Guru

395 44 0
                                    

Aku selalu menganggap Gajah Mada sebagai guruku, dia bukan hanya memiliki tempat istimewa di pemerintahan ini, tetapi juga di hatiku. Memiliki pandangan yang bersebrangan dengannya baru pertama kali ini terjadi dan sungguh menguras emosiku.

Aku tak bisa keras padanya, karena dia akan lari dan aku pun tidak bisa membiarkan melakukan apa pun yang diingankannya. Pagi ini aku akan menemuinya, memberitahunya bahwa aku akan menikahi Putri Pitaloka beberapa hari ke depan. Harusnya aku memberitahunya dari dua hari lalu, tapi kabar dari Nala membuatku menahan berita itu. Apalagi ketika dia bertanya tentang Sunda, aku buru-buru mengurungkan niatku.

Aku menemui Gajah Mada di ruang kerjanya. Melihat kedatanganku dia langsung berdiri dan membungkuk memberi hormat. Dia tampak kaget dengan kedatanganku yang tiba-tiba. Aku berjalan ke arah meja kerjanya dan duduk tepat di hadapannya.

"Yang Mulia, ada apa Yang Mulia mendatangi hamba? Bukankah Yang Mulia bisa meminta hamba datang?" tanya Gajah Mada kebingungan.

Aku tak menjawabnya. Aku memandanginya, terlihat keriput di wajahnya dan rambutnya yang sudah berubah warna menjadi warna putih. Di umur yang sudah tua, aku paham bahwa dia ingin memenuhi ambisinya dan menyelesaikan sumpahnya.

"Yang Mulia," Gajah Mada menyapa ku ulang, bingung kenapa aku hanya diam saja.

"Aku akan menikahi Putri Sunda," jawabku singkat.

Gajah Mada menghela nafas panjang.

"Hamba tahu itu adalah keinginan Yang Mulia, tetapi bukankah Prabu Linggabuana menolak lamaran kita," kata Gajah Mada.

"Prabu Linggabuana telah setuju. Aku akan menikahi Putrinya dengan syarat bahwa Majapahit tidak akan menyerang Sunda," kataku langsung ke inti masalah.

Mata Gajah Mada punterbelalak seolah tak percaya apa yang didengarnya.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang