59. PANTAI

242 17 2
                                    


Sudah tiga bulan berlalu, Geby masih berada di Bandung. Sudah satu minggu juga Geby tidak berangkat ke sekolah dikarenakan dia masih enggan untuk bertemu siapapun. Tapi dihari sabtu ini Geby ingin menikmati liburannya terlebih dahulu sebelum pulang kembali ke Jakarta.

Sore hari di hari sabtu ini Geby memilih ke pantai yang letaknya agak jauh dari penginapan nya. Geby menginap di apartemen milik orang tua Galang.

Seperti biasanya saat Geby ke pantai dia selalu duduk dan menikmati suara desiran ombak dan angin yang cukup kencang sore ini. Dan dia hanya mengenakan celana levis panjang dan kaos hitam se siku. Pantai disana masih ramai orang yang menanti matahari tengelam. Setelah itu, mereka berhilir pulang. Namun beberapa orang masih tinggal disini.

Geby merasa sedikit tenang selama tiga bulan ini, tidak ada yang menganggu. Tapi dia juga merasa sepi, sendirian di kota yang tidak ada saudara ataupun temannya. Geby juga belajar banyak hal, salah satunya hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang tua, teman-teman dan asisten rumah tangga. Selain itu selama Geby magang di perusahaan orang tua Galang dia selalu diberi uang katanya sebagai uang jajan. Dengan itu Geby tau arti bekerja

Terkadang Geby juga selalu ingat dengan ke dua orang tuanya yang bekerja, mencari uang sampai-sampai hidupnya berlimang harta.

"Haii" sapa seseorang cowok yang membuyarkan lamunannya. Geby menoleh sinis, memang seperti itu jika pada orang yang tidak ia kenal.

"Malam-malam ngapain disini? Nanti masuk angin loh, apa mau gue antar pulang?" Ucapnya lagi dengan perhatian.

"Gak usah sok kenal" balas Geby cuek, pandangannya kedepan.

"Lo lupa sama gue? Gue yang lo pukul. Basket." Katanya, duduk disebelah Geby.

Geby menoleh, menatap wajahnya. Dia mulai mengenalnya, lalu berdiri berjalan menjauh darinya. Dia adalah orang yang berlaku curang pada saat tanding basket melawan Alvaro.

"Kok gue di tinggal? Kita aja belum sempet kenalan" ujarnya, membuntuti Geby. Sampai Geby merasa risih.

"Gak usah ngikuti gue!" Ucap Geby, berhenti dan menoleh kebelakang.

"Gue gak akan ngikuti lo, asal lo jawab pertanyaan gue" sahut cowok itu.

Geby kembali membalik badan"Gak penting" tangannya tiba-tiba di cekal cowok itu.

"Kenalin nama gue Putra" cowok itu memperkenalkan dirinya.

"Nama lo gak pantes sama orangnya" cibir Geby, menepis tangan Putra dari pergelangan tangannya.

"Kenapa? Gue kan ganteng, keren, maco, kaya. Gak pantes dari mana coba?" Tanya Putra, dengan sombongnya.

Geby terkekeh sinis "Putra itu artinya laki bukan?" Tanya balik Geby.

Putra mengangguk "Iya bener"

"Nah, nama lo gak pantes sama kelakuan lo yang kaya BANCI" ucap Geby.

"Maksud lo apaan!" Putra tidak terima dengan ucapan Geby barusan.

"Pikir aja sendiri" Geby melangkah maju, meninggalkan Putra yang berfikir keras mencermati ucapan Geby.

Setelah dia tau maksud Geby dia mengejar Geby "Gue tau maksud lo. Gue ngelakuin itu cuma ngasih Alvaro pelajaran, gue gak suka sama dia" ucapnya. Geby masih melanjutkan langkah kakinya.

"Banyak yang suka sama dia, gue iri. Disekolah gue pada ngidolain dia. Padahal dia gak ada apa-apanya daripada gue" tambah nya lagi.

"Wajar kalau mereka suka sama dia, karena mereka punya mata sama pikiran" balas Geby

GEBY✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang