Sarapan Bangsawan

5K 313 7
                                    

"Ini dia si Ayam Terpelajar, kami sudah menunggumu dari tadi," canda bibiku Dyah Wiyat. Hanya dia satu-satunya yang berani memanggilku seperti itu. Ya arti namaku memang itu, agar kelak aku jadi orang yang cerdas dan pemberani, tetapi aku sangat benci ketika ada orang yang memanggilku seperti itu, apalagi di depan banyak ksatria dan brahma.

Aku hanya membalasnya dengan pandangan sinis dan membungkuk hormat pada para tamu undangan lain yang ada di meja jamuan. "Maaf aku terlambat," kataku sambil membungkuk.

"Apakah kau tidak bisa displin anakku? Apakah kau tidak tahu waktu kelahiranmu, hampir saja kerajaan ini musnah akibat letusan gunung kelud?" tanya ibuku Tribhuwana Wijayatunggadewi. Ibuku kembali menceritakan ini setiap kali aku melakukan kesalahan.

"Maaf ibu," jawabku tertunduk.

"Jika bukan karena displin, pasti kerajaan ini akan hancur dan sumpah palapa untuk menyatukan seluruh nusantara tidak akan pernah terwujud," tambah ibuku.

Pada jamuan itu ada juga Gajah Mada. Dia adalah Patih Amangkubhumi atau perdana menteri yang mewakili ibuku sebagai pengatur pemerintahan. Dia menjadikan sumpah palapa yang awalnya untuk dirinya sendiri menjelma sebagai sumpah yang dijiwai oleh seluruh negeri. Untuk menjadikan seluruh nusantara di bawah kekuasaan majapahit.

"Hari ini tepat tiga tahun setelah kita berhasil menaklukan Kerajaan Bali. Kerajaan kita dibatasi oleh saudara kita yaitu Kerajaan Sunda di Barat dan Kerajaan Bali di Timur. Pasukan kita sudah kuat. Jadi inilah waktunya bagi kita untuk bergerak ke Sumatera." Begitu pidato ibuku untuk memulai jamuan ini.

"Mahapatih, aku ingin kau bimbing Pangeran dalam mengatur strategi untuk penaklukan Sriwijaya," tambah ibu.

"Baik yang mulia ratu," jawab Gajah Mada

Jamuan pagi itu selesai, para tamu undangan melanjutkan kegiatannya dalam melayani kerajaan ini. Aku diajak Gajah Mada ke ruang rapat istana.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang