40.000 Pasukan

568 76 2
                                    

Aku berjalan bersamaan dengan iring-iringan pengawal dan Pasukan Bhayangkara. Bersamaan denganku juga ada Mahapatih Gajah Mada dan Laksamana Nala. Dalam perjalanan kami menuju pelabuhan, rakyat di samping kanan dan kiri tertunduk hormat tak berani melihat ke arah kami.

Setelah beberapa saat kami sampai di Pelabuhan. Di sana terdapat sebuah lapangan besar, yang diisi oleh 40.000 pasukan, putra terbaik Majapahit. Di belakang mereka, terdapat puluhan kapal yang berbaris memanjang.

Pasukan dan kapal dalam jumlah besar, mengundang siapa saja untuk melihat. Kumpulan orang-orang berjubel di samping kanan dan kiri pasukan, melihat dan bertanya untuk apa kekuatan sebesar ini.

Aku, Mahapatih, Laksama, dan beberapa pengawal berdiri di sebuah bukit di yang bersebrangan dengan laut dan lapangan, membuat kami berada pada posisi lebih tinggi dari yang lain.

"Rakyatku," ketika aku mulai berbicara, tiba-tiba suara berisik dari puluhan ribu orang itu hilang. Hening. Yang terdengar hanya suaraku. Meraka tertunduk tak berani melihat ke arah kami.

"Lihatlah ke depan kalian, lihatlah ke arahku. Aku adalah Raja kalian, Hayam Wuruk. Aku adalah Raja, pelindung, dan penjaga kalian," ucapku.

Selesai ku berbicara seperti itu, beberapa orang memberanikan diri melihat ke arahku dan diikuti yang lain. Memang sudah menjadi tradisi sejak Singhasari, bahwa kasta terendah tidak diperkenankan melihat ke arah kasta Ksatria dan Brahma, apalagi Raja. Tapi bagiku itu tidak penting. Aku ingin menatap wajah mereka satu per satu. Wajah orang-orang yang harus ku lindungi.

Aku melanjutkan, "Hari ini berkumpul 40.000 orang putra Majapahit. Mereka adalah seorang ayah, suami, saudara, atau anak dari kalian. Mereka akan berjuang meninggalkan keluarganya untuk kejayaaan Majapahit menyatukan Nusantara. Mereka akan menggunakan kapal terbaik, dipimpin oleh komandan terbaik, dan menggunakan senjata yang terbaik."

Ku lihat satu persatu wajah mereka. Ada yang berkaca-kaca dan yang merasa bangga. Mereka harus melepas orang yang mereka cintai untuk pergi berperang.

"Hanya Tuhan yang dapat membuat kita kalah," tambahku.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang