibirnya, lalu berkata. "Ibu tiri, mari bermain darah putih bersama anak tirimu."
•
•
•
•
•
•
•
•
•
—13 Agustus 2020—
Dianashevy05🌿
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil in Your (ANGGARANTA)
Teen Fiction[PROSES REVISI] Series pertama Anggaranta Bagaimana rasanya, difitnah oleh keluarganya sendiri, sakit!! ia hanya bisa menangis bodoh dan tersenyum miris akan semua. Diusir karena ego lebih kuat. Dibuang layaknya sampah. Hanya karena, seorang yang...