Melamar (3)

561 46 1
                                    

"Kita hanya bisa menunggu Yang Mulia," jawab Gajah Mada.

Kenapa urusan cinta ini menjadi merepotkan? Bukankah urusan hati harusnya hanya sebatas kepada pemilik hati? Hatiku dan hatinya?

"Tidak bisakah kita terus membujuk mereka?" tanyaku.

"Tidak bisa yang mulia, semakin kita paksa mereka akan semakin menolak," jawab Gajah Mada dengan wajah menyesal.

Aku tertuntuk terdiam. Perasaanku menjadi campur aduk. Senang, karena Putri Dyah Pitaloka mau menjadi istriku dan sedih, karena banyak sekali halangan dan rintangan.

"Maafkan aku yang Mulia," ucap Gajah Mada tulus.

"Tidak apa, kau sudah melakukan yang terbaik. Aku akan menunggu, tetapi jika harus kesana untuk menikahi Putri Dyah Pitaloka, aku akan kesana," ucapku bersikeras.

"Baik Yang Mulia," jawab Gajah Mada tertunduk lesu.

Gajah Mada tahu persis, dia tidak bisa memaksaku pada saat seperti ini. Semakin dipaksanya, semakin aku ingin pergi kesana.

Ruangan yang diisi oleh aku, Gajah Mada, dan seorang pengawal itu menjadi lengang sejenak. Aku hanya terdiam dan tidak ada yang berani berkata sepatah kata pun. Di saat itulah, disaat kesedihan memuncak muncul sebuah kabar yang tidak kalah mengejutkan.

Ada seseorang yang mengetuk pintu ruanganku. Pengawal membukanya dan menanyai apa keperluannya.

"Yang mulia, seseorang yang diutus oleh Laksamana Nala meminta izin menghadap," ucap Pengawal.

"Izinkan dia masuk," jawabku.

Aku melihat Gajah Mada.

"Pembahasan ini kita tunda dulu," ucapku.

"Baik Yang Mulia," jawabnya.

Utusan itu berjalan memasuki ruangan terus berjalan hingga berdiri tepat di depanku. Memberi hormat yang aku balas dengan anggukan.

"Yang mulia, kita berhasil menaklukan Nusantara," kata pengawal itu.


Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang