Nusantara Tanpa Sunda

398 43 1
                                    

"Baiklah aku setuju dengan saranmu. Kau akan menjadi pimpinan armada kelima, sekaligus menjadi puncak pimpinan tertinggi armada laut kita," ucapku.

"Terima kasih Yang Mulia. Itu adalah suatu kehormatan yang besar bagiku," ucap Nala.

Ketegangan di ruangan ini perlahan memudar setelah ditemui kesepakatan antara aku dan Nala.

"Kita akan mengadakan pesta kemenangan kita atas penaklukan Nusantara," usulku yang disambut riuh para bangsawan. Mereka bertepuk tangan setuju atas usulku. Pesta adalah sebuah kesenangan bagi siapaun, apalagi sebuah pesta kemenangan.

"Tapi Yang Mulia...," tiba-tiba seseorang memotong. Ternyata itu adalah Gajah Mada.

Keriuhan terhenti tiba-tiba. Aku dan para bangsawan melihat ke arah Gajah Mada.

"Kita belum menaklukan Nusantara," lanjut Gajah Mada.

"Maksudnya?" tanyaku pura-pura tak mengerti. Aku tahu akan kemana arah pembicaraan ini. Arah pembicaraan yang sebisa mungkin ku hindari.

"Bagaimana kita menaklukan Nusantara tanpa menalkukan Sunda?" tanya Gajah Mada yang disambut riuh lagi dari para bangsawan. Mereka membenarkan apa yang ditanyakan oleh Gajah Mada.

'Sial, kenapa harus sekarang,' pikirku.

Padahal aku akan menikahi Putri Pitaloka dalam dua minggu ini. Aku menggerutu dalam hati. Akhirnya pertanyaan ini muncul, pertanyaan yang ada dibenakku, yang tak dapat ku temui jawabannya, tapi pernyataan ini muncul dari dia, Gajah Mada, orang yang telah ku anggap sebagai guru.

Aku terdiam cukup lama. Riuh dari para bangsawan makin keras terdengar. Mereka tahu aku enggan menyerang Sunda, karena aku menyukai seorang Putri Sunda. Sekarang kewibawaanku justru dipertanyakan.

Jika aku menceritakan kepada mereka rencana ku menikahi Putri Sunda dalam dua minggu ini, pasti pertemuan ini akan semakin kacau. Mereka akan menyadari bahwa Raja mereka lebih memilih seorang wanita dibandingkan kejayaan negerinya.

'Kenapa harus sekarang?' pikirku sambil mengepalkan tangan.

Aku melihat ke arah Gajah Mada, ku tatap matanya lamat-lamat, mencoba mencari tahu apa maksudnya bertanya itu.

Riuh suara para bangsawan yang semakin menjadi-jadi membuatku harus berbicara.

Aku berdiri dari singgasana dan menatap ke arah mereka. Demi melihatku berdiri, mereka menyikut satu sama lain, memberi tanda untuk diam.

"Aku berjanji akan menaklukan Nusantara termasuk Sunda di dalamnya, aku berjanji kepada kalian dan akan ku lakukan apapun untuk menepati janjiku," ucapku.

Mendengar ucapanku mereka akhirnya terdiam.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang