Desakan (1)

469 46 0
                                    

Urusan pernikahan yang berbelit-belit ini sungguh menguras energiku, hingga akhirnya aku jatuh sakit. Aku demam dan badanku meriang, setiap hari bolak-balik mengurusi kerajaan, penaklukan, dan lamaran.

Pada saat Gajah Mada tidak berhasil meyakinkan Kerajaan Sunda, aku mengutus Patih Madhu, karena dia memiliki kedekatan dengan Kerajaan Sunda. Sudah dua minggu dia pergi ke Sunda, hari ini seharusnya Patih Madhu sudah datang membawa kabar, entah itu kabar baik atau kabar buruk.

Aku harus bersiap, Patih Madhu dan Patih-patih lainnya akan datang untuk memberikan laporan. Di saat aku bersiap, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku.

"Ibu Anda minta izin bertemu Yang Mulia," ucap pengawal.

"Izinkan masuk," jawabku.

Ketika ibu masuk, aku langsung mencium tangannya. Kehadiran ibu justru menjadi hal yang paling ku tunggu disaat-saat seperti ini. Setidaknya untuk meringankan beban di hati dan pundakku.

"Kau telihat pucat nak? Apa kau sakit?" tanya ibu seraya memegang keningku.

"Kau demam nak. Apa tidak sebaiknya kau beristirahat dulu hari ini?" tanya ibu.

"Tak apa bu. Kerajaan ini membutuhkanku. Setidaknya dengan menyibukkan diri, aku bisa melupakan Putri Sunda," jawabku.

Ibuku terdiam, seperti ada yang disembunyikannya.

"Ada apa bu, ibu mengunjungiku sepagi ini?" tanyaku.

"Tak apa. Memangnya tidak boleh ibu mengunjungimu? Habisnya kau terlalu sibuk sih untuk mengunjungi ibu," canda ibu seolah menutupi sesuatu.

Aku tahu ada yang ingin ibu sampaikan, tapi mungkin ibu tak sampai hati melihat aku sedang tak enak badan.

"Ada apa bu?" desakku, menatap ibu penuh dengan tatapan menyelidiki.

"Ini bisa dibicarakan lain kali," jawab ibu.

"Bicaralah bu. Aku tak apa-apa," desakku.

"Dewan penasihat kerajaan mendesakmu untuk segera menikah nak," jawab ibu.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang