Pernikahan

624 48 0
                                    

Matahari telah menggantung di langit-langit. Terik matahari tak menghentikan ku menunggu kedatangan mereka di gerbang istana. Sedari tadi pengawal telah memintaku untuk masuk dan menunggu di dalam, tapi aku sudah tak sabar. Mereka harusnya sudah sampai dari tadi. Aku terus menunggu hingga matahari mulai terbenam. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu di dalam, karena pengawal terus membujukku. Aku pun duduk di panggung tepat di sebelah ibuku.

Aku mendengarkan bisik-bisik orang yang bertanya kenapa rombongan dari Sunda tak kunjung datang. Tamu undangan sudah mulai risau, apalagi aku. Keringat dingin menetes dari pelipis dahiku. Aku memerintahkan pengawal untuk memanggil Patih Madhu, orang yang merencanakan perayaan pernikahan ini.

Pada saat itulah, ada seseorang yang mengaku utusan Sunda datang. Dia meminta izin untuk berbicara berdua denganku. Tamu undangan yang dari tadi menunggu menatap penasaran utusan Sunda itu. Karena aku tidak bisa meninggalkan para tamu ku, aku pun memintanya berbisik padaku.

"Raja Hayam Wuruk. Saat ini kami dikepung oleh Pasukan Bhayangkara," bisik utusan itu.

"APAAA??" aku bertanya dengan sedikit berteriak yang semakin membuat penasaran para tamu undangan yang dari tadi menatap kami.

Utusan itu menjelaskan. "Gajah Mada datang bersama Pasukan Bhayangkara. Dia berkata bahwa pernikahan ini adalah tanda bahwa Kerajaan Sunda tunduk kepada Majapahit. Tentunya, Yang Mulia Prabu Linggabuana tidak percaya begitu saja. Untuk itu Yang Mulia meminta saya menemui Anda."

Aku terdiam, menatap utusan itu tidak percaya. Bukankah Gajah Mada telah berjanji pada ku, dia kesana untuk menjemput rombongan Sunda?

Sepertinya utusan itu sadar, bahwa aku tak percaya apa yang dia ucapkan.

"Yang Mulia ingin langsung menemui Anda untuk memastikan, tapi Gajah Mada menghadang kami. Sehingga kami pun akan kembali ke Sunda, tapi Gajah Mada menolak. Dia bersikeras meminta Yang Mulia menyatakan tunduk kepada Majapahit. Untuk itu, Yang Mulia memohon Anda untuk menemuinya. Kami tersandera di Pesanggrahan Bubat," lanjut utusan itu.

"Kurang ajar Gajah Mada!" bentakku yang mulai paham situasinya.

Ternyata dia masih saja bersikeras menaklukan Sunda.

Aku memutuskan akan berangkat kesana. Aku sendiri yang akan memenggal kepala Gajah Mada, karena telah melanggar perintahku.

"Pengawal!" teriakku.

Melihatku berteriak para tamu undangan kembali terkejut. Mereka masih bertanya-tanya ada apa.

Aku memerintahkan pengawal untuk menyiapkan pasukan dan kuda.

Pada saat itulah, orang lain muncul. Penampilannya seperti Pasukan Bhayangkara. Aku yakin dia pasti adalah utusan Gajah Mada.

Dia berjalan mendekat.

Semakin dekat.

Aku perintahkan pengawal untuk menghentikannya.

Saat itulah, dia mulai berteriak.

"Yang mulia, Prabu Linggabuana masih belum mengakui tunduk kepada Majapahit. Kami akan terus menahan mereka. Sampai mereka menyerah, lalu pernikahan ini bisa dilanjutkan," teriak orang itu.

Seluruh tamu undangan mendengar pastinya mendegar teriakan itu. Mereka berbisik-bisik seakan mereka paham apa yang akan terjadi selanjutnya.

Aku pun mulai paham apa rencana Gajah Mada sebenarnya.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang