Melamar (1)

622 45 1
                                    

Setelah sebulan berlalu, kabar yang selama ini aku tunggu akhirnya datang juga. Gajah Mada kini berdiri menghadapku.

"Yang Mulia," sapa Gajah Mada seraya membungkuk memberi hormat.

Aku menangguk membalas hormat dari Gajah Mada.

"Bagaimana perjalanan mu?" tanya ku berbasa-basi.

"Baik yang Mulia, perjalanannya mulus. Hamba hanya membutuhkan empat hari dari ibukota Majapahit ke Kerajaan Sunda. Yang membuat lama adalah negoisasiku dengan Prabu Linggabuana," ucap Gajah Mada.

"Lalu bagaimana dengan negoisasinya?" tanya ku.

"Negoisasinya alot yang Mulia. Aku telah bilang padanya bahwa aku berdiri di hadapannya mewakili Raja Hayam Wuruk untuk melamar Putri Dyah Pitaloka," ucap Gajah Mada.

Gajah Mada menarik nafas melanjutkan ceritanya, "Tapi Prabu Linggabuana tidak menerimanya. Dia mengatakan dalam adat sunda yang seharusnya melamar adalah calon pengantin pria nya. Dengan menyuruh orang lain itu berarti sebuah penghinaan. Hari itu aku tidak berhasil membujuk Prabu Linggabuana. Aku terpaksa bermalam disana mencoba mencari cara."

Gajah Mada terdiam menghela nafas. Ruangan terasa lengang, sepi. Bahkan suara kaki para pengawal yang mondar-mandir di luar terdengar hingga ke dalam.

Gajah Mada melanjutkan, "Keesokan harinya aku mencoba menemui kenalanku yang menjadi petinggi Kerajaan Sunda, tetap mereka tidak bisa membantu ku untuk. Sepertinya keputusan Prabu Linggabuana sudah bulat dan aku hanya bisa pasrah."

Aku ikut menahan nafas. Mencoba menerima berita buruk yang akan disampaikan Gajah Mada.

"Pada saat aku bersiap pulang membawa berita buruk ini, Putri Dyah Pitaloka datang memberi secercah harapan," lanjut Gajah Mada

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang